Spirituality and Ministry

Tahukah Anda bahwa tema tentang “Cinta” adalah tema yang paling laku di dunia ini? Jika Anda bingung ingin membuat film, lagu, konten, vlog, maka buatlah tema tentang “Cinta”, niscaya akan lebih dilihat oleh orang lain daripada Anda membuat karya dengan tema lainnya.

Membicarakan mengenai “Cinta”, kita sebagai orang percaya pun tidak lepas dari cinta. Salah satu cinta yang cukup dan sangat penting bagi kita orang percaya adalah cinta kita kepada Allah. Ya, setiap kita pasti sudah tahu bahwa kita harus mencintai atau mengasihi Allah. Hal itu jelas terdapat dalam hukum pertama, “Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama” – Matius 22:37-38.

Namun, apakah kita benar-benar mencintai Tuhan? Apakah dengan mengabaikan jam doa dan baca Firman adalah bukti bahwa kita mengasihi Allah?

Dalam Mazmur 1, pemazmur menggambarkan bagaimana perbedaan hidup orang yang berelasi dengan Allah dan yang tidak.  “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” – Mazmur 1: 1-2. Dalam ESV (English Standard Version) kata yang digunakan untuk menggambarkan kesukaan akan Firman Tuhan adalah delight (arti: kesukaan, kegemaran), dan kata merenungkan digunakan meditate (arti: merenungkan, meditasi).

Untuk memahami kata delight, berikut penjelasannya. Setiap kita pasti memiliki makanan kesukaan, bukan? Makanan kesukaan adalah makanan yang benar-benar kita inginkan, perjuangkan, dan ketika melahapnya kita akan merasa bersukacita. Begitulah seharusnya sikap kita terhadap Firman Tuhan. Jika kita menyukai Firman Tuhan, maka Firman Tuhan benar-benar menjadi sesuatu yang kita nantikan, bukannya dihindari atau malas untuk diperjuangkan.

Sebelum ada Pandemi seperti yang terjadi saat ini, banyak orang menyalahkan kesibukan sebagai alasan tidak mengutamakan relasi dengan Allah. Tetapi ternyata saat ada Pandemi dan “dipaksa” untuk beraktivitas dari rumah, dimana hal ini berarti semakin banyak waktu yang dapat digunakan untuk berelasi dengan Allah, nyatanya tetap banyak yang tidak berelasi dengan Allah dengan berbagai alasan, salah satunya karena malas. Melalui fenomena ini, sebenarnya kita dapat menyimpulkan bahwa modal utama untuk berelasi dengan Allah bukan pada adanya waktu atau tidak, melainkan kita mencintai Allah atau tidak. Jika cinta, maka kita akan memperjuangkannya.

Selain itu Firman Tuhan hendaknya bukan sekedar kita baca, melainkan juga direnungkan dengan seksama atau meditate. Merenung memiliki arti benar-benar dipikirkan dengan dalam apa makna Firman Tuhan tersebut bagi hidup kita. Jika kita percaya bahwa Firman Tuhan adalah perkataan Allah, maka kita tahu ketika Allah memberikan suatu Firman kepada kita maka itu bukan suatu kebetulan, melainkan karena Allah mengetahui kondisi kita. Firman dapat menegur kita atas kesalahan yang sudah lalu, menjawab pergumulan kita saat ini, atau bahkan menguatkan kita di masa mendatang.

Dalam ayat 3-6, dengan jelas Pemazmur membedakan seperti apa hidup orang yang menyukai Taurat Tuhan dan tidak. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” – Mazmur 1: 3-6

Dalam tulisannya mengenai Mazmur 1, John Stott mengatakan, “Orang yang menerima Firman Tuhan dan merenungkannya akan seperti Pohon di pinggir sungai yang menikmati kesegaran, makanan, dan kesuburan senantiasa. Sementara orang fasik akan “binasa”. Alih-alih pohon yang berakar dan berbuah banyak, mereka bagaikan kulit gandum yang ditiup angin. Jadi, orang fasik diibaratkan kulit gabah dalam dua arti. Pertama, diri mereka kering-kerontang dan tak berguna. Kedua, mereka mudah diterbangkan atau dibakar.”

Sebagai orang percaya, marilah kita berelasi dengan Allah. Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib demi membebaskan kita dari perbudakan dosa dan ketidakkudusan kita untuk menghadap kepada Allah, kini kita dapat berelasi dengan-Nya secara cuma-cuma. Marilah menggunakan kesempatan istimewa itu setiap harinya!

BAGIKAN: