Perdengarkanlah Kasih Setia-Mu

“Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mu lah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mu lah kuangkat jiwaku.” (Mazmur 143:8)

Tidak bisa kita sangkal bahwa pengulangan seruan pemazmur seperti “dengarkan doaku”, “berikan telinga kepada permohonanku”, dan “jawablah aku”, memberikan kesan bahwa pemazmur ‘melemparkan’ diri sepenuhnya ke dalam tangan Allah yang dipercayainya murah hati. Tidak ada tempat yang lebih aman, selain berada dalam tangan Sang Pencipta. Krisis hidup yang berat dapat membawa seseorang semakin dekat kepada Allah atau malahan menghindar dari Allah. Pengalaman Daud dalam Mazmur 143 menunjukkan bahwa dalam krisis yang dialaminya, Daud tetap berserah kepada Allah. Daud meneriakkan kegalauan hatinya kepada Tuhan. Dia berteriak meminta kelegaan dari Tuhan. Namun, kelegaan yang akan Tuhan berikan kepada kita belum tentu semerta-merta menghilangkan masalah kita. Mungkin, masalah yang kita hadapi akan tetap ada, tetapi Tuhan menjanjikan kekuatan kepada kita untuk mampu menghadapi masalah itu. Keadaan sulit ini melahirkan rangkaian doa yang indah dan bermakna.

Dalam kesulitannya, Pemazmur merasa sedemikian berat persoalannya seolah Tuhan menyembunyikan wajah-Nya. Namun, perasaan ini cepat ditepiskan dengan kesadaran penuh bahwa tidak seorang pun yang benar di hadapan Tuhan dan tidak seorang pun yang layak memohon kepada Allah (ayat 2). Di tengah krisis yang dialaminya, pemazmur tidak menghindar dari Allah, tetapi justru ia memerlukan Allah karena musuh-musuhnya sudah dekat mengancam jiwanya (ayat 3-6). Gambaran yang digunakan sangat kelam. Pemazmur menunjukkan bahwa secara psikologis dan spiritual, ia telah hancur (ayat 3). Mirip seperti orang yang telah lama meninggal. Krisisnya makin menjadi-jadi ketika ia mengingat akan pekerjaan Allah dalam sejarah (ayat 5-6). Ia juga mengharapkan hadirnya titik cerah dalam situasi yang dihadapinya. Ia seperti tanah yang tandus, putus asa menantikan Tuhan.

Dasar doa yang benar adalah mengakui kebenaran Allah. Oleh karena itu pemazmur melandasi permohonan dan pengharapannya semata-mata pada kesetiaan, keadilan, dan kebaikan Allah (ayat 1b,5). Keyakinan pemazmur dilandaskan atas pengenalannya sendiri akan Allah yang telah hadir dalam sejarah bangsanya. Pemazmur memohon agar ia dilepaskan dari segala tekanan dan kesesakan bukan karena ia baik tetapi semata karena kebaikan Allah.

Pemazmur memercayakan seluruh kehidupannya kepada Allah. Percaya berarti pasrah pada kehendak Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa percaya berarti kerelaan menerima dan menempuh kehendak Tuhan. Kerelaan melakukan kehendak Tuhan (ayat 8, 9) adalah buah dari percaya. Pemazmur memahami bahwa kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ayat 11). Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup. Perhatian utama Daud pada awal Mazmur ini adalah kesulitannya yang ditimbulkan oleh musuh-musuhnya. Namun, menjelang akhir Mazmur ini, sebagian besar perhatiannya adalah untuk menemukan dan mengikuti jalan Tuhan baginya untuk melangkah maju.

Tentu sudah banyak hal yang telah Tuhan nyatakan melalui pelayanan Perkantas dari awal berdirinya hingga saat ini. Tuhan pun terus rindu menyatakan kehendak-Nya bagi siswa, mahasiswa dan alumni. Bagian kita adalah taat kepada kehendak-Nya. Kiranya di tengah segala situasi yang kita alami, baik itu suka maupun duka, kita terus berserah dan bergantung penuh kepada Allah. Marilah kita terus memohon kepada Allah seperti Daud dalam Mazmur 143, “Ya Allah, perdengarkanlah kasih setiaMu dan beritahukanlah jalanMu.”

BAGIKAN: