Kamp Pengutusan Mahasiswa 2017

[siteorigin_widget class=”SiteOrigin_Widget_Image_Widget”][/siteorigin_widget]
[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]

“Aku sangat bersyukur ikut KPM. Awalnya sih emang udah bertekad pengen ikut, tapi di tengah-tengah aku ragu karena masalah biaya. Tapi, Tuhan berkehendak lain dan ngasih kesempatan. Firman yang paling diingatkan adalah kita sebagai anak Tuhan diperintahkan untuk mendatangkan kesejahteraan bagi bangsa ini, intinya di mana pun kita berada hendaknya menghadirkan kerajaan Allah. Selain itu, Tuhan semakin mengingatkan aku supaya membuka mata dan membuka hati akan kondisi bangsa bahkan dunia yang kita tinggalin, dan pikirkan apa yang bisa aku lakukan sebagai anak Tuhan. Aku semakin dikuatkan juga untuk melakukan pengabdian masyarakat ke daerah, mungkin entah 1-2 tahun. Fellowship dengan teman sekelompok dan sekamar juga luar biasa, apalagi mendengarkan sharing kehidupan dan pergumulan mereka. Aku merasa gak sendiri.” (Bellini Simangunsong, FKM UI, 2013)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]

“Banyak hal baru yang aku dapet dari kamp ini. Aku bener-bener dibukakan arti sebenarnya dari keadilan, ‘mispat‘ yang artinya orang-orang lemah atau yang tidak berkutik agar dapat disejahterakan. Dari sini aja udah mengubah banyak dari mindset lamaku tentang keadilan. Bersyukur juga dari small group selama 4 hari kemarin yang sangat memberkati karena selain sharing, juga saling menguatkan. Setiap sesi di retret kemarin membantu aku untuk tetap terus berharap pada Tuhan dan bahwa ke depannya Tuhan juga yang akan terus menuntun aku dalam panggilan hidup juga untuk terus taat waktu Tuhan yang suruh aku harus kemana atau ngapain.

Hal yang paling berkesan buat aku adalah waktu pak Erick nunjukin lirik lagu “Memandang Salib Rajaku” yang bait terakhir. Hal itu sangat menegur aku, bahwa kalau aku yang mempunyai jagad raya dan kuserahkan pada Tuhan pun, itu gak cukup, yang diminta Tuhan adalah diriku sendiri.” (Anneke Dwi Sesarika, Binus, 2013)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]

“Allah menangkapku lewat KPM. Sebelum mengikuti KPM, orientasiku untuk mencari kerja adalah berdasarkan gaji dan status perusahaan. Aku disadarkan melalui KPM ini bahwa panggilan luhur kita adalah membawa justice/keadilan (mensejahterahkan orang lemah). Belajar dari eksposisi syair Hamba dari Kitab Yesaya membuatku semakin menghayati teladan Hamba Yang Sempurna yaitu Yesus Kristus. Kita dipilih oleh Tuhan sebelum dunia dijadikan. Seminar/pleno dalam KPM menyadarkanku bagaimana kondisi Indonesia saat ini, membuatku semakin terbeban untuk membangun Indonesia. Selanjutnya, di KPM ini juga ada kapita selekta profesi dan non-profesi, Hal ini mengajarkanku tentang Christian World View dalam dunia teknik (hal yang dibukakan adalah pembangunan menara Babel) Dan bukan hanya itu saja aku juga diajarkan untuk mengambil kegiatan misi yaitu, Pompa Ponggah. Semakin menyadari menjadi alumni yang Tsadaqim itu bukan hanya menyumbangkan dana ke kegiatan sosial, tetapi juga mau terjun ke masyarakat. Aku juga mendapatkan kelompok sharing yang berasal dari aneka ragam kampus, dimana kami boleh saling menguatkan dan membantu satu sama lain dalam meneguhkan panggilan Kami. Sungguh, KPM ini mengajarkanku bagaimana aku hidup diciptakan oleh Tuhan, bagi Tuhan, dan untuk Tuhan. Biarlah melalui KPM ini dan KPM selanjutnya semakin banyak alumni-alumni PMK yang berjuang untuk membawa kedamaian bagi dunia.” (Talenta Amelia, PNJ, 2014)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]

“‌Teramat bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan yang boleh ada hingga saya dapat mengikuti Kamp Pengutusan Mahasiswa (KPM) 2017. Thanks juga buat para panitia yang dengan amat sangat awesome mengerjakannya! Semua sesi yang diikuti, kapsel yang dijalani hingga pertemuan small group yang hangat semakin membuat saya semakin mengerti, serta meneguhkan realita yang akan kita hadapi sebagai seorang Kristen untuk siap berkontribusi menciptakan keadilan sosial bagi keluarga, masyarakat hingga bangsa dan negara tanpa dibatasi unsur SARA. Berfokus pada proses dan tanggung jawab kita, dan Tuhanlah yang berkuasa atas hasilnya. Just do our best then let God do the rest. Hidupmu adalah kitab terbuka yang dibaca sesamamu, apakah tiap pembacanya melihat Yesus dalammu? Mari kita penuhi panggilan-Nya hingga beria-rialah bangsa kita, Indonesia!” (Gita Buana Halim, Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2013)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]

“Syair hamba dalam kitab Yesaya yang dibukakan dalam Kamp ini begitu menggugah, aku semakin kagum dan mengimani kekristenan, bersyukur karena Tuhan mau memilihku dalam misi agung ini, Tuhan mau berkenan kepadaku, dan Tuhan mengirim roh-Nya demi memampukan umat-Nya yang begini rapuh untuk mewujudkan shalom bagi umat manusia. Takut pada penderitaan badani adalah kebodohan. Jika permintaan ini tidak aku iyakan, aku akan rugi selama-lamanya! Mengenai fellowship, aku banyak dapat teman baru. Semuanya seru-seru, semuanya memiliki visi yang sama untuk berjuang. Aku juga terarahkan pada bidang vokasi yang sesuai dengan kapasitas diri dan dibutuhkan dunia, terutama itu memuliakan nama Tuhan. Saya merindukan semua mahasiswa Kristen untuk dapat membaca buku Kingdom Calling dan mengikuti kamp yang sangat bagus dan berbobot ini.” (Hendy Ceu Adinata, FH Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2013)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]

“Sebenarnya aku tidak mau masuk jurusan kehutanan dan gak pernah terpikir ngambil jurusan ini. Aku juga gak menyadari maksud Tuhan kenapa aku ada di jurusan ini. Setelah menikmati Pause and Pondering, aku jadi sadar apa yang Tuhan kerjakan di sepanjang perkuliahanku sebagai mahasiswa Kehutanan dan kenapa Tuhan panggil aku untuk menikmati persekutuan. Di KPM ini, aku belajar tentang panggilan hidup sebagai rekan sekerja Allah yang harus membawa ‘shalom’ (misphat) di tengah-tengah vokasi yang akan aku geluti nantinya. Khususnya terkait dengan bagaimana bidang kehutanan ini bisa menghadirkan kerajaan Allah, bagaimana juga Allah yang menjadi orientasi dari panggilan hidup yang suci ini. Aku juga belajar bahwa seharusnya aku siap memberikan diriku sebagai respon keselamatan yang telah kuterima. Pada saat ibadah pengutusan, aku menikmati bagian Yesaya 55:8 (TB) “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” Hal ini yang meneguhkan aku untuk siap menjadi rekan sekerja Allah meski terkadang ketika memikirkan panggilan ini, rasanya berat dan menakutkan. Aku bersyukur bisa menikmati kebersamaan dan fellowship bersama teman-teman small group, kamar, dan lainnya. Kami bisa sharing dan saling menguatkan aku untuk menangkap dan memikirkan panggilan hidup yang akan aku nikmati nantinya. Aku banyak belajar ketika Tuhan bukakan dan kasih beban ini sehingga membuat aku tertantang dan memikirkan apa yang nantinya akan aku kerjakan dalam pekerjaanku. Semoga hidupku menjadi kitab yang terbuka dan mampu menghadirkan shalom nantinya.” (Melki Deus Purba, Universitas Jambi, 2013)

BAGIKAN: