The Impossible Birth

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia telah membawa dampak pada semua sektor dan mengubah tatanan kehidupan manusia. Banyak orang mengalami masa-masa sulit akibat pandemi seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, penurunan omzet perusahaan dan lain sebagainya. Pandemi juga merubah pola hidup yang semakin serba digital, termasuk dalam bekerja dan berinteraksi. Pandemi tak hanya membawa dampak secara fisik namun juga secara psikologis dan spiritual.

Meski kasus Covid-19 telah mengalami penurunan, namun hingga kini dampaknya masih sangat kita rasakan. Hidup sebagai murid Kristus dalam masa peralihan ini memiliki tantangan dan kesulitannya tersendiri. Termasuk bagi kita dalam mengerjakan panggilan pemuridan kaum intelektual. Pandemi membuat pemuridan mengalami penurunan kualitas, bahkan banyak yang tidak berjalan. Pelayanan pemuridan kaum intelektual saat ini terasa sangat sulit.

Pada bulan Desember ini, umat Kristen termasuk kita memperingati dan merayakan kelahiran Kristus. Dalam masa yang penuh gejolak dan tidak menentu ini, mari menikmati, memaknai dan merespons kembali kabar baik yang pernah diberitakan – kelahiran Kristus Sang Juruselamat!

Melalui catatan peristiwa kelahiran Kristus dalam Lukas 1:26-38 kita menyaksikan apa yang tidak mungkin bagi manusia itu mungkin bagi Allah. Tuhan secara ajaib membuka kandungan seorang gadis perawan bernama Maria. Kisah ini memperlihatkan bahwa Allah selalu menggenapkan rencana-Nya bagi umat-Nya bahkan ditengah situasi yang tampaknya mustahil bagi manusia. Melalui kisah ini, menarik bagi kita untuk melihat bagaimana respons Maria yang Tuhan telah pilih dan libatkan dalam penggenapan rencana-Nya bagi dunia.

Kisah pengumuman tentang kelahiran Yesus ini sejajar dengan bagian sebelumnya yaitu pengumuman kelahiran Yohanes (Ay.5-25). Pola keduanya sangat mirip sehingga Lukas mungkin mengaturnya agar pembaca dapat melihat kesamaan dan perbedaan dari kedua kisah ini.

Malaikat Gabriel datang menyatakan diri kepada seorang perawan Bernama Maria yang telah bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud. Ia tinggal di Nazaret, sebuah tempat kecil di Galilea. Tempat ini kontras dengan kota besar Yerusalem di Yudea di mana malaikat bertemu dengan Zakharia. Maria gadis muda juga kontras dengan Zakharia dan Elisabet yang sudah tua. Gabriel memberitahukan bahwa Ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, yang diberi nama Yesus (31), yang tidak tertandingi keagungannya. Dialah Sang Anak Allah (32) yang akan diberi tahta Daud dan akan memerintah selamanya.

Maria tidak seperti Zakharia, ia tidak meragukan kebenaran yang dikatakan oleh malaikat dan tidak meminta tanda. Melalui pertanyaannya, ia hanya ingin mengetahui bagaimana ia dapat mengandung karena dia masih perawan (32). Malaikat kemudian menjelaskan bahwa itu terjadi melalui karya Roh Kudus yang ajaib. Malaikat lalu meyakinkannya dengan memberitahukan bahwa Elisabet kerabatnya yang mandul, sedang mengandung dan akan memiliki putra. Gabriel juga meyakinkan Maria dengan pernyataan “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (37). Gabriel menyinggung kata-kata malaikat kepada Sara ketika menyatakan bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki meskipun hal itu tampak mustahil (lih. Kej 18:14).

Meskipun Maria menyadari bahwa perjalanan yang akan ia tempuh mungkin tidak mudah, ia menanggapi berita malaikat itu dengan penuh ketaatan dan kerendahan hati. Kebanyakan orang disekitarnya mungkin akan menghakimi dia. Saat itu dia juga belum mengetahui dengan pasti bagaimana tanggapan Yusuf. Namun, Maria taat karena ia menyadari betul bahwa dirinya adalah hamba Allah yang mendapat anugerah untuk terlibat dalam menggenapkan rencana keselamatan bagi manusia.

Ini bukan pertama kalinya Tuhan melakukan hal yang ajaib. Narasi Lukas mengingatkan kita pada serangkaian kelahiran yang luar biasa dalam dalam Perjanjian Lama, kelahiran anak dari wanita-wanita yang mandul. Sara melahirkan Ishak, Hana melahirkan Samuel dan kisah lainnya. Melalui peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Perjanjian Lama itu, Tuhan sebenarnya sudah menetapkan suatu pola yang diwujudkan dalam kelahiran Yesus. Dalam PL kita juga dapat melihat bahwa kelahiran Yesus telah banyak dinubuatkan. Itu semua Allah lakukan agar kita dapat melihat dengan jelas bahwa keselamatan itu berasal dari Allah.

Melalui kisah ini, kita diingatkan tentang kelahiran Kristus yang merupakan rencana besar Allah bagi keselamatan manusia dan itu adalah pekerjaan Allah yang sanggup melakukan hal yang mustahil. Dalam menggenapkan rencana-Nya Tuhan melibatkan manusia, dalam kisah ini Tuhan melibatkan Maria. Tanggapan Maria yang rendah hati dan mau taat menjadi teladan bagi kita. Kita dipilih menjadi murid dan dilibatkan dalam misinya yang besar. Itu semata-mata hanya karena anugerah-Nya. Meski sulit dan tampaknya mustahil kiranya pernyataan Gabriel kepada Maria itu juga dapat menghibur kita bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Kiranya dalam menjalani hidup sebagai murid Kristus, kita dapat meyakini bahwa Tuhan akan menyertai dan menepati janji-janji-Nya, tidak peduli seberapa jauh itu tampak dari keadaan kita sehari-hari.

BAGIKAN: