Making The Most of This Opportunity

Setelah bekerja selama lebih seperempat abad, dimana hampir 23 tahun dilalui dengan bekerja di bidang telkom di Saudi Arabia, saya sungguh bersyukur karena terus mengalami kasih setia Tuhan Yesus Kristus dalam hidup kami sekeluarga. Tidak pernah terpikir sebelumnya untuk bekerja di tempat ini, tetapi Tuhan Yesus terus menuntun melalui perenungan akan Firman-Nya, sampai Dia juga memakai kami untuk memberitakan Firman-Nya kepada teman-teman saya yang kebanyakan berasal dari Philippine. Walaupun memang ada yang harus dikorbankan karena harus jauh dari orang tua dan adik-adik bahkan pembinaan-pembinaan PERKANTAS. Namun, anugerah-Nya nyata untuk saya, istri terkasih (Linda Hutapea), dan tiga anak laki-laki kami (Joel, Zakharias dan Benjamin) sehingga kami sekeluarga bisa terus bersama sampai mereka melanjutkan sekolah di Philippine.

Dalam masa pandemi ini, saya juga bersyukur memiliki kesempatan untuk bisa lebih sering mengikuti program GCLC (Graduate Christian Learning Center), pembinaan alumni dari Perkantas Jakarta; dan melalui GCLC selama bulan September 2020 ini banyak hal yang menguatkan kehidupan rohani saya diantaranya:

Sesi-1

“Allah Punya Rencana” (Yer.29:10-11), untuk mengalami rancangan indah tersebut mungkin kita harus mengalami terlebih dahulu kesulitan dalam hidup; pekerjaan yang terancam terkena PHK karena tidak ada kelanjutan proyek di Telkom, terpaksa harus meninggalkan istri di Jakarta karena pajak untuk anggota keluarga yang sangat tinggi, anak-anak yang masih kuliah mengalami kegagalan dalam beberapa mata kuliahnya, dan masalah lainnya sedang dihadapi.

Maka melalui sesi-1 saya belajar untuk tidak berkeluh kesah dan menyesali hal-hal yang terjadi dimasa lalu, tetapi “Move On” and “Seek the Lord.” Usia 51 tahun, tentunya sudah bukan umur yang masih muda lagi, tetapi itu bukanlah alasan untuk tidak mengembangkan diri dengan belajar banyak hal dari free courses dan buku-buku yang bisa menambah softskill yang akan berguna untuk karir nantinya.

Kata-kata yang sangat berkesan dari pembicara yaitu Ir. Tadius Gunadi, MCS adalah kira-kira seperti ini, “Persiapkan diri anda, misalnya anda berharap untuk jadi GM, maka anda harus persiapakan diri dengan belajar ilmu managemen untuk bisa melakukan tugas sebagai GM, sehingga pada waktu yang Tuhan tentukan anda menjadi GM, anda memang sudah dipersiapkan, bukan pada saat anda mendapat kesempatan menjadi GM lalu anda baru belajar management, itu terlambat namanya.”

Saya sungguh disadarkan bahwa waktu luang yang ada harus digunakan untuk belajar dan memperlengkapi diri dengan kemampuan yang bisa dipakai untuk masa yang akan datang.

Sesi-2

“… ambillah istri bagi anakmu laki-laki …” (Yer.29:4-6), saya mengalami kesulitan untuk melihat anak pertama saya yang sepertinya tidak peduli untuk mencari pasangan hidup; jawabannya selalu, “I will think about it later, maybe when I am 30.” Ada rasa khawatir dengan nada bahasa anak saya ini. Namun, melalui Firman Tuhan yang diambil untuk direnungkan di sesi-2 ini maka saya mulai disadarkan bahwa mencari istri untuk anak laki-laki bukanlah bicara mengenai human effort tetapi harus dimulai dengan berharap kepada Allah yang sudah menciptakan laki-laki berpasangan dengan seorang perempuan karena ini adalah perintah-Nya.

Saya mulai mendoakan apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk anak saya, mulai melihat kesempatan-kesempatan bagaimana anak saya bisa memiliki teman seiman dan terlihat dalam kegiatan yang melibatkan teman seiman yang memiliki interest yang mirip dengan anak saya. Kriteria perempuan yang sesuai dengan Firman Tuhan menjadi bagian doa saya dan saya percaya bahwa Allah sudah menentukan laki-laki untuk memiliki teman hidup seorang perempuan yang Dia sudah tentukan.

Hal lain yang bisa saya dapat adalah mengekspresikan kepada istri saya kasih dalam memperhatikan kebutuhan dia dan anak-anak juga kesetian untuk tetap komitmen fokus kepada keluarga dan pelayanan walaupun kami saat ini terpisah tempat tinggal karena saya di Riyadh sementara istri dan anak-anak saya di Jakarta selama pandemic ini.

Sesi-3

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” (Ef. 4:26).

Sungguh ayat ini mengingatkan saya sewaktu masih remaja; kemarahan saya membuat saya berkelahi dengan teman sendiri, walaupun sudah percaya kepada Kristus, karakter pemarah ini masih sering muncul padahal setelah marah baru sadar bahwa alasannya sangat sederhana. Marah juga punya sifat menular, orang-orang terdekat dengan saya bisa marah seperti waktu saya marah. Melalui sesi-3 ini saya disadarkan untuk tidak cepat marah; karena bukan hanya melukai orang yang saya kasihi tetapi saya sendiri menjadi tidak mengalami sukacita dan damai sejahtera, bahkan sampai sulit tidur karena hati yang masih merasa panas.

Rekonsiliasi dengan orang yang membuat saya marah dengan cara membuka percakapan dimulai dengan doa maka pasti damai dari Allah Roh Kudus akan menuntun saya dan semua teman-teman yang menikmati sesi-3 ini. Kiranya Tuhan Yesus dipermuliakan dalam hidup kita sebagai alumni karena ada banyak langkah-langkah kecil yang mengikuti.

Tuhan Yesus memberkati kita semuanya.

BAGIKAN: