Retret Koordinator XVI

[siteorigin_widget class=”SiteOrigin_Widget_Image_Widget”][/siteorigin_widget]

“Di RK ini aku menikmati tentang Tuhan yang sudah punya agenda untuk kita semua. Di RK aku belajar juga buat melepas apa yang seharusnya gak perlu seperti ambisi – ambisi pribadi yang masih aku pegang. Aku juga tertegur saat dibukakan tentang murid vs orang farisi, karena aku merasa bahwa aku belum benar – benar menjadi murid, ada banyak hal yang kuketahui tentang firman Tuhan tapi belum sungguh sungguh melakukannya, bersyukur di RK ini boleh di bukain tentang itu, boleh jadi introspeksi diri lagi dalam melayani kedepannya. Bersyukur juga boleh tau kondisi pemuridan di kampus lain dan boleh saling mendoakan.” – Omega Sekeon, Universitas Bina Nusantara (Teknik Informatika) 2015, Jakarta

“Seharusnya saya ikut RK dari tahun lalu, tapi tahun lalu saya batal ikut karena kuliah sudah dimulai, saya takut ketinggalan pelajaran. Tahun ini sebenarnya saya juga hampir batal ikut lagi karena kuliah sudah masuk pertemuan ke-4, tapi saya merasa kesempatan kedua ini tidak boleh disia-siakan lagi. Bersyukur akhirnya bisa ikut RK tahun ini dan saya belajar bahwa Tuhan mengatur setiap agenda kita berdasarkan rancangan besar Allah, sehingga kita harus mematikan setiap keinginan dan ambisi-ambisi kita sendiri. Saat pengutusan, saya tertegur ketika membahas pertanyaan yang diajukan kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihiku?”, jika boleh jujur, saya belum dapat mengatakan bahwa saya mengasihi Yesus karena ambisi-ambisi saya. Yang ingin lakukan di kampus setelah kembali adalah memperbaiki internal kepengurusan dengan mentransfer visi pemuridan kepada mereka agar mereka mau mengajak jemaat melakukan pemuridan. – Brian Doloksaribu, Universitas Sriwijaya (Fakultas Pertanian) 2014, Palembang

“Yang aku nikmatin jadi tahu kalau aku adalah bagian dari Kerajaan Allah. Sebelumnya, aku merasa bahwa diriku tidak berharga tapi di retret ini dibukakan kalau aku adalah bagian dari cerita besar Allah. Setelah kembali ke Poso, aku ingin menjangkau orang-orang di kampusku terutama mereka yang tidak ikut PMK dengan PI pribadi kepada mereka. Karena sebenarnya mahasiswa Kristen di kampusku berjumlah 300-an orang tapi yang setia datang persekutuan hanya 30-an oang dan itu-itu saja.” – Tirsa, UNSIMAR (Universitas Sintu Maroso) 2015, Poso

“Diajarkan bagaimana bisa menjadi murid yang memiliki karakter Kristus, aku juga mengerti bahwa agenda-agenda dan kehidupanku sudah di-set sama Tuhan. Aku diciptakan untuk melakukan visi dan misi Tuhan yaitu mendirikan KerajaanNya di dunia ini, sehingga aku tidak perlu mempedulikan pandangan orang-orang di sekitarku. Setelah pulang dari RK ini, aku ingin sharing dengan teman-teman pengurus lainnya agar mereka juga bersemangat dalam membangun pemuridan di kampus. Walaupun banyak murid, tapi kualitasnya masih jauh dari murid sejati karena mereka masih belum mau bayar harga dalam melakukan Firman.” – Desita Perullu, Universitas Pattimura (Fakultas Keguruan) 2014, Ambon

“Kembali diingatkan mengenai prinsip pemuridan yang ‘menghasilkan murid yang memuridkan kembali’ serta di bukakan bahwa murid adalah yang “mengetahui dan melakukan’ perintah sang Guru Agung. Sebagai Alumni dan Penilik, salah satu tantangan terbesar sebagai untuk menjadi seorang murid adalah ambisi. Menjadi refleksi bagiku sudahkan ambisi ku merupakan cerita yang Allah harapkan atau hanya merupakan pemuas keinginan agar bisa dipandang lebih dari yang lain? Komitmen ku agar bisa lebih menyangkal diri serta menjadi penilik yang “mengalami, menghidupi dan menularkan” apa yang sudah ku terima. Semoga aku dan kampusku bisa dipakai dalam cerita Allah membangun kerajaan-Nya.” – Theo, Penilik PMK Hang Jebat, 2011

BAGIKAN: