Life Transformation Through Bible And Prayer

Fokus dan tujuan yang jelas dalam hidup seseorang akan membawa konsistensi terhadap komitmennya, tetapi orang yang bimbang tidak akan tenang dalam hidupnya. Yakobus memberikan gambaran orang yang bimbang seperti “gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari.” (Yak. 1:6-8) Søren Kierkegaard melihat bahwa kebimbangan hati adalah penyakit utama dari jiwa manusia. Dia mendiagnosa penyakit ini sebagai kegagalan untuk mencapai kesederhanaan hidup, yakni hidup yang terintegrasi, hidup yang difokuskan pada satu hal. Ini adalah suatu kegagalan untuk membuat komitmen penuh kepada apa yang Yesus pernah katakan untuk “cari dahulu kerajaan Allah.”

Solusi untuk kebimbangan hati adalah hidup yang ditandai dengan kesederhanaan hati. Sebagaimana ditulis oleh Clifford William, “Kita memiliki keutuhan hati ketika kita tidak ditarik ke arah yang berlawanan dan ketika kita bertindak tanpa menginginkan sesuatu yang lebih jauh untuk diri kita. Keinginan-keinginan hati kita tidak mengalami konflik; tetapi mereka menuju ke satu arah. Fokus dalam jiwa kita menyatu dan tindakan luar kita juga sejalan dengan itu. Pendek kata, kita tidak terbagi.”

Sungguh suatu pemikiran yang sangat indah! Sesungguhnya, pemikiran ini adalah gema dari kata-kata Yesus dua ribu tahun yang lalu yang ditujukan kepada sahabatnya yang bernama Marta. Muridnya ini “sibuk sekali dengan pekerjaan rumah tangganya.” Ia pergi kepada Yesus dan berkata, “Tuhan, apakah Tuhan tidak peduli Maria membiarkan saya bekerja sendirian saja? Suruhlah dia menolong saya!” Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Lukas 10:38-42). Rahasia hidup adalah mengejar satu hal: pertemuan dengan Allah melalui Firman dan doa. Inilah teladan Maria yang sangat penting bagi kita di masa kini.

Alkitab dan Transformasi Hidup

Kita tahu pasti seperti apa kondisi orang yang ‘terombang-ambing di tengah lautan’ di satu sisi ia seperti ditarik ke arah Kristus dan di sisi lain ia ditarik ke belakang oleh dosa yang disembunyikan. Ia rindu untuk menjadi pelayan Kristus, tetapi tidak bersedia untuk meninggalkan kenyamanan duniawi. Ia ingin menjadi rendah hati, tetapi bagaimana jika tidak ada orang yang memperhatikan? Oleh sebab itu, ia selalu maju dan mundur.

Ini adalah sebuah pola hidup yang sangat menyedihkan. Oleh karena itu, jika kita ingin dibebaskan dari pikiran yang terombang-ambing, kita harus mengalami transformasi hidup oleh pembaharuan budi yang dikerjakan oleh Roh Kudus setiap hari. (Roma 12:1-2). Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Dapatkah kita mengalaminya dengan sempurna? Jawabnya sederhana: Ya! Hal ini sangat mungkin dengan jalan tidak menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi dengan membiarkan hati dan pikiran kita dipenuhi oleh kebenaran-kebenaran Alkitab. Pemazmur mengatakan hal ini dengan sangat gamblang:

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya pasti berhasil.” (Maz. 1:1-3)

Lebih jauh, Pemazmur menuliskan,
“Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” (Maz. 119:11)

Suatu hal yang sangat mengagumkan bahwa transformasi hidup terjadi di dalam hati orang-orang yang menyukai Firman Tuhan dan yang merenungkan Firman itu setiap saat. Berkat-berkat Tuhan juga dianugerahkan atas mereka sehingga apa pun yang mereka perbuat pasti berhasil. Bukankah kesuksesan hidup adalah impian setiap kita? Oleh sebab itu, marilah kita membaca Alkitab dengan satu kerinduan agar hati kita makin dikuduskan dan kita makin ditolong untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Roh Kudus dan Kuasa Doa

Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang tinggal di dalam hidup orang percaya selama-lamanya. Yesus mengutus Roh Kudus untuk membimbing murid-murid-Nya ke dalam seluruh kebenaran. Sebab Roh Kudus tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi keseluruhan yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya. Ia akan memberitahukan kepada murid-murid Yesus tentang hal-hal yang akan datang. (Yoh. 16:13)

Pada faktanya, terbuka untuk menerima bimbingan Roh Kudus adalah bagian yang mutlak untuk mengalami transformasi hidup. Kita percaya bahwa Roh Kudus sungguh ingin memberikan bimbingan atau arahan kepada orang-orang biasa seperti kita. Lalu, bagaimana kita sanggup mengejar bimbingan Roh Kudus ini? Tentu, dengan berdoa kepada Allah.

Doa mengubah segala sesuatu. Saudara/i mungkin tidak tahu berapa banyak orang yang telah dikuatkan karena engkau meminta Allah untuk menguatkan mereka; berapa banyak orang yang telah disembuhkan karena engkau berdoa untuk tubuh mereka; berapa banyak pelarian rohani yang telah kembali ke rumah Allah karena engkau telah mendoakan jiwa mereka. Tak satu pun dari kita yang mungkin tahu seberapa besar efek dari doa-doa kita dalam kehidupan orang lain. Tetapi, kita tahu hal ini dengan pasti: “Sejarah adalah milik para pendoa syafaat, yakni mereka yang percaya dan berdoa bahwa masa depan adalah suatu kenyataan.”

Bagaimana kita belajar berdoa? Belajar berdoa membutuhkan dua hal: waktu dan tempat. Alangkah baiknya kita memilih suatu waktu yang rutin setiap hari untuk fokus dalam berdoa. Ini juga menolong kita bisa menentukan tempat yang khusus, mungkin di kamar atau di sudut ruangan kerja atau di sebuah gudang kosong. Salah satu contoh yang sangat indah di Alkitab adalah teladan Yesus dalam Markus 1:35: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Sebuah pola yang patut diteladani oleh setiap orang Kristen yang sedang belajar berdoa.

Apa yang seharusnya kita doakan? Segala hal bisa menjadi pokok doa kita. Rasul Paulus menuliskan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6) Doakanlah apa yang sedang ada di dalam hatimu. Katakanlah kepada Allah tentang betapa frustrasinya engkau terhadap tetangga atau rekan sekerjamu. Berdoalah untuk makanan yang cukup, cuaca yang baik, dan kesehatan yang prima. Mintalah belas kasihan-Nya atas dosa-dosa bangsa kita dan penghiburan serta kekuatan untuk korban bencana alam yang begitu menyedihkan. Berserulah kepada Tuhan atas penderitaan dan penganiayaan yang dialami oleh umat Tuhan di seluruh dunia.

Doa, sebagaimana relasi yang lain, harus dimulai dalam kejujuran jika ingin berkembang. C.S. Lewis mengungkapkan bahwa di dalam doa kita harus “menyerahkan kepadaNya apa yang ada di dalam diri kita, bukan apa yang seharusnya ada di dalam kita.”

Penutup

Bagaimana Alkitab dan doa bisa mentransformasi hidup kita sebagai orang-orang yang melayani atau pernah melayani melalui wadah Perkantas? Seperti apa contohnya dalam kehidupan sehari-hari? Di bawah ini ada beberapa kesaksian dari rekan-rekan kita yang pernah melayani di dalam dan melalui wadah Perkantas. Semoga dapat menjadi cermin atau teladan buat kita semua:

“Ya, cuma Alkitab dan doa yang bisa membuat gue segar melayani, dengan mengikis kesombongan di tengah-tengah kesanggupan untuk melayani. Jujur, ketika lagi merasa dibutuhkan atau nggak ada orang yang bersedia, Firman dan doa yang memurnikan motivasi gue.” (Tirza, Alumni Persekutuan Mahasiswa Kristen Jakarta / PMKJ)

“Perubahannya lambat tapi kelihatan,, memang sih sering gagal, tapi nggak sedikit juga yang berhasil, terutama melalui firman Tuhan lewat Pendalaman Akitab. Firman yang mau dilakukan jadi semakin jelas dan fokus, sedangkan melalui doa belajar bergantung pada Tuhan.” (Tornado, pengurus PMKJ)

“Dengan membaca Alkitab, gue jadi tau apa yang seharusnya dilakukan. Contohnya, dengan merenungkan Matius 15:21-28 dalam saat teduh, gue mendapat pelajaran bahwa kalau berdoa harus punya keteguhan hati yang jelas tentang apa yang gue minta kepada Tuhan.” (Laurens, Alumni Tim Pembimbing Siswa/TPS Persekutuan Siswa Kristen Jakarta/PSKJ)

“Kalau bagi gue, Alkitab menjadi buku primbon hidup gue. Dari hal kecil sampai perkara besar, baik buruk kehidupan secara gamblang diungkapkan dan doa itu adalah hal sederhana yang bisa kasih kekuatan besar dalam kehidupan pribadi. Dari satu kesatuan itulah yang bisa menyanggupkan gue untuk melayani.” (Pesta, Alumni TPS PSKJ)

“Yang pasti setiap firman dan doa itu mempunyai “kuasa” untuk mengubahkan hati seseorang. Lewat saat teduh dan doa pribadi, tidak hanya sebatas memperoleh pengetahuan saja, tapi memang bisa mengubahkan hati.. Demikian juga dengan setiap firman yang didapat melalui pelayanan Perkantas. Firman yang tajam dan eksposisi yang fokus semakin mengobarkan hati juga sewaktu melayani.” (Hosea, pengurus PSKJ wilayah Depok)

“Alkitab adalah guideline hidup yang berbeda dengan mainstream dunia, sementara doa itu bentuk ketergantungan kepada Tuhan. Dua hal ini bertolak belakang terhadap natur manusia yang berdosa. Nah, dengan belajar untuk taat membaca Firman Tuhan dan berdoa berarti gue berjuang untuk lepas dari natur manusia tersebut.” (Tabhita, Pelayan Siswa/PS PSKJ)

Bagaimanapun, kita tidak mungkin mengalami transformasi jika kita menutup hati terhadap bimbingan dan kuasa Roh Kudus. Kita harus percaya bahwa Allah sangat ingin secara personal bersekutu dengan kita. Sepanjang kita mau tekun berdoa kepada Allah yang telah berfirman sehingga dunia tercipta, yang telah berkomunikasi dengan nabi dan raja, dan orang-orang biasa seperti kita, yang telah menulis ribuan halaman buku yang kita kenal sebagai Alkitab, dan yang mengacu kepada Anak-Nya sebagai “Firman yang telah menjadi daging,” (Yoh. 1:14), maka dengan yakin kita sebagai kesatuan umat percaya di dalam wadah Perkantas akan menerima lawatan-Nya yang penuh berkat. Percayalah kepada Yesus!

Sebagian besar dari materi tulisan ini diterjemahkan dan diadaptasikan dari buku John Ortberg “The Life You’ve Always Wanted,” Zondervan, Michigan, 2002.

BAGIKAN: