Why Have You Chosen me

“Why have You chosen me, out of millions Your child to be. You know all the wrong that I’ve done ….”

Lagu itu pertama kali didengarnya saat berada di RohKris (Rohani Kristen) SMAN 90 tahun 2008. Membuatnya teringat kepada kehidupan seorang Anak Baru Gede (ABG) yang pada tahun 2006 telah mengambil keputusan untuk menerima Kristus sebagai juruselamat dalam hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, arus dunia mulai membawanya melupakan kasih Kristus yang telah dialami sepanjang hidupnya. Lalu apa yang ia dapatkan? Hanya kekosongan dalam hatinya yang membuat ia bertanya; untuk apa sebenarnya ia hidup?

“.. Oh how could You pardon me, forgive my iniquity, to save me give Jesus Your Son ….”

Allah menjawab pertanyaannya dalam Persekutuan Jumat (PJ) RohKris siang itu. Hari itu menjadi permulaan yang baru ketika ia menyadari dirinya berharga di mata Allah dan hanya Kristus lah yang sanggup mengisi kekosongan hatinya.

“.. But Lord help me be, what You want me to be, Your word I will strive to obey ….”

Allah menolongnya melalui RohKris dan Kelompok Kecil untuk terus mengalami kasih-Nya yang memulihkan dirinya dari akar pahit masa lalu maupun menguatkannya untuk terus taat dan setia kepada Allah. Hidup memper-Tuhankan Kristus, itulah yang terus diingatnya.

“.. My life I now give, for You I will live, and walk by Your side, all the way.”

Ketika menggumulkan pelayanan seusai masa SMA, Allah memberinya kesempatan untuk kembali melayani siswa-siswa di RohKris sebagai TPS. Melihat kehidupannya dahulu sebagai si sulung yang terhilang, ia pun menyadari bahwa masih banyak siswa di sekitarnya yang butuh mengalami perjumpaan dengan Kristus. Banyak jiwa-jiwa muda yang Allah karuniakan talenta dan bakat, namun masih menjadikan dirinya sebagai tuhan atas hidupnya. Tetapi, mengapa Allah memilihnya?

Mengingat kisah di atas membuat saya terkagum karena karya-Nya yang telah saya alami. Saya bersyukur karena di dalam anugerah-Nya, saya dapat mengenal Kristus dan pelayanan siswa. Lirik terakhir lagu itu sungguh teruji ketika PKK saya yang juga adalah seorang staf, meminta saya mendoakan untuk menjadi seorang staf siswa. Bagi saya itu mustahil karena, saya sudah mengajar sebagai guru bagi Anak Berkebutuhan Khusus sejak kuliah yang merupakan mimpi saya sejak SMA.

Hingga akhirnya setelah 3 bulan bergumul, saat teduh di hari pertama saya bekerja adalah dari 1 Petrus 5: 1-11. “Gembalakanlah kawanan domba Allah” tentu bukan Firman yang saya harapkan di hari pertama mengajar. Saya pun berangkat mengajar dengan kegelisahan hati yang luar biasa. Esok harinya, Allah kembali berbicara melalui Lukas 22: 39-44 yang mengingatkan kembali kasih dan anugerah-Nya. Dalam doa malam itu, damai sejahtera dan keyakinan menyerahkan diri sebagai seorang staf siswa saya dapatkan ketika akhirnya mengatakan; “Tetapi bukanlah kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi …“

Praise The Lord!

BAGIKAN: