Komunitas yang Membangun

Tahun ajaran baru menimbulkan suasana baru, khususnya bagi para pelajar, ada yang baru masuk SMA, SMK, ataupun perguruan tinggi. Lingkungan baru memiliki tantangannya sendiri, membuat kita bertanya-tanya “Akan ketemu teman yang cocok kah?”, “Mendapatkan guru atau dosen yang baik kah?”, “Lingkungan sekolah atau kampus yang menyenangkan kah?”, “Bertemu teman atau sahabat karib yang menyenangkan kah?”. Berbagai perasaan mungkin muncul di hati kita, antara antusias, bergairah, takut atau khawatir. Banyak harapan yang muncul di dalam hati, pikiran, dan berbagai perasaan lainnya. Masuk ke dalam suasana yang baru memang memiliki dinamikanya sendiri.

Alkitab pun menceritakan adanya suatu kelompok baru di dalam Kisah Para Rasul 4:32-37. Ini adalah sekelompok orang percaya yang memiliki persekutuan yang intim dan indah. Setelah peristiwa Pentakosta atau turunnya Roh Kudus atas para murid Yesus, mereka mulai memberitakan Injil dengan berani. Ancaman, tantangan, bahkan penjara tidak menyurutkan keberanian mereka menyaksikan siapa Yesus kepada orang banyak. Petrus memberikan pengajaran kepada orang banyak tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Mesias yang telah datang, sesuai dengan nubuat Alkitab. Banyak orang yang menjadi percaya dan bergabung dengan komunitas yang baru terbentuk.

Komunitas yang baru ini memiliki cara hidup yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Gereja mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus nyata melalui perkataan, perbuatan, pelayanan dan kesaksian, kasih kepada sesama anggota dan kesaksian bagi dunia luar. Kasih yang besar kepada Allah dan sesama itu menggerakkan mereka untuk rela berbagi dengan apa yang mereka miliki. Tidak seorangpun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Ada kesatuan dan persatuan diantara semua jemaat. Saling melayani dan memberi juga sangat terlihat dalam komunitas yang baru ini. Bahkan diayat 34a dikatakan “tidak ada seorangpun yang berkekurangan diantara mereka.“ Disebutkan seorang yang bernama Yusuf yang oleh para rasul-rasul disebut Barnabas, memberikan teladan yang baik pada komunitas ini.

Komunitas ini pun terus belajar dari para Rasul yang mengajar dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka rutin mendengarkan pengajaran para rasul dan mempelajari ajaran-ajaran Yesus. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha untuk mengerti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran ini memberi mereka dasar iman yang kokoh dan mempersiapkan mereka untuk menjadi saksi-saksi Kristus.

Mereka benar-benar memiliki relasi yang erat dengan Tuhan. Dalam segala pergumulan dan kesusahan yang dialami orang percaya pada waktu itu, mereka berdoa dan menguatkan satu sama lain. Kegiatan berdoa bersama ini mencerminkan komitmen mereka untuk bergantung pada kuasa Tuhan dalam segala hal. Ini adalah teladan yang sangat menguatkan kita sebagai orang percaya dan sudah seharusnya kitapun mau mempraktekkan hidup seperti ini kepada orang-orang yang kita jumpai atau yang berada disekitar kita.

Kita sebagai orang percaya masa kini juga perlu mencari kelompok atau komunitas baru dimana kita juga bisa saling berbagi dan menunjukkan kasih. Sebab komunitas yang baik memberikan kesempatan untuk kita menjalin hubungan sosial yang bermakna. Ini bisa menjadi tempat untuk membangun persahabatan, jaringan, dan koneksi yang dapat membawa manfaat pribadi dan profesional. Persahabatan dalam komunitas ini dapat menjadi sumber dukungan emosional di waktu-waktu krusial. Ketika menghadapi kesulitan dan tekanan kita memiliki teman-teman yang siap mendengarkan, mengerti, dan memberikan dukungan sehingga membantu mengurangi beban emosi kita. Tidak hanya menerima saja, di dalam komunitas kita juga memiliki kesempatan untuk melayani dan memberi sesuai dengan apa yang Yesus inginkan dalam setiap hidup kita.

Dalam komunitas yang baik, kita juga bisa saling belajar ketika ditegur ataupun menegur sehingga mendorong pertumbuhan pribadi. Interaksi dengan orang lain membuka peluang untuk belajar dari pengalaman mereka, mendapatkan umpan balik yang konstruktif, dan menginspirasi kita untuk terus berkembang. Diskusi, debat, dan refleksi bersama dalam komunitas dapat merangsang pemikiran dan perspektif baru. Kita juga memiliki kesempatan untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pandangan. Ini memungkinkan kita untuk saling belajar dan bertukar informasi yang dapat memperkaya wawasan individu. Komunitas juga bisa menjadi tempat untuk berdiskusi dan memecahkan masalah bersama.

“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.“ (Amsal 27:17). Memang dari semula, manusia diciptakan untuk berelasi dengan orang lain, Allah membentuk dan mengasah semua orang dalam relasi apapun. Betapa indahnya hal ini ketika terjadi di dalam komunitas orang percaya.

Oleh karena itu, marilah kita ciptakan dan hadirkan komunitas yang baik itu dimanapun kita berada. Ketika kita berada di lingkungan baru mintalah kepada Tuhan agar kita dipertemukan dengan komunitas yang baik. Kita pun sebagai orang percaya juga bisa menciptakan komunitas yang baik dimanapun Tuhan menempatkan kita sehingga membawa dampak baik bagi setiap orang di dalamnya.

Seperti juga jemaat mula-mula yang saling berbagi hidup dan harta, bagaimana dengan kita, siswa, mahasiswa dan alumni? Ini merupakan suatu gaya hidup yang radikal dan tidak mudah dilakukan. Sebagai umat percaya bagaimanakah kita memperlakukan apa yang kita miliki, relakah kita membaginya dengan saudara-saudara kita terlebih saudara seiman kita? Apakah hati kita ikut tergetar ketika mendengar atau melihat mereka yang membutuhkan pertolongan? Menolong orang lain tentunya membutuhkan pengorbanan, entah waktu, materi, kenyamanan, perasaan ataupun perhatian. Lalu bagaimana dengan kita, rela kah kita berkorban demi orang lain?

Hal terpenting yang tidak boleh dilupakan juga adalah komunitas yang di dalamnya kita terus belajar mengenal Tuhan Yesus seperti yang dilakukan oleh jemaat mula-mula. Sehingga kita semua mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombangambingkan oleh berbagai angin pengajaran dan permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Sebaliknya dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala (Efesus 4:13-15).

Pilihlah komunitas yang baik dimana melaluinya kita juga bisa bertumbuh di dalam iman, di dalam pengajaran dan relasi yang intim dengan Tuhan melalui doa. Sehingga pada akhirnya kita pun menjadi saksi Kristus yang setia, benar dan berani. Mari menghadirkan komunitas ini, dimana Injil diberitakan dengan kuat dan kita memiliki kasih yang besar untuk berbagi dengan tulus kepada sesama kita manusia. Jadilah saksi Kristus yang setia, benar dan berani dimanapun kita berada.

BAGIKAN: