Mengikuti Jejak Kenosis Sang Bayi Natal

Natal 2021 adalah Natal kedua di tengah pandemi Covid-19. Banyak pergumulan yang dialami oleh umat manusia selama dua tahun ini. Banyak di antara kita yang kehilangan orang-orang yang kita kasihi, mengalami penurunan bahkan kehilangan penghasilan, mengalami gangguan kesehatan mental, dan pergumulan-pergumulan lainnya.

Pertanyaan yang muncul adalah, “Bagaimana sikap kita sebagai orang beriman menanggapi hal ini?” Sebagai usaha menjawabnya, kali ini saya mengajak kita merenungkan teladan pengosongan diri (kenosis) Kristus dalam Filipi 2:7 “melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”

Peristiwa Natal adalah mujizat yang sangat besar, yang tidak bisa dijelaskan secara lengkap oleh akal budi manusia yang sangat terbatas. Bagaimana mungkin Sang Pencipta ruang, waktu, dan materi dibatasi oleh ruang, waktu, dan menjadi materi? Bagaimana mungkin Sang Pencipta menjadi manusia yang adalah ciptaan?

Gereja dengan iman memformulasikan identitas Kristus sebagai seratus persen manusia dan seratus persen tetap Allah. Untuk menjadi manusia Kristus harus mengosongkan diri, hal ini berkaitan dengan atribut-atribut ilahi yang tidak terbatas, melainkan mengenakan hakikat manusia yang terbatas. Pengosongan diri berarti membuat diri sedemikian rupa hingga dianggap tidak memiliki apa-apa. Itulah yang dilakukan Yesus ketika mengenakan wujud manusia. Allah yang tak terbatas menjadi manusia yang terbatas; yang mulia menjadi hina; yang kekal menjadi manusia yang dapat binasa. Ini jelas bertentangan dengan kecenderungan manusia yang ingin dihormati, ditinggikan, dan menjadi nomor satu. Mengapa Kristus melakukan hal tersebut? Hal itu dikarenakan Allah mengasihi dunia yang tersesat dan terhilang ini (Yoh 3:16). Di tengah kesulitan orang-orang yang ada di sekitar kita, mari kita, yang adalah para pengikut Kristus bersedia dipenuhi dengan kasih Allah, yang membuat kita mau mengosongkan keegoisan-keegoisan kita, kemudian bergerak dalam kepedulian dan menolong sesama, baik pertolongan dalam hal rohani maupun jasmani, seperti Yesus yang tidak hanya berkhotbah tetapi juga memberi makan dan menyembuhkan orang sakit.

Prinsip cara kerja Allah yang kita lihat dalam Alkitab adalah memulai dari perkara yang kecil. Prinsip ini dapat kita pakai dalam mengasihi orang lain, misalnya dengan memberi sedikit waktu, uang, menolong orang-orang yang terdekat, dimulai dengan satu orang. Dalam Natal ke dua di masa pandemi covid-19 ini, mari kita membagikan kasih Allah khususnya kepada mereka yang benar-benar mengalami kesedihan dan kesusahan, walaupun untuk itu kita harus mengosongkan (kenosis) diri kita, dan menanggalkan hal-hal yang menghalangi kita untuk menjadi saluran kasih dan berkat Allah bagi sesama.

Dalam kenosis-Nya, walaupun Ia melepaskan hak-hak ilahi yang menghalangi Dia untuk menjadi manusia seratus persen, Kristus tetaplah Allah sejati. Sekali lagi semua itu dilakukan karena kasih-Nya kepada dunia yang terhilang ini. Begitu juga dengan kekristenan kita, ada hal-hal yang dapat kita lepaskan, tetapi tidak mengurangi kualitas kita sebagai pengikut Kristus, apalagi jika yang kita lepaskan adalah keegoisan dan dosa-dosa kita. Hal tersebut justru menambah kualitas kekristenan kita. Dalam pandemi ini, mungkin banyak orang yang kehilangan kesehatan, pekerjaan, kekayaan, keluarga, bahkan nyawa. Namun kita harus ingat bahwa tanpa itu semua pun kita bisa tetap menjadi seorang Kristen yang sejati. Identitas Kristen kita tidak bergantung pada semua itu. Identitas Kristen yang utama adalah kasih kita kepada Allah dan sesama. Kita berhenti menjadi Kristen yang sejati jika kita berhenti mengasihi. Ketika Allah menjadi manusia, Ia tetap Allah yang Maha Kasih. Justru kebesaran kasih Allah semakin nyata dalam kenosis-Nya menjadi manusia.

Kita bersyukur bahwa dalam Kristus, kita dapat melihat Allah yang identik dengan kasih. Oleh sebab itu orang Kristen juga identik dengan kasih. Kita boleh jatuh miskin, jatuh sakit, bahkan mati karena pandemi ini namun kita tidak boleh kehilangan kasih kita kepada Allah dan sesama, karena kasih adalah identitas Kristus dan identitas utama pengikut-Nya, yaitu orang-orang Kristen. Selamat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, Tuhan Yesus memberkati kita semua!

“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1Yoh. 4:8)

BAGIKAN: