Warisan yang Tinggal Tetap

Panggilan Hidup: Mengenal, Menyembah dan Melayani Tuhan Berdasarkan Kasih dengan Segenap Hati, Jiwa, Akal Budi dan Kekuatan dari Generasi ke Generasi

Terpujilah ALLAH TRITUNGGAL, tepat pada tanggal 29 Juni 2021 Yayasan Perkantas genap 50 tahun telah dianugerahkan Tuhan hadir di Indonesia. Secara nasional Perkantas menetapkan Tema HUT ke-50 ini: “Perkantas for God’s Name”. Tema ini menjadi penentu arah dan tujuan segala bentuk gerakan kegiatan mulai dari aras nasional sampai ke daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia. Gerakan secara organisasi maupun secara organisme individu atau komunitas, berusaha menyatakan makna tema “Perkantas for God’s Name”.

Selama 50 tahun Perkantas Jakarta telah dipakai Tuhan sebagai wadah penginjilan, pembinaan, pelipatgandaan dan pengutusan bagi dunia siswa, mahasiswa dan alumni. Ini sungguh adalah untaian sejarah dimana Allah telah mengukir jejak-Nya dalam berbagai gerakan hidup dan pelayanan bersama siswa, mahasiswa dan alumni yang menjadi kabar baik bagi Indonesia dan bahkan dunia.

Pelajaran dari sejarah

Dalam artikel ini mari kita kembali merenungkan arti dari “WARISAN YANG TINGGAL TETAP” berdasarkan Mazmur 78:1-16:

78:1 Nyanyian pengajaran Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. 78:2 Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. 78:3 Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, 78:4 kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian  kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya. 78:5 Telah ditetapkan-Nya peringatan   di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, 78:6 supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, 78:7 supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan  perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya;  78:8 dan jangan seperti nenek moyang   mereka  , angkatan pendurhaka a  dan pemberontak,  angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. 78:9 Bani Efraim, pemanah-pemanah yang bersenjata lengkap, berbalik pada hari pertempuran; 78:10 mereka tidak berpegang pada perjanjian Allah dan enggan hidup menurut Taurat-Nya.  78: 11 Mereka melupakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib, yang telah diperlihatkan-Nya kepada mereka. 78:12 Di hadapan nenek moyang mereka dilakukan-Nya keajaiban-keajaiban, di tanah Mesir, di padang Zoan;   78:13 dibelah-Nya laut,  diseberangkan-Nya mereka; didirikan-Nya air sebagai bendungan, 78:14 dituntun-Nya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk dengan terang api; 78:15 dibelah-Nya gunung batu  di padang gurun, diberi-Nya mereka minum banyak air seperti dari samudera raya; 78:16 dibuat-Nya aliran air keluar dari bukit batu, dan dibuat-Nya air turun seperti sungai.

Mazmur 78 mengungkapkan realitas sejarah bagaimana Allah telah menyatakan diri-Nya bagi kehidupan umat pilihan Israel dan respon umat terhadap segala pekerjaan misi-Nya. Secara nyata Asaf, sang penggubah nyanyian mazmur menyajikan pengajaran penting bagi setiap pembaca pertama dan generasi umat di sepanjang sejarah kehidupan.  Termasuk komunitas Perkantas Jakarta yang tahun ini merayakan karya Allah selama 50 tahun. Perkantas telah dianugerahkan pelayanan sebagai wadah penginjilan, pembinaan, pelipatgandaan dan pengutusan murid Tuhan di dunia kaum intelektual siswa, mahasiswa dan alumni.

Melalui pesan pengajaran Asaf, mari belajar menyikapi dengan benar makna sejarah pekerjaan Allah dan kegagalan umat pilihan dalam segala bentuk yang tertulis dalam Mazmur 78. Fokus utamanya adalah melihat pesan tentang pekerjaan Allah yang memanggil setiap generasi memiliki warisan yang tinggal tetap, dan meneruskannya kepada setiap generasi ke generasi, yaitu menyembah dan melayani Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan (band. Ulangan 6:5-9; Matius 22:37-40).

Asaf mengajak kita dengan serius memahami dan meresapi dengan benar apa yang dia katakan dalam Mazmur ini. Hal itu diwakili dengan ungkapan “pasang telinga untuk pengajaranku dan sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku” (ay.1). Selanjutnya Asaf mengungkapkan hal yang penting, yaitu warisan pandangan dan pemahaman dari nenek moyangnya (ay.2). Warisan turun temurun yang Asaf terima dari dahulu kala. Warisan tersebut adalah puji-pujian kepada Allah karena nenek moyangnya telah mengalami perbuatan-perbuatan ajaib yang telah Tuhan lakukan (ay.4). Menurut Asaf nenek moyang Israel diperintahkan untuk mewariskan keyakinan mereka akan kasih Tuhan dan pangalaman iman mereka kepada anak cucunya (ay.5). Tujuannya supaya warisan iman itu terus menerus diketahui dan diingat dari generasi ke generasi di sepanjang masa. Diturunkan orang tua kepada anak, lalu kepada cucu dan seterusnya supaya generasi demi generasi yang kemudian mengenal Allah dengan benar, “dikenal oleh angkatan kemudian” (ay.6).

Bagi Asaf, pengenalan terhadap Tuhan dalam relasi secara pribadi menjadi langkah utama dan pertama untuk membangun kepercayaan supaya mereka menetapkan hati hidup dalam penyerahan diri kepada Allah, bertumbuh dalam firman-Nya dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah serta sungguh-sungguh memegang perintah-Nya (ay.7). Asaf tidak mau jika orang Israel hidup tanpa “warisan harta iman”. Asaf tidak mau jika orang Israel melupakan segala perbuatan Allah, melainkan tetap memegang perintah dengan segala ketetapan-Nya dalam hidup mereka apapun kondisi dan alasannya. (ay.8-11)

Dalam perbuatan-perbuatan ajaib yang dialami oleh nenek moyang Israel, Asaf menemukan pengharapan dalam menjalani kehidupannya. Dari kisah pertolongan Tuhan bagi nenek moyang bangsa Israel, Asaf mendapati bahwa Allah, sang pemilik hidup terus menerus menyatakan pertolongan melalui “dibelahnya laut, diseberangkannya mereka, dituntunnya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk dengan terang api, dibelahnya gunung batu di padang gurun, diberinya mereka minum banyak air seperti dari samudra raya,… dan dibuatnya air turun seperti sungai” (ay.12-16). Bila pengalaman dan pekerjaan Tuhan ini dilupakan, maka pasti orang Israel kehilangan harapan, terutama di saat pencobaan dan segala bentuk pergumulan datang.

Di saat merenungkan kembali kisah pekerjaan Tuhan bagi bangsa Israel dan mengaitkannya dengan perjalanan 50 tahun Perkantas Jakarta, maka seperti pengalaman dan perbuatan-perbuatan ajaib yang diceritakan melalui pengajaran Asaf, sangat penting dan indah bagi kita semua untuk terus menikmati relasi dengan Allah yang semakin dikenal, disembah dan dilayani berdasarkan kasih kepada-Nya.

Sebagai salah seorang mahasiswa yang telah diselamatkan serta bertumbuh dalam Injil Kristus melalui gerakan pelayanan Perkantas Jakarta sejak tahun 1985 dan menyerahkan hidup sepenuhnya bersama keluarga menjadi staf Perkantas Jakarta pada Maret 1993, saya sungguh menjadi saksi hidup bahwa warisan yang tinggal tetap yaitu “Mengenal, Menyembah dan Melayani Tuhan” adalah esensi setiap panggilan Perkantas Jakarta untuk menjadi kabar baik bagi Indonesia. Hal inilah yang harus terus diwariskan di sepanjang masa dari generasi ke generasi.

Dalam kerinduan besar kiranya siswa, mahasiswa dan alumni berjuang meraih kehidupan yang terus dibaharui oleh Tuhan dan efektif menjadi mitra misi-Nya. Sehingga tagline “Perkantas KABAR BAIK untuk Indonesia” semakin menjadi nyata dengan kehadiran gerakan pelayanan Perkantas Jakarta di zaman ini dan yang akan datang. Sesuai dengan pesan Mazmur 78, pengajaran Asaf bahwa warisan yang tinggal tetap adalah komunitas kaum intelektual siswa, mahasiswa dan alumni yang sungguh mencintai pengenalan, penyembahan dan pelayanan kepada Allah, yang telah menyelamatkan dan memanggil kita untuk sebuah misi “Kabar Baik untuk Indonesia” dari generasi ke generasi.

Oleh karena itu, dalam pertolongan Tuhan kiranya WARISAN YANG TINGGAL TETAP, pertama dan utama dialami terus oleh organ Perkantas BPC Jakarta dan Regional, segenap staf dan pengurus komponen siswa, mahasiswa, alumni, serta semua komunitas yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita untuk mewariskan kehidupan yang mengenal, menyembah dan melayani Tuhan di setiap zaman.

Selamat Ulang Tahun Perkantas Jakarta ke-50, persembahkan hidup untuk terus mengenal, menyembah dan melayani-Nya sampai akhir. Soli Deo Gloria.

BAGIKAN: