It’s Time for Mission

Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. (Kis. 16:9-10)

Paulus adalah pribadi yang Yesus pilih untuk memberitakan Injil bagi segala suku bangsa melalui sebuah penglihatan (Kis. 9:1-19a). Penglihatan ini membuat Paulus mengalami kuasa Injil yang memperbaharui hidupnya sehingga ia merasa berhutang dan ingin memberitakan Injil kepada semua orang (Rm. 1:14-15). Melalui pemberitaan Injil yang dia lakukan, Paulus meyakini bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (2Tim. 1:10). Atas keyakinan dan pengalaman itulah maka Paulus mendedikasikan dirinya demi Injil. Ia berjalan memberitakan Injil dari satu kota ke kota yang lain.

Suatu ketika dalam perjalanan keliling dari kota ke kota, Paulus dan teman-temannya hendak melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, namun Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan injil di Asia. Bahkan ketika mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. Akhirnya mereka pun pergi ke Troas (Kis. 16:6-8). Pada malam harinya, Paulus mendapat sebuah penglihatan ada seorang Makedonia yang berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” (Kis. 16:9)

Makedonia adalah suatu daerah di seberang tempat Paulus dan teman-teman malam itu berada. Daerah Makedonia ini tidak ada dalam rencana pejalanan sebelumnya – tidak terpikir oleh Paulus untuk pergi kesana. Tetapi setelah mendapat penglihatan itu, Paulus dan teman-temannya segera mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia karena melalui penglihatan itu mereka menyadari bahwa Allah memanggil mereka untuk memberitakan Injil kepada orang-orang disana.

Seperti Paulus, keyakinan akan kekuatan Injil seharusnya menjadi keyakinan kita untuk hidup melayani Tuhan – memberitakan Injil. Karena itu, menggumuli panggilan Allah dan taat pada panggilan-Nya adalah sangat penting. Kita harus peka menyadari di mana dan siapakah orang-orang perlu mendengar Injil itu. “Penglihatan Makedonia”, menyadarkan kita bahwa tempat dan orang-orang yang perlu mendengar Injil tersebut mungkin berada di “seberang” atau di “luar” zona nyaman kita. Seperti apakah zona nyaman kita? Zona nyaman itu mungkin adalah tempat keberadaan kita, atau mungkin kelompok komunitas kita atau mungkin adalah kemapanan rohani kita.

Samuel Escobar dalam bukunya A Time for Mission berkata, “Setiap orang yang keluar dari zona nyamannya dan meresponi panggilan Allah dalam hidup pribadinya adalah orang yang bermisi.” Jadi, misi bukan hanya berarti kita harus pergi ke tempat yang jauh, di luar sana. Ketika menjadi misionaris baru disebut bermisi. Misi, juga bukan hanya tugas dan tanggung jawab para hamba Tuhan atau penginjil saja. Sebaliknya, misi adalah tugas dan tanggung jawab semua orang percaya, misi dapat dilakukan di tengah konteks masyarakat yang sangat dekat dengan kita dan melalui profesi kita. Misi, memberitakan kabar baik, dilakukan karena keyakinan: Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan semua manusia.

Puji Syukur, karena panggilan untuk bermisi ini pun telah diresponi dalam pelayanan Perkantas Jakarta. Tuhan mempercayakan Perkantas Jakarta untuk mengerjakan misi dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah bagaimana perluasan misi Perkantas ke berbagai daerah regional. Daerah-daerah ini adalah tempat pelayanan yang berada di “seberang” zona nyaman kita di Jakarta. Di sana ada banyak siswa dan mahasiswa yang hidupnya belum mengenal Allah.

Berbeda dengan Jakarta, kondisi pelayanan di daerah-daerah tersebut masih banyak dipengaruhi kuasa kegelapan yang menguasai kehidupan pribadi seseorang, keluarga dan nenek moyang serta kota mereka,; gaya hidup monoton dan santai yang sulit untuk diubah, kondisi masyarakat yang miskin dan kurang berpendidikan membuat perbuatan-perbuatan amoral menjadi seperti biasa-biasa saja. Sekalipun ada pelayanan siswa dan mahasiswa namun sumber daya pelayan yang mengerti visi-misi dan mau membayar harga sangatlah sedikit – lebih sedikit, bila dibanding dengan di Jakarta. Sumber daya hamba Tuhan juga sedikit. Tidak banyak literatur kristiani yang berkualitas. Selain itu, di “seberang” Jakarta, banyak pengajaran sesat masuk dan mempengaruhi umat Allah serta banyak kegiatan pelayanan kampus yang menonjolkan sistem ke-organisasi-an belaka, bukan berorientasi kepada pelayanan jiwa-jiwa, pelayanan Firman dan doa.

Membandingkan kondisi tersebut dengan kota Jakarta, maka, kita harus sangat bersyukur karena selama ini bisa dibina dengan lebih baik di Jakarta. Namun di sisi lain kita harus menghayati seruan “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” juga diserukan kepada setiap kita. Injil-lah yang mereka perlukan, untuk membebaskan mereka dari perbudakan dosa. Injil dapat mentransformasi hidup, pertama-tama hidup siswa dan mahasiswa itu sendiri kemudian hidup keluarga, gereja dan kota mereka. Tuhan sangat mencintai siswa dan mahasiswa di tiap-tiap kota, namun siapa yang mau pergi kesana? Siapa yang mau memakai 1-2 minggu waktu libur atau cuti kantor, untuk pergi ber-misi ke daerah-daerah tersebut?

Perkantas juga dipercayakan misi kepada kelompok marginal – kaum papa, yatim piatu, anak jalanan, pemulung, tukang sampah, orang cacat, orang tua di panti- panti jompo, mereka yang tidak punya tempat untuk berteduh, pembantu rumah tangga, supir, office-boy, dan lain-lain. Mereka adalah kelompok orang yang berada di “seberang” zona nyaman kita (kaum intelektual dan berkecukupan). Sebagian besar masyarakat Indonesia masih berasal dari orang-orang dalam kelompok ini. Jumlah orang dalam kelompok ini akan terus meningkat selama negara Indonesia masih dalam polemik masalah ekonomi-politik yang berkepanjangan ini. Hidup jadi makin bertambah susah, apalagi bagi mereka yang tinggal di kota megapolitan Jakarta. Ada banyak orang dalam kelompok ini yang bergumul untuk bisa makan, sekolah, berobat dan menikmati hak-hak hidupnya sebagaimana selayaknya warga negara Indonesia.

Dibanding kita, hidup mereka sangat menderita dan kurang beruntung di dunia ini. Sebenarnya kalau mereka bisa memilih, tidak ada seorang pun di antara mereka ingin memilih hidup seperti demikian. Penderitaan telah menjadi bagian dan gaya hidup mereka sehari- hari. Namun hal ini akan menjadi lebih ironis, kalau penderitaan tersebut tidak hanya terjadi selama di dunia ini saja, tetapi penderitaan mengerikan dalam kekekalan bisa terjadi dalam hidup mereka juga, bila seumur hidup, mereka tidak mendengar berita Injil.

Selama di dunia, Yesus telah memilih untuk hidup bersama kelompok orang miskin dan berdosa. Ia datang ke dalam dunia ini –yang kelahiran-Nya, kita rayakan dalam peristiwa Natal– untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang (Luk. 19:10) serta memberikan pembebasan dari berbagai macam penderitaan (Luk. 4:18-21 ). Yesus adalah teladan misi holistik kita. Ia juga berkata, “Sesungguhnya segala-sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukan-Nya untuk Aku.” (Mat. 25:40 )

Sebagai pribadi yang mengerti kebenaran Firman Tuhan dan yang setiap hari melihat kondisi kelompok marginal ini di tengah bangsa kita, maka janganlah kita hanya menutup mata. Seruan mereka, “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” juga kita dengar. Oleh karena itu, siswa dan mahasiswa terlibatlah dalam menyatakan kasih Allah secara nyata di dalam pelayanan misi holistik.

Saudara-saudara, sekaranglah waktunya misi itu! Sudah terlalu banyak yang kita nikmati selagi di persekutuan mahasiswa dan di kota Jakarta. Maka dari itu, mari berdoa biarlah Roh Allah terus menggerakkan kita, sehingga dengan berani dan rela hati menggenapi panggilanNya. Lagu dibawah ini, kiranya dapat menjadi doa kita:

Master, Thou callest, I gladly obey;
Only direct me, and I’ll find Thy way
Teach me the mission appointed for me,
what is my labor and where it shall be

Master, Thou callest and this I reply:
“Ready and willing, Lord, here am I!”

Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia?Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Roma 10:13-15)

BAGIKAN: