God’s Unfailing Love

Manakah yang lebih penting—mencapai harapan dan impianmu, atau kasihmu kepada Allah?” — Jennifer Benson Schuldt

Tahun 2010 bukanlah tahun yang mudah bagi saya. Terpaksa dan tertekan adalah perasaan yang jelas menggambarkan hidup saya saat itu ketika apa yang saya minta pada Tuhan tidak diberikan. Impian saya saat itu bisa lolos di Fakultas Hukum salah satu Universitas Negeri di Medan. Dan nyatanya Tuhan menempatkan saya di salah satu Universitas Swasta di Jakarta yang jelas bukan menjadi pilihan saya awalnya, jangankan pilihan, terpikir untuk masuk kampus itu saja tidak pernah.Salah satu keputusan terpenting dalam kehidupan seseorang adalah ketika dia menjadikan Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi. Hal inilah yang saya alami ketika menjadi mahasiswa baru, Tuhan memakai PMK kampus untuk menolong dan menyadarkan bahwa hidup saya adalah milik-Nya dan ketika mengikuti Retreat Pekabaran Injil PMK Budi Luhur tahun 2010 disitulah saya mengalami pertumbuhan iman dan menghantarkan langkah saya untuk mengalami hidup baru dan menyerahkan diri melayani Dia sebagai pengurus, menikmati bertumbuh di kelompok kecil, dilayani juga melayani di PMKJ Selatan 2 dan menikmati setiap retreat dan pembinaan yang diadakan Perkantas waktu itu. Mengenal Tuhan di masa kuliah dan diberi kesempatan melayani adalah cerita yang indah dalam hidup saya. Sungguh menjadi sukacita yang besar juga ketika Tuhan memberikan saya banyak pertumbuhan melayani di acara Perkantas seperti Retreat Koordinator, HDPN, dan Natal Perkantas saat itu.

Pelayanan demi pelayanan dipercayakan Tuhan kepada saya dan sampai pada akhirnya Dia mempercayakan pelayanan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Seorang kakak waktu itu meminta saya untuk mendoakan menjadi staf kantor dan menurut saya saat itu sangat mustahil, karena saat itu saya sedang mengejar untuk masuk ke salah satu perusahaan media yang sudah lama saya “incar” dan tinggal menunggu penguman untuk lolos test terakhir. Dan kembali saya ingin lari dari panggilan itu. Banyak hal yang berkecamuk dalam hati untuk melarikan diri. Rasa kuatir akan masa depan dan keuangan saat itu sangat membuat saya takut. Saya bertanya-tanya, “Apakah Tuhan tidak salah mempercayakan pelayanan yang besar ini kepada saya? Bagaimana dengan masa depan, orangtua, dan kerinduanku untuk membantu biaya study adik-adikku?” Tetapi kasih-Nya yang besar menarik saya kembali dan di saat teduh saya, Dia menghibur dan meneguhkan saya untuk tidak kuatir, percaya, dan taat saja. Firman yang saya nikmati saat itu dari Matius 6:25, “Janganlah kuatir akan hidupmu” dan “Aku akan meneguhkan,
bahkan akan menolong engkau.” —Yesaya 41:10 menjawab kekuatiran dan ketakutan saya.

Belajar untuk membuka hati adalah perjuangan yang tidak mudah bagi saya. Saya tahu bahwa Tuhan bertahta di dalam hati saya dan saya diingatkan untuk tunduk pada kehendak Tuhan secara real.

Wherever to go my heart is ready Lord, I know Thy guidance never, never fails.
– Kemana Saja, BLP 223 (Pdt. Stephen Tong)

“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” – Matius 6:33, adalah bagian firman yang semakin menguatkan saya untuk menjawab dan rendah hati taat akan panggilan pelayanan ini. Hanya anugerah-Nya semata. Pengakuan kepada Tuhan akan ketidakmampuan saya mengerjakan pelayanan ini tidak hanya membuat saya percaya kepada Tuhan yang sanggup membuat segala hal menjadi mungkin, namun ketika saya mendoakan panggilan ini, kecemasan yang saya rasakan berganti dengan damai Tuhan yang melegakan hati. Tetapi dengan keyakinan bahwa hanya oleh karena kemurahan Allah saya menerima pelayanan ini, karena itu saya tidak mau tawar hati (2 Kor. 4:1).

Selama beberapa bulan bekerja, saya dikuatkan dari lagu yang saya baru dengar dan nikmati setelah menjadi staf kantor Perkantas.

O indah benar, ikut jalanNya bersandarkan lengan yang kekal Langkahku teguh, jalanku cerah
bersadarkan lengan yang kekal aman, aman dari bencana dan sesal
Aman, aman bersandarkan lengan yang kekal
– Indah Mulia Bahagia Penuh BLP 24

Tuhan tak berjanji langit selalu biru tetapi Dia berjanji selalu menyertai. Tuhan tak berjanji jalan selalu rata tetapi Dia berjanji berikan kekuatan. Saya mau belajar terus meyakini bahwa Tuhan yang memanggil, Tuhan pula yang memperlengkapi saya dalam pelayanan sebagai staf kantor keuangan dan sekretaris Perkantas Jakarta. Amin. Solideo Gloria.

BAGIKAN: