Hasilkan Buah-Buah Kerajaan Allah di Tengah Bangsa Tercinta!

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

Demikian penggalan puisi “Diponegoro”, karya Chairil Anwar, penyair yang dipandang sebagai pelopor Angkatan 45 dan puisi modern Indonesia. Simak kalimat terakhirnya, “Sekali berarti sudah itu mati.” Lewat kalimat itu, tampaknya Chairil Anwar hendak menyampaikan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi berarti bagi manusia lainnya. Dengan berhasil dicapainya tujuan ini, maka manusia mencapai ke”purna”-an hidup dan layak meninggalkan kehidupan di dunia ini, kembali menghadap Penciptanya.

Bagaimana dengan bangsa kita saat ini? Masih banyakkah orang yang tujuan hidupnya menjadi manusia yang berarti bagi sesamanya? Sayangnya, banyak yang tidak demikian tujuan hidupnya.

Banyak yang menempuh pendidikan bukan untuk menjadi manusia yang berarti bagi sesama, melainkan agar lulus dengan nilai tinggi serta beroleh gelar, guna meraih pekerjaan dengan gaji besar dan banyak fasilitas hidup. Tak terhitung yang berlomba untuk menjadi pegawai negeri, menjabat sebagai Lurah, Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, anggota dewan terhormat, bahkan Presiden—lihat saja sekarang makin banyak baliho-baliho berisi wajah-wajah asing yang berkampanye untuk itu—untuk gapai ambisi pribadi atau kelompok, terkenal dan disegani, kaya dan nikmati fasilitas serta pelayanan kelas Sultan. Bukannya melayani orang-orang yang dipimpin. Setali tiga uang dalam dunia swasta. Orang berlomba naiki jenjang karier dengan injak orang lain dengan bengis ataupun secara halus, dengan abaikan Tuhan, diri dan keluarga.

Sayangnya, generasi muda juga banyak yang demikian, Sudah lama kita mendengar anak-anak, remaja dan pemuda yang ingin jadi Youtuber agar terkenal dan dapat banyak uang. Mirisnya, mereka rela melanggar norma dan etika, bahkan meresikokan nyawanya dengan menghadap truk-truk yang melajukan kencang demi konten yang akan jadi viral.

Dan lihatlah apa yang menjadi viral di kalangan anak muda negeri kita. Beberapa waktu lalu ada 2 orang pelajar, Mischka Aoki dan Devon Kei, yang mewakili Indonesia berhasil meraih 85 medali dalam International Mathematics and Science Olympiads. Tapi Ini tidak jadi viral. Yang viral adalah anak-anak muda Citayam Fashion Week di Sudirman, dengan Bonge sebagai salah satu tokohnya. Viral juga foto Bonge ini di depan mobil Toyota Vellfire, lengkap dengan pelat nomor istimewa “B 80 NGE”, yang dia katakan sebagai hasil kerja kerasnya. Belakangan ketahuan itu bohong adanya.

Jelas, kini banyak orang hidup adalah untuk jadi kaya dan terkenal. Bukan untuk jadi berarti bagi orang lain. Fakta dan kondisi ini memanggil kita untuk hadir secara berbeda dan beri pengaruh berbeda di tengah bangsa ini; untuk “sekali berarti, sudah itu mati”. Panggilan ini dengan diperdengarkan dengan keras dan tegas dalam kitab suci.

Lihat dalam Filipi 1:21-22a, Paulus menuliskan: “21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja (keras) memberi buah.

Tulisan Paulus itu berakar dari ajaran dan perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya: “8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yohanes 15:8-16).

Sebagai murid-murid Kristus, Tuhan panggil kita untuk bekerja keras hasilkan buah-buah Kerajaan-Nya di tengah dunia ini, dan jelasnya utamanya di tengan bangsa tercinta, di mana Dia telah tempatkan kita. Kitab Suci menunjukkan bahwa buah-buah Kerajaan ini adalah hidup kita seutuhnya yang telah berubah kian serupa Kristus dan orang-orang lain yang hidupnya kita sentuh, pengaruhi serta ubahkan dengan kasih dan kuasa Kristus. Dengan menunaikan ini, hidup kita menjadi hidup yang berguna bagi sesama, khususnya saudara-saudara sebangsa.

Dan tentunya, jangan batasi buah-buah Kerajaan ini dalam hal rohani saja, penebusan dan keselamatan rohani saja—seringkali saya bertemu dengan orang Kristen bahkan hamba Tuhan yang berpandangan buah-buah Kerajaan itu hanya jiwa-jiwa saja, jadi hanya pentingkan persekutuan doa dan bagikan Injil saja. Buah-buah Kerajaan ini juga mencakup penebusan dari hal-hal fisik ataupun lainnya, yang memperbudak sesama kita dan membuat mereka tidak dapat jalani serta nikmati hidup ini sesuai rancangan Allah. Jadi kita juga harus bekerja keras hasilkan buah-buah Kerajaan Allah dalam hal kehidupan keluarga dan masyarakat, ekonomi, pangan, Kesehatan, politik, pendidikan, hukum, sains, teknologi, sosial-media, dan pelbagai ranah lainnya. Lihatlah bagaimana Tuhan panggil dan utus Musa untuk tebus orang-orang Israel, bukan hanya dari perbudakan spiritual, melainkan juga dari perbudakan politik, ekonomi dan sosial yang Firaun dan orang-orang Mesir lakukan terhadap mereka. Yesus juga mengemban dan melakukan misi yang sama, serta mengutus para murid untuk itu pula.

Sebab itu saudara-saudaraku, selama hayat masih dikandung badan, mari kita berdoa dan bekerja keras untuk hasilkan buah-buah Kerajaan Allah di tengah bangsa tercinta.

Kiranya ini menjadi suatu hadiah istimewa dari Tuhan melalui kita, bagi Republik Indonesia di hari ulang tahunnya yang ke 77.

BAGIKAN: