Mental Health: Meningkatkan Kesadaran Diri untuk Mengenal Diri

Bulan April 2022, masyarakat dunia disuguhi berita rangkaian persidangan antara Johnny Depp dan Amber Heard. Depp menuntut mantan istrinya tersebut karena telah merusak nama baiknya berhubung tulisan Heard di sebuah media massa tentang kekerasan dalam rumah tangga yang pernah dialaminya. Dalam persidangan, Depp memaparkan berbagai bukti audio dan visual bahwa justru Heard yang sering kali melakukan kekerasan rumah tangga terhadap Depp baik secara fisik maupun verbal. Siapa yang menyangka bahwa seorang selebritis seperti Heard ternyata memiliki emosi yang meledak-ledak? Mengapa ada orang yang memiliki perilaku meledak-ledak seperti ini?

Tidak semua orang memiliki perilaku seperti itu. Amber Heard diduga memiliki kondisi psikologis yang disebut sebagai borderline disorder di mana orang-orang seperti Heard membutuhkan pertolongan dan terapi yang khusus. Namun demikian, dalam dinamika kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, pekerjaan, studi, dan khususnya pelayanan kita akan menjumpai orang-orang yang tidak disangka-sangka memiliki perilaku yang mengejutkan secara negatif, misalkan ada yang tidak setia, tidak bertanggung jawab atas tugasnya, tidak mengendalikan perkataannya, menyerang dan menjatuhkan orang lain, tiba-tiba mundur dari pelayanan, dll. Bukan hanya orang lain saja, tidak jarang kita juga menunjukkan perilaku seperti itu. Why we act the way we do? Mengapa kita melakukan tindakan yang kita lakukan tersebut?

Mengamati Lebih Dalam

Dalam Mazmur 19 ayat 13 pemazmur berseru: “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.” Pemazmur meminta agar ia dibebaskan dari apa yang tidak ia sadari. Frasa ‘apa yang tidak kusadari’ memiliki makna ketersembunyian, atau rahasia yang bersifat negatif. Beberapa Alkitab terjemahan lain menggunakan frasa ‘secret faults’ (KJV), hidden faults (NASB), atau ‘kesalahan tersembunyi’ (BIS) berhubung kata ‘bebaskan’ memiliki arti kata ‘bersihkan’ atau ‘kosongkan’. Ada kesalahan-kesalahan tersembunyi yang membuat pemazmur begitu tersiksa karena begitu sulit untuk diketahui sehingga ingin dibebaskan darinya.

Dalam membenahi dan meningkatkan pelayanan, kita perlu menyikapi apa yang tersembunyi di balik kesalahan-kesalahan yang terlihat. Oleh karena itu kita harus membedakan antara pemicu dan penyebab kesalahan. Hal ini ibarat sebuah bus yang meledak ketika ada puntung rokok jatuh di lantai bus. Puntung rokok itu hanya pemicu, bukan penyebab meledaknya sebuah bus. Penyebab kejadian tersebut bisa jadi adalah lantai bus yang basah oleh bensin atau alkohol.

Ketika pelayanan mengalami kemunduran, kehadiran jemaat semakin minim, ada kemungkinan perlu pembenahan organisasi dan sistem, penguatan publikasi, atau perubahan strategi pelayanan. Namun demikian kita juga perlu mencermati: apakah permasalahannya lebih kepada organismenya yaitu para pelayan? Misalkan, para pengurus maupun pelayan persekutuan yang sering tidak hadir di acara rutin dan hanya datang saat bertugas, aktivis persekutuan yang tidak bersedia lagi untuk terlibat pelayanan dengan alasan kesibukan yang padat, atau pengurus persekutuan yang tiba-tiba hilang sehingga tidak melanjutkan komitmen pelayanannya terutama di masa pandemi ini. Masa pandemi hanya pemicu permasalahan dalam pelayanan. Kita tidak bisa hanya menegor, memarahi, dan menghakimi mereka sebagai orang-orang yang tidak tahan banting, tidak militan, dan tidak berkomitmen karena di balik permasalahan di persekutuan kita, jangan-jangan ada permasalahan di kalangan para aktivisnya. Di balik permasalahan dari para aktivis, ada masalah-masalah tersembunyi yang belum tersingkap untuk “dibersihkan.”

Pertolongan bagi para pengurus, panitia, ataupun pelayan tidak cukup dengan nasihat. Mereka membutuhkan proses pembentukan yaitu pemuridan sebelum terlibat dalam pelayanan. Bukan hanya itu, mereka juga membutuhkan pemuridan ketika terlibat di dalam pelayanan agar ditolong dalam menghadapi permasalahan-permasalahan pribadi mereka sehingga mereka tetap mengalami pertumbuhan rohani dalam pelayanan. Apakah pemuridan di pelayanan kita menolong anggotanya untuk menghadapi masalah-masalah tersembunyi mereka?

Kebutuhan Kesadaran Diri

Pertanyaan pemazmur merupakan sebuah kesimpulan terhadap pengamatan yang ia lakukan, baik terhadap dirinya maupun orang lain, bahwa setiap orang termasuk dirinya dapat mengalami kesesatan (ha’ygIv.: error from ignorance) tetapi banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami kesesatan. Pertanyaan pemazmur merupakan pertanyaan retorik, antara hendak menyatakan bahwa tidak ada orang yang dengan dirinya sendiri sadar bahwa ia mengalami kesesatan, atau sebuah seruan pencarian pertolongan dari pihak luar diri agar pihak tersebut menyatakan kesesatan si pemazmur. Kesesatan terjadi akibat ketidaktahuan terhadap hal-hal buruk yang tersembunyi, termasuk yang ada di dalam diri si pemazmur. Di balik perilaku buruk seseorang yang terlihat, ada permasalahan tersembunyi di dalam diri orang tersebut yang perlu disingkapkan dan dibersihkan.

Kita bisa menyebut bahwa hal buruk yang tersembunyi tersebut adalah dosa. Namun melabelinya sebagai dosa belum menyelesaikan permasalahan. Di balik kesesatan akibat ketidaktahuan, ada kebutuhan jiwa yang hendak dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan jiwa ini bisa jadi berupa kebutuhan rasa aman, penerimaan, pengakuan, kebebasan berekspresi, dll. Ketika ada aktivis persekutuan yang mencari dan tidak mendapatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut di pelayanan maka mereka hanya membutuhkan pemicu saja untuk undur dari pelayanan atau tidak optimal dalam melayani. Misalkan, ada aktivis yang tidak bersedia terlibat pelayanan lagi dengan alasan kesibukan yang semakin padat. Belum tentu itu menjadi penyebab masalahnya. Mungkin saja ia pernah terlibat pelayanan tetapi karena mendapatkan hasil evaluasi pelayanan yang kurang baik maka ia merasa tertolak atau tertekan sehingga tidak bersedia lagi melayani. Kita membutuhkan kesadaran diri untuk mengenali diri kita, khususnya apa yang menjadi kebutuhan jiwa kita yang ingin dipenuhi sembari dan di dalam melakukan pelayanan. Setiap kita memiliki resiliensi kejiwaan masing-masing sehingga ada sebagian orang yang masih bisa bertahan ketika tidak mendapatkan kebutuhan jiwa mereka sedangkan yang lain mungkin akan segera pergi. Kebutuhan jiwa apa yang kita cari melalui pelayanan kita?

Anugerah Allah untuk Menyadarkan Diri

Pemazmur membutuhkan pihak yang dapat memberitahukannya tentang kesesatan yang ia alami. Konteks ayat 13 ini ada dalam lingkup ayat 8 – 15 di mana secara garis besar bagian ini menjabarkan keagungan dan kuasa Firman Tuhan. Dengan demikian hanya Firman Tuhan-lah yang dapat menyatakan apakah seseorang mengalami kesesatan atau tidak. Sebagai contoh: apakah salah ketika seorang mencari kebutuhan jiwanya melalui pelayanan? Tidak langsung salah. Namun Alkitab mengatakan bahwa jangan ada Allah lain di hadapan-Nya. Dengan demikian, ketika kebutuhan jiwa kita menjadi segala-galanya bagi kita maka kebutuhan jiwa tersebut merupakan berhala bagi kita yang menjadi sumber sukacita kita. Kita perlu menyadari apakah kebutuhan jiwa kita yang telah menjadi berhala bagi kita.

Meskipun demikian, apakah ketika seseorang membaca Firman Tuhan maka ia menyadari bahwa dirinya tersesat? Belum tentu. Marie Claire Barth menyatakan bahwa Mazmur 19 bukan sekadar menyatakan bahwa Allah bisa dikenali dari alam ciptaan (ayat 1 – 7) dan Taurat (ayat 8 – 15) melainkan bahwa manusia tidak akan mengenali Allah melalui ciptaan tanpa anugerah Allah yaitu Taurat-Nya. Kita membutuhkan anugerah Allah baik dalam mengenali Allah melalui ciptaan maupun mengenali kesesatan kita sewaktu kita merenungkan Firman-Nya. Kita membutuhkan anugerah Allah untuk menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan jiwa kita secara utuh dan sempurna hanya didapat di dalam Tuhan Yesus melalui pembacaan Firman-Nya. Izinkan Kristus untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan jiwa kita baik ketika melayani ataupun dalam menghadapi hambatan-hambatan pribadi di luar pelayanan tetapi akan mengganggu pelayanan yaitu dosa dalam wujud amarah dalam keluarga, ketagihan-ketagihan hal tertentu seperti main game berlebihan, nonton film porno, menonton drakor sampai lupa waktu, dll. Maukah anda meminta anugerah Allah agar Kristus terus-menerus memenuhi kebutuhan jiwa kita, baik dalam pelayanan di masa sekarang maupun seumur hidup kita? Amin.

BAGIKAN: