Pemimpin Bangsa yang Sejati

Bagaimana respon kita ketika mengetahui atau mendengar Bangsa Indonesia sedang mengalami kesulitan? Setiap kita sebagai masyarakat Indonesia pasti merindukan bangsa ini bisa terus maju dan berkembang. Tapi ketika melihat kesulitan atau masalah yang muncul, baik kemiskinan, korupsi, pendidikan, kerusakan alam dan masalah lainnya, tidak jarang kita tidak memperdulikannya karena merasa diri tidak terdampak secara langsung oleh masalah-masalah tersebut atau merasa iba namun tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki bangsa ini. Padahal, sebagai orang percaya, Tuhan menghendaki kita untuk berperan aktif juga peduli pada kesejahteraan bangsa. Seperti halnya Nehemia, ketika ia mendengar bahwa kota Yerusalem, tanah leluhurnya sedang mengalami kesukaran besar, menangis dan berkabunglah ia serta berseru kepada Allah untuk meminta pengampunan dosa terhadap bangsanya serta meminta Allah untuk menyatakan kasih setiaNya kembali bagi Kota Yerusalem (Nehemia 1:1-11).

Tidak berhenti pada perkabungan dan dukacita saja, namun Nehemia yang saat itu sedang berada di Persia bertekad untuk kembali ke kota Yerusalem dan membangun tembok Yerusalem serta menjadi pendengar bagi rakyat yang mengalami penderitaan. Tembok yang runtuh menandakan hilangnya batasan antara Yerusalem dan wilayah lain serta rendahnya mental dan moral rakyat Yehuda. Betapa belas kasih Allah dialami dan dimiliki oleh Nehemia sehingga ia mau bukan saja bersimpati kepada rakyat Yehuda tapi juga berempati dengan langsung datang ke Kota Yerusalem. Berkat kepemimpinan Nehemia, orang Israel yang tinggal di Yerusalem memiliki semangat kembali untuk memperbaiki kesejahteraan bangsanya. Dalam Nehemia 2:18 dikatakan, “ Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: “Kami siap untuk membangun!” Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu.” Seperti inilah teladan pemimpin yang juga kita rindukan hadir di bangsa ini, pemimpin yang memiliki kasih yang besar terhadap rakyatnya dan pemimpin yang mendorong rakyatnya untuk bekerja bersama memperhatikan dan membangun bangsanya.

Seorang pemimpin memiliki pengaruh besar terhadap orang yang dipimpinnya, sebab pemimpinlah yang akan menentukan arah dan jalannya suatu pemerintahan. Ketika seorang pemimpin tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan benar, maka hal itu berdampak pada kesejahteraan rakyat juga kemajuan bangsa yang bisa jadi akan stagnan bahkan mengalami kemunduran. Seorang pemimpin juga identik dengan kekuasaan. Namun, seringkali kita temui bahwa para pemimpin memakai kekuasaan atau otoritas mereka hanya untuk menunjukkan bahwa mereka layak menjadi pemimpin atau bahkan hanya untuk mencari keuntungan pribadi. Seperti inikah karakter pemimpin yang sesungguhnya? Dan seperti ini juga kah karakter pemimpin yang dimiliki oleh orang percaya? Tentu saja tidak. Mengutip perkataan John Stott mengenai kepemimpinan, “The authority by which the Christian leader leads is not power but love, not force but example, not coercion but reasoned persuasion. Leaders have power, but power is safe only in the hands of those who humble themselves to serve.” Otoritas seorang pemimpin Kristen bukan dilihat dari kekuasaannya, tapi dari kasihnya. Bahkan bukan hanya seorang Kristen, setiap pemimpin seharusnya memiliki kasih yang tulus kepada setiap orang yang dipimpinnya.

Orang percaya telah ditebus untuk melakukan pekerjaan mulia sehingga Tuhan dengan belas kasih-Nya terus membangkitkan pemimpin-pemimpin untuk mewujudkan kehendak Allah bagi dunia. Tuhan pun memakai setiap pemerintah atau pemimpin bangsa untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya dalam memelihara dan membangun bangsa. Roma 13:1 berkata, “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” Sungguh Ia memperhatikan bangsa-bangsa sedemikian rupa sehingga topangan tangan-Nya tidak berhenti menjaga setiap bangsa dan kedaulatan-Nya tidak terputus bagi siapapun pemimpin yang dipercaya untuk memimpin suatu bangsa. Tidak ada pemimpin yang dipilih diluar kedaulatan-Nya, maka seperti dikatakan dalam kitab Roma, kita harus tunduk kepada pemerintah untuk melakukan hal baik, bukan perkara jahat.

Ditengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa, muncullah berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa seperti kesenjangan sosial, korupsi, kasus kekerasan dan fanatisme golongan intoleran, atau bahkan munculnya dilema politik, mengejar alih kekuasaan demi mencapai popularitas dan keuntungan pribadi. Tidak ada kondisi yang ideal. Berbagai kasus ini membuat baik masyarakat maupun pemerintah lelah dan pesimis karena tidak kunjung usai. Kebencian demi kebencian muncul dan menyerang berbagai pihak. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak memiliki kepercayaan penuh kepada para pemimpin yang seharusnya menjadi panutan. Seringkali kita hanya mengandalkan para pemimpin yang hanyalah seorang manusia terbatas dan rentan. Pemimpin yang secara esensi merupakan alat perpanjangan tangan Tuhan. Kita lupa bahwa Tuhanlah pemimpin bangsa yang sejati.

Tuhan masih dan akan terus berdaulat terhadap segala bangsa. Dialah satu-satunya pemimpin bangsa yang atas izin-Nya semua boleh terjadi dan Dia tidak akan tinggal diam melihat ketidak jujuran, penyelewangan atau tindak kejahatan lainnya. Tuhan adalah Allah yang kasih dan adil. Kedua karakter tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dialah pemimpin yang dengan tegas menghukum setiap orang yang melakukan pelanggaran supaya mereka yang menerima hukuman boleh jera. Namun, Dia juga pemimpin yang tidak dapat menahan kasih-Nya bagi umat yang Ia gembalakan. Selain itu, Tuhan merupakan pemimpin yang memiliki hati seorang pelayan. Sangat sulit saat ini menemukan seorang pemimpin yang mau seperti Yesus, datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Matius 20:28). Kebanyakan pemimpin melihat dirinya layak untuk dilayani dan dihormati sehingga mereka enggan untuk melayani orang lain dengan motivasi yang benar. Yesus adalah pemimpin yang berbeda dari pemimpin-pemimpin lainnya.

Semua kuasa yang ada di bumi berasal dari Allah, artinya Allah lebih tinggi dari semua pemimpin di tiap-tiap bangsa. Hal ini menandakan bahwa seluruh pemimpin harus bertanggung jawab kepada Allah, sang pemimpin sejati dan tidak ada siapapun yang berhak menyombongkan diri atau kekuasaannya sebab Allah lah yang Mahakuasa, Allah lah yang memilih dan memimpin para pemimpin. Apapun yang dikerjakan dan dilakukan oleh para pemimpin, Allah yang akan menghakimi dan memperhitungkannya. Tugas kita sebagai perpanjangan tangan-Nya yaitu bergantung sepenuhnya kepada Allah, sebab karena Tuhan adalah pemimpin sejati maka Ia yang mengetahui kemana bangsa ini harus berjalan.

Firman Tuhan dalam Yeremia 29:7 berkata, “Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Di tengah kegaduhan yang terjadi baik di kota besar maupun kota kecil, orang percaya (siswa, mahasiswa, dan alumni) tetap dipanggil untuk memperhatikan kesejahteraan bangsa, sebab disanalah Tuhan hadirkan kita dengan maksud dan tujuan tertentu. Penting juga untuk membawa dalam doa mengenai kondisi bangsa kepada Tuhan yang dapat memimpin kita keluar, yaitu ke padang kesukaan. Pada akhirnya, ada rasa tenang dan aman ketika mengingat dan percaya bahwa Tuhanlah satu-satunya pemimpin bangsa sebab bangsa ini ada di dalam genggaman tangan yang kokoh, berdaulat, dan setia.

BAGIKAN: