Berlari Dalam Rancangan-Nya

Bayangkan Anda sedang berlari lintas alam. Dari semula, Anda memilih sepatu yang nyaman agar kaki Anda tidak sakit selama berlari. Anda bertemu dengan banyak orang namun Anda segera pergi karena harus terus berlari. Anda selalu memperhatikan langkah kaki agar tidak tersandung oleh batu atau ranting yang menghalangi. Anda berjuang mengatur nafas dan minum agar Anda bisa tetap terus berlari. Anda terus berlari sampai pada satu titik Anda tersentak, berhenti, melihat sekeliling, dan bertanya pada diri Anda: “Aku sedang berlari ke arah mana?” Anda menyadari bahwa Anda bisa berlari ke mana saja, maka pertanyaan selanjutnya yang Anda tanyakan: “Aku mau berlari ke arah mana?” Inilah kesimpulan gambaran yang kualami saat menggumulkan panggilan sebagai fulltimer di Perkantas.

Perkenalkan, namaku Raynaldi Philipus, dari fakultas MIPA Universitas Indonesia angkatan 2010. Aku adalah seorang yang baru bertobat di kampus. Aku kemudian dianugerahi seorang pemimpin dan teman-teman kelompok kecil yang membantu aku mengenal Yesus dengan baik dan belajar menjadi murid-Nya yang taat. Walaupun demikian, aku tidak pernah tahu benar apa yang menjadi tujuan hidupku: mengapa Tuhan menyatakan diri-Nya kepadaku di saat aku menjadi mahasiswa? mengapa Tuhan membentukku sedemikian rupa saat berkuliah selama 4 tahun?

Kurang lebih setahun yang lalu, aku adalah seorang koordinator PMK yang hendak mundur dari pelayanan di tengah periode kepengurusan. Aku terjebak dalam sistem dan rutinitas, aku merasa berjuang seorang diri, aku merasa kasihan terhadap diriku sendiri yang “terlalu banyak berkorban”. Namun, Allah sendiri yang menegur, menopang, dan memulihkan aku. Aku merasakan apa artinya “jatuh tapi tidak sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tanganku”. Semenjak itu, kerinduanku hanya SATU di dalam mengerjakan pelayanan, yaitu mengusahakan supaya semakin banyak mahasiswa yang menikmati apa yang kurasakan: kasih Allah yang menopang dan membebaskan! Di dalam kreativitas dan hikmat-Nya yang luar biasa, Tuhan juga memberikan aku kesempatan melihat beban pelayanan yang semakin luas. Tuhan mengijinkan aku terlibat dalam berbagai diskusi dan retreat yang menjadi momen aku mendoakan mahasiswa-mahasiswa yang kutemui. Rasanya, seolah-olah Tuhan yang memasukkan mereka ke dalam pikiran dan doaku. Kerinduan di atas, yang awalnya hanya kutujukan untuk teman-teman di MIPA, ternyata Tuhan perluas cakupannya, mulai dari satu universitas, satu kota, satu negara, bahkan satu regional dunia! Pada saat itulah, untuk pertama kalinya di dalam hidupku, aku tahu apa yang ingin aku lakukan.

Memiliki beban dan kerinduan adalah satu hal; menyesuaikan beban dan kerinduan terhadap keinginan diri sendiri dan orang-orang sekitar adalah hal lain yang berbeda. Rencana awalku adalah melanjutkan studi S2 di universitas luar negeri (aku punya kerinduan memajukan sains di Indonesia). Di saat teman-teman mulai mencari beasiswa dan universitas yang sesuai dengan minatnya, aku pun “bertahan” untuk tetap duduk diam dan berdoa meyakinkan pilihanku saat ini untuk memberikan diri penuh waktu di pelayanan mahasiswa. Yang lebih menyakitkan, aku harus menolak tawaran beasiswa dan kesempatan lainnya yang diberikan kepadaku. Tak kalah pelik dan rumit, aku juga harus melayani (baca: menjelaskan berkali-kali, meyakinkan berkali-kali) orangtua yang “panik dalam cara mereka”: pertanyaan-pertanyaan menusuk, nasihat-nasihat yang bertentangan, kekhawatiran-kekhawatiran yang dipaparkan. Tentu, di dalam “kasih sayang dan ketidakmengertian” mereka, aku harus tetap menceritakan keputusanku kepada mereka. Jika dipikir-pikir, memang benar kasih Allah yang menopang dan membebaskan sangat kubutuhkan untuk menghadapi kondisi-kondisi seperti ini. Jika mengandalkan diriku sendiri, mungkin sudah sejak awal aku mundur dan urung niat.

Pada akhirnya, memang firman Tuhan sajalah yang mampu memberikan kekuatan dan menjadi peganganku dalam mengambil keputusan. Aku sangat diteguhkan oleh perikop Yesaya 43, berikut ayat-ayat awal yang membuka keseluruhan isi perikop tersebut:

“… Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyebrang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu …” (Yesaya 43:1-3)

Benar, ada banyak ketakutan yang kurasakan: takut salah langkah, takut mengecewakan orangtua, takut mundur di tengah-tengah, takut gagal, takut sendirian, takut tentang penghidupan; tetapi sapaan Tuhan pertama kali adalah: “janganlah takut!” Mengapa?

Karena Dialah Tuhan yang telah menebus, atau dalam kata lain memiliki hidupku!

Karena Dialah Tuhan yang tidak dengan sembarangan atau kebetulan memanggil aku, tetapi Dia memanggilku dengan namaku!

Karena Dialah Tuhan yang menyatakan bahwa aku ini kepunyaan-Nya!

Menyebrang melalui air atau sungai dan berjalan melalui api: itu semua mungkin akan kujalani dan kulewati; berpegang kepada Tuhan tidak menghilangkan tantangan yang ada, tapi satu hal yang Tuhan janjikan: penyertaan dan pemeliharaan-Nya! Aku menyadari bahwa jika aku hanya berfokus menghadapi ketakutanku, maka aku sedang membelakangi kasih Allah yang menopang dan membebaskan itu! Kembali ke gambaran berlari di awal, saat ini mungkin aku belum mengetahui secara persis lokasi ujung perhentian lariku, tetapi aku bersyukur minimal aku tahu aku sedang berlari ke arah mana, aku tahu aku mau berlari ke arah mana, dan lebih daripada itu, aku tahu aku tidak berlari sendirian!

Kiranya Allah Tuhan yang sama, yang menyertaiku di dalam pergumulan sebagai seorang fulltimer di pelayanan mahasiswa, juga menyertai teman-teman di dalam pergumulan masing-masing.

“Kamu inilah saksi-saksi-Ku,” demikianlah firman TUHAN, “dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.” Akulah yang memberitahukan, menyelamatkan dan mengabarkan, dan bukannya allah asing yang ada di antaramu. Kamulah saksi-saksi-Ku,” demikianlah firman TUHAN … (Yesaya 43:10-12)

BAGIKAN: