Memperingati & Merayakan Kelahiran Kristus di Tengah Krisis: Sumber Iman, Pengharapan dan Kasih

Beberapa waktu lalu, saya mengadakan rapat dengan Tim PA Jakarta. Kami hendak menentukan kapan dimulainya Season 2 dari Bible Study Club (BSC), seri Kitab 1 & 2 Raja. Saya berkata demikian, “Setelah Season Finale di 7 November nanti, bila Season 2 kita mulai akhir tahun ini, kita cuma bisa adakan 1 kali BSC di akhir November. Setelah itu, harus libur dulu di Desember dan baru mulai lagi Januari tahun depan, karena sudah masuk musim Natal…” Salah satu anggota Tim PA, Josephina, menimpali, “…musim Natal online ya Bang...” Satu kesadaran baru menyeruak: tahun ini natal akan dalam bentuk online! Suatu bentuk natal yang baru yang tidak pernah dialami oleh anggota-anggota Tim PA yang baru berusia dua puluh tahunan ini. Tidak juga pernah dialami oleh saya yang telah berumur empat puluh tujuh tahun.

Ketika pandemi Covid-19 tiba dan mengharu biru negeri ini mulai Maret lalu, Natal bentuk baru ini tidak terpikirkan. Ya benar, banyak acara-acara ibadah dan pelayanan kita harus ditunda, dan kemudian diubah ke dalam bentuk online. Namun, prediksi dan harapan kita paling lama hanya 5 sampai 6 bulan saja. Setelah itu, semua akan kembali ke bentuk semula dan Natal tahun ini tidak akan tersentuh dampak pandemi, tetap Natal seperti tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi di penghujung tahun ini suatu fakta yang tak dapat dibantah muncul di depan kita, musim Natal online akan tiba. Satu bentuk Natal yang tak pernah ada sebelumnya. Dalam memperingati dan merayakannya, kita tidak bisa bertemu langsung, tidak bisa menjabat tangan, apalagi memeluk erat keluarga yang kita kasihi, sahabat kita, saudara seiman ataupun rekan seperjuangan dalam pelayanan kita. Kita hanya bisa memandang layar HP atau Laptop yang menampilkan video mereka. Mungkin juga hanya profile picture atau tulisan namanya belaka yang bisa tampak di layar itu, karena kendala sinyal internet, atau keterbatasan kuota. Bahkan mungkin kita tidak bisa lagi melihat atau pun mendengar mereka, karena pandemi Covid-19, atau akibat sampingan yang ditimbulkannya telah merenggut nyawa mereka.

Natal yang datang menjelang di tahun ini adalah sebuah natal di tengah krisis. Krisis yang demikian gelap. Pandemi Covid-19 sudah 9 bulan melanda negeri kita. Pada 29 November muncul rekor baru penambahan kasus positif sebesar 6.267 orang, sehingga sudah 534.266 orang terkonfirmasi terpapar, dan 16.815 orang meninggal, di 34 propinsi, 505 kabupaten/kota.

Seiring dengan hal tersebut, dampak negatif bermunculan dan bertambah besar. Awal November negara kita dinyatakan masuk jurang resesi setelah mengalami pertumbuhan minus dua kuartal secara berturut-turut. Hal tersebut lantaran pertumbuhan ekonomi minus 3,49 persen pada kuartal III-2020. Badan Pusat Statistik melaporkan jumlah pengangguran periode Agustus 2020 mengalami peningkatan sebanyak 2,67 juta orang. Dengan demikian, jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang. Banyak alumni PMK yang termasuk di dalamnya. Dalam beberapa kesempatan, saya bertemu langsung dengan alumni-alumni yang sudah dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Beberapa telah diberhentikan, dan terpaksa membuka usaha dagang kecil untuk bertahan hidup.

Di November ini hadir beberapa hal yang membuat krisis ini tampak menjadi kian gelap. Seorang pemimpin kelompok radikal dideportasi oleh negara tempat dia kabur dari jeratan kasus-kasus di negara kita. Para pengikutnya menyambut secara besar-besaran di bandara, dengan menimbulkan banyak kerusakan dan pelangaran protokol Kesehatan. Disusul dengan mengadakan acara-acara dengan kerumunan banyak orang di daerah Jakarta dan Bogor, yang juga melanggar protokol Kesehatan, tanpa ada upaya pencegahan dari pemerintah daerah setempat, bahkan petinggi daerah tersebut ikut terlibat juga. Bukan hanya banyak kerumunan orang yang sudah dihasilkannya, tetapi juga banyak kata-kata penuh ancaman dan kejahatan dilontarkan olehnya. Terakhir, dikabarkan dia dirawat di sebuah rumah sakit daerah Bogor, menolak test swab oleh satgas Covid-19, dan kemudian melarikan diri pada malam hari lewat gudang obat. Bersamaan dengan itu, kita mendengar berita yang membuat hati miris dari Sigi, Sulawesi Tengah.  Satu keluarga, yang terdiri dari 4 orang dan merupakan anggota pos pelayanan Gereja Bala Keselamatan, dibunuh secara sadis. Tiga rumah ikut dibakar. Pelakunya adalah kelompok Mujahid Indonesia Timur.

Pernah menonton film seri GAME OF THRONES? Jika pernah, pasti kamu tahu bahwa dalam film tentang perebutan tahta “The Iron Throne” oleh 7 dinasti ini terdapat satu kalimat yang sering diucapkan, yaitu “Winter is coming”. Seruan ini menandakan datangnya musim dingin yang penuh ancaman mematikan, sebab datangnya pasukan orang mati yang dipimpin Night King, raja kegelapan yang hendak menguasai dunia, mengubah orang-orang hidup menjadi orang-orang mati yang tunduk kepadanya. Kian mendekat dan kian mengancamnya Night King itu, kian sering “Winter is coming” diserukan. Bila dalam film seri fiksi itu “Winter is coming” dipakai, maka dalam krisis yang tengah datang melanda kita ini, bisa kita katakan “Darkness is coming”. Darkness is coming” menjelang datangnya masa raya Natal yang belum pernah kita alami sebelumnya ini.

Bila demikian yang tampak di depan mata kita, apakah seperti di masa raya natal pada tahun-tahun yang silam, memperingati dan merayakan kelahiran Kristus, di tengah krisis yang kian gelap ini, masih bisa menjadi sumber iman, pengharapan dan kasih bagi kita dan dunia?

Ya, masih bisa saudara-saudaraku. Di dalam Kitab Suci banyak fakta yang menunjukkannya. Saya hendak bagikan satu di antaranya, dari bagian firman yang saya nikmati dalam pelayanan di BSC seri Kitab 1 & 2 Raja-Raja. Perikopnya 1 Raja-Raja 14:21-16:34.

“Darkness is coming” dalam Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel (1 Raja 14:21-15:8 dan 15:25-34)

Perikop ini menceritakan apa yang terjadi pada masa pemerintahan sejumlah raja Yehuda dan raja Israel dalam kurun waktu 60 tahun lamanya. Ini adalah penggalan pertama sejarah kerajaan Yehuda (kerajaan Israel selatan) dan Kerajaan Israel (kerajaan Israel utara). Keduanya muncul sebagai pecahan kerajaan Israel bersatu akibat raja Salomo telah jatuh ke dalam dosa yang demikian dalam. Darkness is coming.

Perikop dibuka dengan kisah raja Rehabeam, anak Salomo, yang menjadi raja pada usia 41 tahun (berarti ia telah melihat banyak hal yang dilakukan Salomo), dan memerintah selama 17 tahun. Namun, Rehabeam tidak belajar dari kejatuhan ayahnya. Dalam kepemimpinannya, yang sangat dipengaruhi oleh ibunya, Naama, seorang perempuan Amon, orang Yehuda, ia mendirikan banyak tempat pengorbanan, tugu berhala serta tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan di bawah setiap pohon rimbun. Ibadah berhala yang melibatkan pelacur laki-laki mereka sediakan. “Mereka berlaku sesuai dengan segala perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari orang Israel”, demikian narator nyatakan. Kemudian, pada tahun kelima, Sisak, raja Mesir menyerang Yerusalem dan menjarah semua barang-barang perbendaharaan rumah Tuhan, juga semua perisai-perisai emas yang dibuat Salomo—tanda pudarnya kerajaan yang pernah jaya itu. Semua itu masih ditambah dengan terus berlangsungnya perang ada antara Rehabeam dan Yerobeam, raja Israel. Darkness is coming.

Rehabeam mati dan diganti oleh anaknya, Abiam. Tiga tahun lamanya ia memerintah. Narator menyatakan, “Abiam hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya sebelumnya, dan ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, moyangnya.” Darkness is coming.

Demikian apa yang terjadi pada kerajaan Yehuda di selatan. Kini mari beralih melihat kondisi kerajaan Israel di utara.

Setelah Yerobeam mati, anaknya, Nadab, menjadi raja Israel. Dua tahun lamanya ia memerintah. Narator menyatakan, “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, serta hidup menurut tingkah laku ayahnya dan menurut dosa ayahnya, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.” Karena itu, terjadilah saat Nadab memimpin pasukan mengepung Gibeton yang merupakan wilayah orang Filistin (berarti dia punya kompetensi yang tinggi dalam memimpin perang), Baesa bin Ahia dari kaum Isakhar membunuh dia. Juga seluruh keluarga Yerobeam yang masih hidup dibantai oleh Baesa. Darkness is coming.

Kemudian Baesa menjadi raja atas seluruh Israel. Memerintah 24 tahun di kota Tirza. Bagaimana ia memerintah? “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosanya yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.” Darkness is coming.

Setelah Baesa mati, anaknya, Ela, menjadi raja atas Israel, 2 tahun lamanya di Tirza. Ela pun melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, membuat orang Israel menimbulkan sakit hati Tuhan dengan menyembah dewa-dewa. Ketika pasukannya sedang mengepung Gibeton yang adalah wilayah Filistin, Ela malah asyik minum-minum hingga mabuk di ibu kota. Saat itulah datang Zimri, salah seorang panglima pasukan kereta kuda-nya, lalu membunuh dia dan menggantikannya sebagai raja. Darkness is coming.

Zimri hanya sempat jadi raja seminggu lamanya. Ketika pasukan Ela yang ada di Gibeton tahu apa yang menimpa raja mereka, maka mereka menobatkan Omri, seorang panglima pasukan Ela, menjadi raja atas Israel. Omri segera memimpin pasukan mengepung dan merebut kota Tirza. Melihat itu Zimri ketakutan, lalu ia membakar istana serta dirinya sendiri hingga mati. Mengapa itu terjadi? “oleh karena dosa-dosa yang telah dilakukannya dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula” Darkness is coming.

Setelah Zimri mati, Omri bertahta sebagai raja Israel. Sempat muncul seorang rival yang diangkat sebagian bangsa Israel, yaitu Tibni. Tapi Omri menang, dan menjadi raja Israel 12 tahun lamanya. Ia memerintah di Tirza 6 tahun lamanya. Kemudian ia membeli gunung Samaria seharga 2 talenta perak, dari pemiliknya yang bernama Semer. Lalu mantan panglima perang ini mendirikan sebuah kota di sana yang dinamainya Samaria. Melihat ini, Omri bisa diberi gelar “Bapak Pembangunan” atas jasa atau prestasi itu bukan? Tetapi lihat apa yang Narator nyatakan, “Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya. Ia hidup menurut segala tingkah laku Yerobeam bin Nebat dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, dengan dewa-dewa kesia-siaan mereka.” Darkness is coming.

Terakhir dalam perikop ini, diceritakan setelah Omri mati, anaknya, Ahab, menjadi raja atas Israel di Samaria, selama 22 tahun. Apa raport pemerintahannya? Narator menyebutkannya, “Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya”. Dan itu masih ditambah lagi dengan menikahi Izebel, anak Et-baal, raja Sidon, yang kemudian menyeret dia menjadi penyembah dewa baal, bahkan mendirikan kuil baal lengkap dengan mezbah untuk baal di Samaria. Belum cukup juga dengan itu, ia mendirikan patung asyera pula. “…sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, lebih dari semua raja Israel yang mendahuluinya,” demikian Narator mengimbuhkan. Darkness is coming.

“A Lamp in Jerusalem” Allah Hadirkan di Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel (1 Raja 15:9-15)

Syukur ada kabar baik dalam narasi kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel yang tengah dilanda krisis yang gelap dan making gelap itu. Sebelum kegelapan demi kegelapan itu datang dan melanda, Tuhan telah berjanji akan hadirkan sebuah alat penerang atau pemancar terang, yang akan memancarkan terang-Nya. Menyatakan kehadiran-Nya dan kebenaran firman-Nya. Memberikan dasar bagi umat-Nya untuk terus beriman kepada Dia dan rencana keselamatan-Nya, memiliki dasar pengharapan yang kuat akan itu, serta menikmari maupun menebar kasih-Nya.

Janji itu telah diberikan Tuhan lewat nabi Ahia, yang menubuatkan bahwa Dia akan mengoyakkan sebagian kerajaan dari tangan Salomo yang telah berdosa sedemikian rupa dan memberikannya kepada Yerobeam bin Nebat: “Yet to his son I will give one tribe, that David my servant may always have a lamp before me in Jerusalem, the city where I have chosen to put my name” (1 Kings 11:36, ESV). Jadi selain dinyatakan Tuhan bahwa Dia akan memberikan satu suku Israel (Yehuda, ditambah Benyamin), untuk tetap ada di bawah pemerintahan keturunan Daud yang akan terus ada di tahta serta memerintah, ayat ini juga menyatakan janji akan diberikan-Nya sebuah alat penerang atau pemancar terang-Nya dari antara raja-raja keturunan Daud itu.

Janji ini kemudian dinyatakan kembali pada masa pemerintahan raja Abia yang menghadirkan krisis yang gelap di kerajaan Yehuda tadi: “Nevertheless, for David’s sake the LORD his God gave him a lamp in Jerusalem, setting up his son after him, and establishing Jerusalem,…” (1 Kings 15:4, ESV).

Janji ini digenapi Tuhan dengan kehadiran Asa, sebagai raja Yehuda, menggantikan ayahnya, Abia. Asa memilih tampil beda dari ayahnya. Ia juga memilih tampil beda dari kakeknya, Rehabeam. Ia pun memilih tampil beda dari buyutnya, Salomo. Ia memilih “melakukan apa yang benar di mata Tuhan, seperti Daud, bapa leluhurnya”. Disingkirkannya ibadah berhala yang melibatkan pelacur-pelacur laki-laki, maupun berhala-berhala yang dibuat oleh para pendahulunya. Bahkan ia berani ambil resiko memecat neneknya, Maakha, ibu suri kerajaan, karena membuat patung asyera. Lalu patung asyera neneknya itu dihancurkan dan dibakarnya di lembah Kidron. Ia juga menjalankan dan mencontohkan praktek ibadah yang benar, salah satunya dengan membawa persembahan-persembahan kudusnya, maupun persembahan-persembahan kudus ayahnya (yang telah ayahnya abaikan), ke rumah Tuhan. Light is coming and shining.

“A lamp in Jerusalem” ini juga terus setia memancarkan terang Tuhan di sepanjang masa pemerintah raja-raja kerajaan Israel tadi. Saat raja-raja itu melakukan beragam hal jahat di mata Tuhan, “a lamp in Jerusalem” ini memancarkan terang Tuhan yang bisa mereka atau pun umat mereka lihat, guna dapat memilih melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Lihatlah bagaimana narator menyatakan hal ini:

  • Nadab, anak Yerobeam, menjadi raja atas Israel dalam tahun kedua zaman Asa, raja Yehuda (1 Raja 15:25).
  • Baesa membunuh dia dalam tahun ketiga zaman Asa, raja Yehuda, dan menjadi raja menggantikan dia (1 Raja 15:28).
  • Dalam tahun ketiga zaman Asa, raja Yehuda, Baesa bin Ahia menjadi raja atas seluruh Israel di Tirza (1 Raja 15:33).
  • Dalam tahun kedua puluh enam zaman Asa, raja Yehuda, Ela, anak Baesa, menjadi raja atas Israel di Tirza (1 Raja 16:8).
  • datanglah Zimri, lalu membunuh dia dalam tahun kedua puluh tujuh zaman Asa, raja Yehuda, dan ia menjadi raja menggantikan dia (1 Raja 16:10).
  • Dalam tahun kedua puluh tujuh zaman Asa, raja Yehuda, Zimri menjadi raja (1 Raja 16 15).
  • Dalam tahun ketiga puluh satu zaman Asa, raja Yehuda, Omri menjadi raja atas Israel (1 Raja 16:23).
  • Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda (1 Raja 16:29).

Peristiwa Natal, Puncak Penggenapan Janji Allah akan Terang-Nya

Meski alami krisis yang gelap, orang-orang di kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel itu sesungguh memiliki keberuntungan yaitu telah menerima penggenapan janji Allah akan terang-Nya. “ A lamp in Jerusalem” telah di anugerahkan di tengah krisis yang mereka alami saat itu.

Bagaimana dengan kita?

Kita jauh lebih beruntung dari mereka. Mereka hanya menikmati Asa sebagai pemancar terang-Nya saja. Lagipula jelas ditunjukkan bahwa Asa bukan terang yang sesungguhnya, karena dia juga kemudian jatuh ke dalam dosa saat menghadapi krisis, yang dia lihat sangat mengancam dirinya (1Raja. 15:16-22). Kejatuhan Asa ini menunjukkan bahwa ada terang yang sempurna, terang yang sesungguhnya, yang akan menjadi puncak penggenapan janji Allah akan terang-Nya. Nah, kita telah dapat menikmati puncak penggenapan janji Allah akan terang-Nya itu. Kita telah mendapatkan dan menikmati terang yang sesunguhnya itu. Dan peristiwa Natal yang terjadi ribuan tahun lalu itu telah menjadi sarana anugerah ini. Simak apa yang dituliskan rasul Yohanes tentang ini: 6 A man came, sent from God, whose name was John. 7 He came as a witness to testify about the light, so that everyone might believe through him. 8 He himself was not the light, but he came to testify about the light. 9 The true light, who gives light to everyone, was coming into the world (Yohanes 1:6-8).

Simak juga pernyataan Yesus kepada orang banyak di Bait Allah Yerusalem, pada sebuah ruangan di mana terdapat sebuah kaki dian besar penerang ruangan itu: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yohanes 8:12).

Janji Allah telah tergenapi. Meski harus menempuh lintasan waktu yang panjang. Meski banyak krisis yang gelap silih berganti datang. Dia sedang menyertai kita dan akan menggenapi tahapan akhir dari janji-Nya, yaitu Yesus Kristus, Terang yang sesungguhnya itu, akan datang Kembali dan kegelapan serta segala musuh-Nya akan ditaklukkan di bawah kaki-Nya.

Janji-janji yang saya sebutkan tadi, sesungguhnya bisa kita tarik jauh ke belakang hingga kepada janji yang Allah berikan saat pertama kali manusia jatuh ke dalam dosa: 14Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. 15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kejadian 3:14-15).

Dari kitab-kitab Injil, kita tahu bahwa Yesus Kristus yang telah dilahirkan dalam peristiwa Natal itu, juga telah meremukkan kepala si ular di atas kayu salib.

Bila ia sanggup dan telah berhasil meremukkan kepala si ular di atas kayu salib, bukankah Dia juga sanggup dan akan meremukkan tiap faktor jahat yang ada dalam krisis gelap yang kini kita? Pada waktu perkenanan-Nya, dan dengan cara-Nya, itu semua akan Dia remukkan. Dan bukankah kita sudah melihat tanda-tanda-Nya? Lihat kita masih bisa hidup sampai sekarang, entah karena kita terhindar dari penularan, atau pun tertular, entah tanpa gejala maupun bergejalan ringan, sedang, atau berat, serta kemudian sembuh. Lihat kita juga bisa terus mengerjakan tugas dan panggilan yang Allah berikan, meski harus berjuang setengah mati menghadapi disrupsi-disrupsi yang ada. Terkait pandemi covid-19 itu sendiri, lihat sudah ditemukan vaksin maupun obat dengan perkembangan hasil uji yang menjanjikan. Tentang orang-orang radikal itu, lihat sudah banyak tokoh-tokoh yang dengan berani melawan mereka. Tentang para anggota Mujahid Indonesia Timur yang telah keji bantai saudara-saudara seiman kita di Sigi, lihat sudah dikerahkan Satgas Tinombala dengan tambahan kekuatan pasukan 100 orang untuk mengejar mereka.

Mari kita pringati dan rayakan Kembali kelahiran Kristus di tengah krisis yang gelap ini, agar kita bisa kembali nikmati limpahan kekuatan iman, pengharapan dan kasih Kristus. Dan bukan hanya menikmatinya untuk diri pribadi atau kelompok kita saja, tetapi juga bisa jadi pemancar terang-Nya, seperti Asa pada zamannya. Ingat bahwa inilah kehendak Kristus yang telah lahir pada peristiwa Natal itu: 14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. 16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

BAGIKAN: