Melihat Dengan Mata dan Hati

“Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang- orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya disitu.

Paulus pergi berdiri di atas Aeropagus dan berkata: “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.

Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya.” (Kis. 17:16-17; 22-23; 32-34)

Dari perikop Paulus di Atena ini, setidaknya ada 4 prinsip penginjilan yang saya renungkan untuk kita bisa pelajari bersama:

Hati yang Bersusah

Penginjilan digerakkan dari hati yang sedih (troubled heart) ketika melihat kondisi di sekitar. Sebenarnya Paulus tidak mempunyai rencana untuk masuk kota Atena dan untuk menginjili disana, setidaknya sampai sebelum Silas dan Timotius tiba disana. Paulus sebenarnya ada di Atena karena sedang diungsikan keluar dari kota Berea untuk keselamatan dirinya. Paulus sendiri telah meminta Silas dan Timotius untuk segera datang padanya dan perintah itu disampaikannya melalui teman-teman di Berea yang mengiringinya sampai ke Atena (ayat 15-16). Permintaan Paulus ini mungkin dikarenakan ia merasa waktunya tidak akan terlalu lama berada di kota Atena apalagi untuk memulai membuat tenda demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun apapun yang mungkin terjadi, yang jelas Paulus sekarang adalah seorang turis di kota Atena. la berkeliling kota, sambil menghayati latar belakang sejarah dan budaya kota yang megah ini.

Kota Atena adalah salah satu kota Yunani termegah di abad ke 5 SM dan kota ini memiliki latar belakang budaya yang tinggi serta terkenal akan kebanggaan filosofi, intelektual dan kesalehan hidupnya. Namun, waktu Paulus melihat semua hal ini, ia tidak melihat seperti sedang terpesona pada tata kota yang indah dan megah; nilai budaya kota yang tinggi; serta tidak kepada kehebatan kota karena telah menjadi pusat intelektual seluruh dunia; tetapi ia melihat kota yang besar ini penuh dengan patung-patung berhala. Keadaan kota yang seperti ini telah membuat Paulus bersusah hati. Sebagai seorang Yahudi, Paulus tahu dengan benar bahwa penyembahan berhala adalah tindakan yang sangat mendukakan hati Allah. Oleh karena itu, secara alami hati Paulus-pun merasa tertekan dan sedih luar biasa apalagi dia juga sadar bahwa tidak ada seorang manusia (Yahudi maupun Yunani) yang tidak berdosa dan dapat lolos dari murka Allah. Hanya Yesus yang dapat menggantikan posisi hukuman akibat keberdosaan manusia melalui kematian-Nya dan kebenaran itu hanya dapat diterima bila seorang memiliki iman pada karya Kristus.

Di zaman kita sekarang, mungkin patung-patung berhala itu tidak akan nampak secara nyata, namun bukankah ada banyak siswa, mahasiswa dan alumni yang berada di sekitar kita – di sekolah atau di kampus atau di kantor kita yang fokus hidupnya adalah demi untuk uang, pemuasan intelektual, popularitas, posisi, kuasa, kenyamanan dan mementingkan diri sendiri. Mengapa fokus hidup manusia bisa menjadi seperti demikian? Sebenarnya dosa-lah yang menjadi penyebab semua ini. Dosa telah menghancurkan dan membutakan mata rohani seseorang. Dosa telah membelenggu seseorang dan menjadikannya budak dosa sehingga manusia hanya mengikuti jalan dunia, segala hawa nafsu daging dan pikiran-pikiran duniawi. Dalam kondisi seperti ini Alkitab menyatakan bahwa mereka sebenarnya telah menjadi objek murka Allah (Roma 1:18). Pertanyaan bagi kita yang melayani Tuhan adalah apakah kita dapat melihat kondisi seperti ini disekitar kita dan tergerak olehnya? Apakah hati kita digelisahkan oleh orang-orang di sekitar kita yang hidupnya tidak menyembah kepada Allah yang benar?

Langkah untuk Bertindak

Ada langkah untuk bertindak setelah hati digerakkan. Paulus pergi ke rumah ibadat (synagogue) dan pasar dimana setiap hari orang banyak berkumpul disana (ayat 17). Mengapa Paulus memilih pergi ke rumah ibadat dan pasar? Karena disinilah tempat dimana Paulus dapat bertemu dengan banyak orang yang berkumpul, khususnya dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah. Rumah ibadat adalah tempat yang disiapkan dengan tatanan dimana ada seorang rabi ataupun seorang rabi pendatang (seperti Paulus) yang dapat diundang untuk menyampaikan penjelasan PL. Dengan berada di tempat-tempat seperti ini, Paulus membuat atau menjadikan dirinya terbuka atau mudah dijangkau untuk mereka berdiskusi tentang hal-hal keagamaan dengannya.

Bagaimana dengan kita sebagai anak Tuhan? Apakah kita memiliki respon yang sama ketika kita mengetahui bahwa disekitar kita ada banyak orang yang perlu mendengar lnjil? Apakah kita juga akan bertindak ketika hati kita tersentuh oleh kekosongan hidup dari saudara-saudara kita yang hidupnya mengejar hal-hal atau perkara duniawi? Apakah kita juga akan menjadikan diri kita terbuka dan mudah dijangkau oleh mereka untuk kita berbagi hidup, dan berdiskusi bersama? Bersama siapakah kita, di waktu-waktu luang kita ketika di sekolah atau di kampus atau di kantor dan lainnya? Sekarang ini, bukankah makin jarang kita menemukan sahabat yang belum percaya? Bahkan banyak alasan dilontarkan untuk tidak menginjili dan salah satunya adalah karena terlalu sibuk melayani dan sibuk bersekutu di dalam kalangan Kristen sendiri. Sehingga tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan teman- teman yang belum percaya. Bagaimana dengan kita, Perkantas?

Mari ingat kembali Roma 10:13-15, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Point of Contact

Berita lnjil yang utuh disampaikan setelah menemukan point of contact. Paulus mampu menemukan point of contact untuk menyampaikan berita lnjil-nya kepada orang-orang dari golongan Epikuros dan Stoa. Paulus berkata: “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa…” (ayat 22a) Paulus bersikap ramah dan tidak menuduh serta memojokkan. Praktek dari orang yang berbeda kepercayaan. Paulus menghormati kepercayaan orang Atena. la peduli dan mengasihi mereka, namun di sisi yang ia juga tidak kehilangan posisi imannya dan dengan tegas ia memperkenalkanNya. Paulus berkata: “Ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.” (ayat 23).

Sebenarnya orang-orang Yunani sangat takut kalau mereka tanpa dengan sengaja mengabaikan salah satu dewa. Oleh karena itu mereka berpikir alangkah lebih baik memberi nama kepada salah satu dewa mereka sebagai: ‘Allah yang tidak dikenal’. Kepada Allah yang tidak mereka kenal ini, kemudian Paulus memulai penginjilannya dengan memperkenalkan siapa Allah yang benar yang kepadanya Paulus percaya (ayat 24-31). la adalah Allah pencipta yang telah menjadikan bumi dan segala isinya. la adalah Tuhan atas langit dan bumi. Dia di atas semua ciptaan termasuk kuil-kuil buatan tangan manusia, dan Dia sendiri yang memberikan hidup dan nafas kepada semua orang. Melalui penjelasan ini Paulus mau mengatakan bahwa la adalah seorang (pribadi) Pencipta yang berbeda dengan kepercayaan panteistik stoa. Dari satu orang saja, la telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan la juga menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka. Dengan kata lain, Paulus mau mengatakan bahwa la adalah Allah yang berdaulat atas semua, tidak ada suatu pun terjadi karena “kebetulan” seperti apa yang golongan Epikuros pikir. Paulus sangat yakin bahwa Allah yang ia percaya berbeda dengan apa yang orang Athena percaya. Maka di akhir penjelasannya, Paulus berkata bahwa representative dari Allah yang di atas semua ini ada di dalam seorang yang bernama Yesus (ayat 30-31).

Tinggal di negara lndonesia berarti kita harus menghayati bahwa kita tinggal di negara yang memiliki banyak latar belakang budaya dan kepercayaan yang berbeda-beda. Untuk itu sangatlah penting kita belajar seperti Paulus, memiliki sikap yang bijaksana dalam mengaitkan dan mengabarkan lnjil kepada orang yang berbeda kepercayaan. Sikap kita waktu bersaksi haruslah lembut, tulus, dan peka mengerti kapan lnjil harus disampaikan serta tidak mengutuki orang yang memiliki beda kepercayaan. Sebenarnya hal ini dapat kita lakukan melalui persahabatan. Selama di sekolah atau di kampus atau di kantor, ataupun di tempat kost kepada teman-teman yang belum percaya, bahkan kepada tukang sampah, office boy, dan lain-lain. Kita dapat menyatakan ketulusan kasih dalam persahabatan dengan melakukan hal-hal tertentu bersama-sama. Kasih adalah tanda dan manifestasi kekristenan karena itu kita tidak boleh menarik diri untuk hadir ditengah komunitas dan masyarakat. Sebaliknya, dengan menghormati dan peduli terhadap kepercayaan orang lain yang berbeda, bukan berarti kita langsung menyetujui kepercayaan tersebut. Kita tidak boleh meleburkan keyakinan iman kita waktu bersahabat melainkan hormat dan peduli pada mereka sebagai salah satu cara kita untuk membangun persahabatan, hingga kita mampu mengenali point of contact untuk kita menyampaikan lnjil secara penuh. Mungkin akan menjadi lebih mudah bila kita mulai membicarakan tentang film, artis, makanan, hobi, soal kehidupan, ataupun ketika kita mulai menunjukkan bantuan pada waktu mereka membutuhkan.

ltulah point of contact waktu kita berelasi dengan orang-orang yang belum percaya. Pada akhirnya lnjil-lah yang harus disampaikan, karena lnjil-lah kekuatan Allah yang menyelamatkan semua manusia. Semua manusia sudah berdosa dan harus bertobat. Tidak ada cara lain untuk dapat mengembalikan manusia pada maksud mula   Allah   menciptakan   mereka   selain   melalui   lnjil.

Menyikapi Respon

Memberitakan lnjil pasti akan menghantar pada respon: ditentang ataupun diterima. Orang-orang Athena yang adalah para guru filsafat, mungkin sebenarnya berharap Paulus dapat menjelaskan tentang Allah yang tidak mereka kenal tersebut dengan konsep dan bahasa yang kompleks, tidak perlu dimengerti secara penuh tapi dapat direnungkan untuk bertahun-tahun lamanya. Namun ternyata Paulus menjelaskan kepada mereka isi lnjil yang sangat sederhana, lnjil tentang Yesus Juruselamat, tentang hari penghakiman Allah, tentang hakim itu sendiri yang sekarang telah bangkit dari kematian. Dan, selanjutnya Paulus juga memanggil mereka untuk mengambil komitmen kepada kebenaran yang selama ini telah mereka hindari selama bertahun-tahun dalam ketidaktahuan mereka. Sebagai akibatnya, ada beberapa orang yang tidak dapat menerima penjelasan Paulus. Bagi mereka kebangkitan dari antara orang mati adalah suatu berita yang bodoh dan mustahil. Namun, sebagian lainnya menjadi percaya kepada berita lnjil.

Sebagai pemberita Injil, jangan kaget menerima respons, baik itu penerimaan maupun penolakan. ltu juga berarti bahwa firman Tuhan yang disampaikan tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi itu akan bertumbuh dan berlipatganda dalam waktu dan cara Tuhan.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, sebagai orang-orang yang berhutang terhadap lnjil, marilah kita dengan setia memberitakan-nya, karena lnjil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia, lnjil adalah kabar baik untuk semua orang, karena di dalam lnjil kuasa maut dipatahkan dan lnjil mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa bagi orang yang percaya padanya. Selamat memberitakan lnjil, Tuhan memberkati!

BAGIKAN: