It’s Finished! He Has Risen!

“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai”. Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya… Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit.(Yohanes 19:30; Lukas 24:6)

Penting untuk kita sadari bahwa seruan Yesus di kayu salib sebelum Ia menyerahkan nyawa-Nya adalah “Sudah selesai” (It is finished!). Hal ini tidak berarti, “Akhirnya selesai juga” (It’s all over!), tetapi berarti “Sudah selesai, sudah genap” (It is done!). Dalam Injil Yohanes, secara khusus, kita melihat Yesus berbicara mengenai pekerjaan yang Bapa berikan kepada-Nya (misalnya Yoh. 4:34; 17:4) dan pekerjaan inilah yang sekarang Ia selesaikan.

Stempel “SUDAH LUNAS” (PAID IN FULL) dapat dibubuhkan kepada daftar segala dosa dan kesalahan kita karena Yesus telah menyerahkan diri-Nya menggantikan kita, sehingga kita dibebaskan dari ketakutan akan penghukuman atau penolakan Allah. “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Roma 8:1).

Namun, Jumat Agung hanya akan menjadi Jumat yang Kelabu, tanpa Minggu Paskah. Kematian tanpa kebangkitan hanyalah tinggal kenangan belaka. Namun Puji Tuhan, “Ia telah bangkit”! Paskah menjadi momen yang penting dalam hidup umat Allah, karena dengan kemenangan Kristus atas kuasa maut kita diberikan kepastian akan hidup yang baru di dalam DIA. “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satukali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (Roma 6:9-11)

Pengertian akan karya Kristus bagi manusia ini, seharusnya semakin mendorong kita sebagai orang-orang muda, untuk bersyukur atas karya Kristus bagi kita. Dan menyatakan syukur tersebut melalui persembahan diri sepenuhnya hanya kepada Kristus, meninggalkan segala dosa dan hidup bagi Allah. Banyak manusia yang saat ini masih hidup bergelimang dengan dosa. Dosa begitu dekat dengan hidup orang muda saat ini. Mereka hidup tanpa pengharapan, hidup hanya bagi diri mereka sendiri. Apa yang gambarkan Paulus tentang kondisi jemaat Efesus, juga nyata dalam kebobrokan manusia saat ini.

Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.” (2 Timotius 3:1-5)

Adakah pengharapan bagi manusia di tengah kondisi seperti ini? ADA, ya jelas ADAdi dalam Yesus Kristus. Karya penebusan-Nya 2000 tahun yang lalu di kayu salib dan kubur kosong yang membuktikan kebangkitan-Nya atas kuasa maut, juga ditujukan bagi kita saat ini. Tuhan merindukan “Anak-Nya yang hilang” untuk kembali ke rumah-Nya, “Domba-Nya yang hilang” kembali ke kandang-Nya, Ia sungguh mengasihi manusia. Ia merindukan setiap orang boleh datang kepada-Nya, mempersembahkan diri mereka untuk hidup bagiNya. Oh, Tuhan sungguh merindukan hal ini.

Kiranya kerinduan ini, boleh kita serukan bersama dengan Rasul Paulus melalui kehidupan kita, “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:19-20).

BAGIKAN: