Penyembah Sejati

Homo adorans. Demikian istilah yang dipakai untuk mendefinisikan manusia sebagai makhluk penyembah. Manusia bisa menyembah apa atau siapa saja. Tetapi sebagai murid Kristus, tentu kita menyembah Allah (Bapa, Anak, Roh Kudus) sebagai pencipta, penebus, dan pemelihara hidup. Jika kita menyembah yang selain Allah, berarti kita menyembah berhala, dan itu adalah dosa. Tim Keller dalam bukunya yang berjudul Counterfeit Gods berkata, “An idol is something that we look to for things that only God can give.” Ketika kita mencari kepuasan dari uang, berarti kita sedang menyembah uang. Ketika kita mencari makna hidup dari pasangan hidup, berarti kita sedang menyembah pasangan hidup. Jadi Allah harus menjadi satu-satunya pribadi yang kita sembah sebagai orang Kristen. Pertanyaannya, apakah kita bisa salah dalam menyembah Allah? Ya, bisa!

Yohanes 4 mencatat sebuah peristiwa yang sangat terkenal, yaitu perjumpaan Yesus dengan seorang perempuan Samaria yang membuatnya mengalami transformasi hidup. Yang ingin kita soroti dari perjumpaan itu adalah salah satu topik pembicaraan mereka, yaitu tentang penyembahan. Memang, topik ini diangkat si perempuan sebagai bentuk pengalihan pembicaraan karena Yesus menyinggung dosanya. Tapi Yesus tetap menjawab perempuan itu sebelum akhirnya mengembalikan arah pembicaraan. Demikian Yohanes 4: 19 – 24, “Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”

Gunung yang dimaksud perempuan itu adalah Gunung Gerizim. Gunung ini tercatat sebagai tempat pernyataan berkat jika umat menjaga perjanjian (Ul 11: 29; 27: 12). Orang Samaria menjadikan gunung itu sebagai altar, di mana mereka mendirikan bait Allah (Jewish Antiquities, Josephus). Ia menganggap penyembahan di Gunung Gerizim ini sudah dilakukan sejak nenek moyangnya, termasuk Abraham dan Yakub. Dalam percakapan ini, si perempuan mempertentangkan penyembahan orang Samaria yang dilakukan di Gunung Gerizim dengan penyembahan orang Yahudi yang dilakukan di bait Allah Yerusalem dengan harapan Yesus akan menjawab dalam argumen-argumen keagamaan. Tapi ternyata jawaban Yesus di luar perkiraan! Yesus menjawab dengan argument teologis yang lebih mendalam dan baru. Ia berkata bahwa untuk menyembah Allah, seseorang tidak harus lagi pergi ke sebuah bait di suatu kota manapun. Tetapi kita bisa menyembah Allah di manapun, karena Roh Kudus tinggal di dalam kita, dan Allah sendiri pun akan tinggal di dalam setiap umat-Nya, sehingga kita sendiri adalah bait Allah. Semua ini dimungkinkan jika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, atau dalam konteks Yohanes 4 ini sebagai sumber air hidup.

NIV Bible Speaks Today terbitan Inter-Varsity Press menjelaskan tentang penyembahan dalam roh dan kebenaran. Dikatakan, “Penyembahan yang sejati adalah penyembahan yang ditujukan kepada Bapa, di dalam Anak, melalui Roh Kudus. Hanya melalui kebenaran yang Yesus wujudkan dan Roh Kudus yang diberikan kita bisa mengenal Allah dan menyembah-Nya.” Artinya, penyembahan kepada Allah bisa salah jika kita melakukannya di dalam kedagingan dan tanpa pengertian yang benar akan Allah. Contoh, kita menyembah Allah karena ingin lulus ujian. Ini menunjukkan motivasi yang tidak murni atau keinginan daging. Atau kita menyembah Allah karena kita takut keselamatan bisa hilang. Ini menunjukkan bahwa kita belum memahami kebenaran Alkitab tentang keselamatan.
Kebenaran tentang penyembahan ini tidak hanya berlaku pada konteks penyembahan pribadi, tetapi juga pada konteks penyembahan bersama. Dalam bahasa Inggris kata ‘menyembah’ diterjemahkan sebagai ‘worship’. Uniknya, kata ‘worship’ juga bisa diterjemahkan sebagai ‘ibadah’. Jadi, penyembahan juga bisa disamakan dengan ibadah. Walaupun demikian, ibadah bisa memiliki dua pengertian. Ibadah secara esensi dan ibadah secara ritual. Ibadah secara esensi adalah keseluruhan hidup kita (Roma 12: 1), sedangkan ibadah secara ritual adalah aktivitas ibadah yang biasa kita lakukan di sekolah, kampus, kantor, ataupun gereja. Artinya, ketika kita sedang melakukan aktivitas ibadah bersama pun, harus dilakukan dalam roh dan kebenaran. Maka, ketika kita sebagai pengurus RohKris/PMK/Persekutuan Kantor/Gereja hendak mempersiapkan ibadah, juga harus dilakukan dalam roh dan kebenaran, supaya nantinya ibadah itu berlangsung dalam roh dan kebenaran pula.

Secara sederhana, mempersiapkan ibadah di dalam roh dan kebenaran berarti mempersiapkan ibadah untuk Bapa, di dalam Yesus, dengan pertolongan Roh Kudus. Sebagai pengurus, motivasi kita mempersiapkan ibadah dengan baik adalah untuk memuliakan nama Tuhan, bukan untuk memuliakan nama persekutuan kita. Bukan pula untuk membuat jemaat terpesona dengan acara yang kita buat. Tujuan kita mempersiapkan ibadah adalah untuk mengarahkan jemaat menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, bukan ketergantungan dengan alat musik atau penampilan MC. Walaupun itu semua baik, tapi jangan sampai jemaat salah fokus. Kita juga harus mempersiapkan ibadah dengan pengertian yang benar. Buatlah alur tema mingguan dengan baik, tujuan dan sasaran yang alkitabiah, tidak asal-asalan. Kita juga bisa membuat training untuk MC agar memilih lagu dengan baik, membuat kata pengantar lagu yang tepat. Juga training untuk pemusik agar tidak asal main musik saja, tapi punya pengertian akan lagu, tahu bagaimana aransemen yang cocok. Dan yang terakhir, pilihlah pembicara yang tepat, yang juga menolong jemaat beribadah dalam roh dan kebenaran.
Kiranya kita dimampukan menjadi penyembah-penyembah yang sejati dan semakin terampil di dalam mempersiapkan ibadah yang sejati, agar setiap jemaat yang kita layani juga dapat menjadi penyembah yang sejati.

BAGIKAN: