Hanya Anugerah-Nya Semata

Hanya anugrah-Nya semata. Inilah kata-kata yang dapat saya ucapkan jika merenungkan kembali perjalanan hidup yang telah saya lewati. Bersyukur karena Allah menganugerahkan Persekutuan Oikumene Fakultas Teknik Universitas Indonesia (POFTUI), melalui wadah kelompok kecil (KK) dan Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) menjadi tempat bagi saya mengenal Yesus Kristus, dimuridkan, belajar melayani, belajar menggali dan menaati Firman Tuhan, belajar saat teduh, belajar beriman kepada Tuhan, belajar berdoa, belajar berkata tidak kepada dosa, belajar mengutamakan Kristus di dalam hidup ini. Saya juga bersykur, Allah menganugerahkan Perkantas sebagai wadah bagi saya untuk bertumbuh. Saya teringat pembinaan-pembinaan yang diadakan Perkantas seperti PMKJ, Retreat Koordinator, dan lain-lain. Melalui Firman yang diberitakan, telah memperlengkapi dan meneguhkan perjalanan hidup saya untuk mengikut Tuhan.

Hanya anugrah-Nya semata, saya dipercayakan untuk melayani mahasiswa dan beban itu semakin kuat ketika mengerjakan pelayanan sebagai ketua dalam Kamp Kepemimpinan Regional Jakarta 8 (KKRJ 8), yang diadakan Perkantas. Firman yang meneguhkan saya adalah Roma 16:1-16, melalui perikop ini saya diyakinkan bahwa Tuhan memang menghendaki agar kampus-kampus menghasilkan orang-orang yang memiliki kecintaan kepada Tuhan sama seperti orang-orang yang tertulis di Roma 16:1-16. Namun ketika melihat kondisi Persekutuan Mahasiswa di Jakarta, sungguh sedih melihat banyak PKK yang tidak setia, ada mahasiswa yang tidak lagi mengakui Kristus sebagai Tuhan, pengurus tidak menjalankan perannya dengan setia,dan Firman Tuhan tidak lagi kuat diberitakan di kelompok kecil. Melihat kondisi di atas saya merasa berhutang kepada pelayanan mahasiswa yang telah membuat saya mengenal Tuhan Yesus.

Namun saya mau lari dari panggilan Tuhan sama seperti Yunus, dengan berbagai alasan dan kondisi yang saya hadapi. Di antaranya, masalah keuangan, merasa diri tidak layak, serta kuatir akan masa depan. Namun, setelah saya membaca Matius 6: 25 – 34 tentang hal kekuatiran dan Yohanes 14:15 – 26 tentang Tuhan Yesus menjanjikan Penghibur, maka kedua perikop tersebut seolah “menelanjangi” saya dan membuat saya merasa bersalah ketika berusaha melarikan diri dari panggilan Tuhan. Melalui kedua perikop ini, Tuhan menegur saya untuk tidak kuatir tentang masalah makanan dan pakaian, tetapi Dia menghendaki setiap orang mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya terlebih dahulu. Dan, dari Injil Yohanes saya ditegur, bahwa yang akan memimpin saya adalah Allah Roh Kudus, lalu bagian yang membuat saya tersentak adalah Yohanes 14: 15 “Jikalau kamu mengasihi Aku maka kamu akan menuruti segala perintah Ku.”

Akhirnya setelah bergumul dan mendoakan maka pada bulan Juni 2007 saya menyerahkan diri secara full time kepada Tuhan untuk melayani mahasiswa melalui Perkantas. Impian saya adalah dari dunia mahasiswa di Indonesia akan terus menerus dihasilkan alumni-alumni yang setia mengasihi Tuhan lebih dari apapun dan setia membenci dosa lebih dari apapun, serta menjadi berkat bagi sesamanya. Amin.

(Dimuat di Oratio edisi Oktober 2007)

BAGIKAN: