Student Leadership

“Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1Tim. 4:12).

Firman Tuhan ini menjadi salah satu ayat Alkitab yang menjadi pegangan saya ketika mahasiswa. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di kampus Fakultas Hukum Universitas Indonesia ada perasaan gentar karena saya menyadari bahwa kemampuan saya untuk berhasil di dalam perkuliahan mungkin akan membutuhkan kerja keras dan akan dihadapkan kepada persaingan yang sangat tinggi. Tetapi melalui pembinaan di Persekutuan Oikumene di Kampus, terjadi perubahan yang drastis dalam prioritas hidup saya menjadi semata-mata hanya untuk menyenangkan hati Tuhan. Perlahan-lahan keyakinan akan penyertaan Tuhan di masa muda berubah menjadi keyakinan bahwa mahasiswa pun bisa menjadi teladan, baik dalam perkataan dan perbuatan, dalam kasih, kesetiaan dan kesucian hidup. Pengenalan akan Tuhan memberikan beban bagi saya untuk menyerahkan hidup melayani mahasiswa di kampus.

Di dalam pelayanan mahasiswa tidak ada yang lebih mengerti keadaan kampus selain mahasiwa itu sendiri. Pembicara yang hanya datang seminggu sekali ke kampus atau staf Perkantas yang datang mendampingi pengurus PMK atau memimpin KK, tidak dapat dianggap sebagai pihak yang mengetahui keadaan kampus secara lebih baik. Keberadaan pemimpin-pemimpin rohani dari luar kampus hanyalah untuk membantu mahasiswa untuk bertumbuh di dalam pengenalan mereka akan Tuhan namun tidak untuk mengambil alih inisiatif pelayanan. Jika ada unsur-unsur luar mengambil alih inisiatif pelayanan kampus maka hal itu merupakan penyimpangan ciri utama pelayanan mahasiswa dan perlu mendapat perhatian kita secara serius.

Mahasiswa merupakan generasi yang penuh dengan idealisme. Masa kuliah adalah masa dimana terjadi transformasi hidup mahasiswa menjadi individu yang independen, penuh dengan semangat dan berkeinginan kuat untuk melakukan sesuatu terhadap sekitarnya. Sebagaimana dapat dilihat dari perjalanan perintisan dan perkembangan pelayanan kampus pada awalnya, bahkan secara lebih luas perkembangan pergerakan kebangsaan Bangsa ini, mahasiswa memegang peran yang penting. Karenanya tidak ada alasan bagi mahasiswa menjadi takut untuk mengambil inisiatif pelayanan atau ragu untuk mengembangkan pelayanan kampus. Bahkan bagi alumni dan para staf Perkantas tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan kemampuan mahasiswa untuk melayani kampusnya.

Ada dua hal utama yang perlu mendapat perhatian kita dalam mengembangkan student leadership di dalam pelayanan mahasiswa. Pertama, bagaimana mahasiswa terpanggil untuk sungguh-sungguh mengerjakan pelayanan di kampus. Hal yang kedua, bagaimana mahasiswa bisa menjawab tantangan zaman ini dengan melayani kampus secara kontekstual. Kita perlu mengingat bahwa semua ini dikerjakan sembari mahasiswa menjalani kuliahnya yang sudah cukup padat.

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya” (Filipi 3:7-8). Ketika pertobatan sejati itu terjadi tidak mungkin seorang Kristen tidak merasa berhutang terhadap Tuhan yang telah menganugerahkan keselamatan itu. Mahasiswa-mahasiswa yang merasa berhutang ini niscaya akan mengerjakan pelayanan dengan sungguh-sungguh karena bagi mereka pengenalan akan Tuhan itu lebih berharga dari segalanya. Seminar motivasi apapun, buku self-motivational apapun tidak akan dapat mengalahkan dorongan yang kuat dari seorang mahasiswa untuk melayani Tuhannya yang telah menebusnya dari dosa dan maut. Kombinasi dari rasa syukur kepada Tuhan dan sifat mahasiswa yang penuh dengan semangat dan inisiatif niscaya akan melahirkan pelayanan mahasiswa yang dinamis. Bagian alumni, staf dan pembimbing rohani adalah menjadi rekan sekerja mahasiswa, pengurus dan pemimpin kelompok kecil dengan memberikan pandangan-pandangan yang mereka perlukan, membantu mereka mengerjakan apa yang tidak dapat mereka kerjakan sepenuhnya di luar kampus, seperti persekutuan antar kampus, retreat wilayah dan regional dan sebagainya. Namun untuk penginjilan di kampus, pemuridan, persekutuan Jumat dan pelayanan lainnya di kampus, mutlak merupakan bagian mahasiswa.

Apakah mungkin mahasiswa bisa menjawab tantangan zaman ini? Sanggupkah mahasiswa membedakan mana ajaran yang benar dan tidak benar, atau sanggupkah mahasiswa menjawab tantangan zaman tentang LGBT, hak asasi manusia dan keadilan? Tentu sanggup! Mahasiswa yang secara sungguh-sungguh belajar Firman Tuhan pasti akan melihat kebenaran itu. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim. 3:16). Mahasiswa yang dengan setia dan rendah hati di hadapan Tuhan belajar Firman-Nya pasti akan melihat kekayaan itu. Roh Kudus akan menyingkapkan rahasia kekayaan Firman Tuhan. Seorang murid yang baik, tentu mengetahui sampai di mana batas kemampuannya dan tahu kapan dia perlu mendapatkan pertolongan. Demikian juga halnya dengan pelayanan mahasiswa. Jika mahasiswa menyadari bahwa dia membutuhkan pertolongan, maka dia juga harus secara bijaksana mencari jawabannya dari luar kampus. Di sinilah alumni, staf Perkantas dan para pembimbing rohani berperan membantu pelayanan Kampus.

Akhirnya kita perlu mengingat bahwa student leadership itu tidak dimaksudkan agar mahasiswa menjadi pemimpin di masa depan. Pelayanan mahasiswa tidak juga dimaksudkan untuk menjadi ajang training organisasi dan kepemimpinan mahasiswa sehingga mereka siap memasuki dunia alumni. Pelayanan mahasiswa semata-mata adalah buah ketaatan seorang Kristen dimasa kuliah. Ketaatan untuk mengenal Tuhan lebih dekat lagi, ketaatan untuk hidup kudus, ketaatan untuk memberitakan Injil dan melayani mahasiswa dan ketaatan untuk menyelesaikan perluliahan dengan sebaik-baiknya. Jika Tuhan akhirnya membuka kesempatan kepada mahasiswa setelah alumni untuk menjadi pemimpin dimanapun itu, tentu Tuhan juga dapat menjadikan pengalaman-pengalaman di masa mahasiswa itu menjadi bekal yang berharga. Tuhan berdaulat mutlak membukakan kesempatan itu kepada alumni nantinya.

BAGIKAN: