Kamp Nasional Pembimbing Siswa 2018

[siteorigin_widget class=”SiteOrigin_Widget_Image_Widget”][/siteorigin_widget]
Lukas 24:32 “Kata seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”

Tidak henti-hentinya kami bersyukur karena merasakan kehadiran Roh Allah dan Ia yang terus berbicara sepanjang persiapan Kamp Nasional Pembimbing Siswa 2018 hingga pelaksanaannya melalui rangkaian Scripture Engagement, Seminar, Talkshow, Family Group, Kapita Selekta, Amazing Race, Pendalaman Alkitab (PA) maupun sesi-sesi informal kepada 370 peserta (60-an staf dan 300-an pembimbing siswa) dari 56 kota di seluruh Indonesia. Kamp yang mengambil tema “LET’S GO” (Listening, Engaging, Trustworthy, Selfless, Genuine, Obedient) ini juga bisa terselenggara semata-mata karena anugerah dan kemurahan hati Allah bagi siswa/remaja dan para pelayannya pembimbing siswa di seluruh Indonesia.

Kami bersyukur dan menyaksikan Allah mengurapi dan menolong 19 pembicara, seluruh staf yang juga menjadi pemimpin Family Group, dan PA dan lebih dari 50 panita, pelayan serta tim kerja yang dipakai Tuhan melayani di KNPS 2018 ini. Kami juga bersyukur untuk jawaban-jawaban doa yang kami alami, salah satunya kesatuan antar komponen siswa-mahasiswa dan alumni yaitu turut terlibat melayani bersama kami dalam doa, dana dan daya dalam hal persiapan teknis, koordinasi penjemputan dan kepulangan, kecukupan dana, kebutuhan tim hari H dan homestay yang menunjang rangkaian KNPS 2018.

Kami bersyukur ada begitu banyak berkat Firman dan persahabatan yang kami dapat di sepanjang KNPS 2018. Kami diajak untuk sedia mendengar (listening) kepada suara Tuhan dan membiarkan diri ditransformasi Allah. Kami ditantang untuk taat (obedient) melakukan kehendak Allah walaupun tampak tidak masuk akal. Kami diajak untuk terus sedia berjalan bersama Allah dan siswa (engaging). Kami diingatkan untuk terus mengingat alasan mengapa melayani siswa karena kita pernah ada di masa siswa. Kami dipulihkan dan dibebaskan dari masa lalu dan rasa malu akan keberdosaan sehingga dapat menjadi tempat yang dapat dipercaya (trustworthy), tidak mementingkan diri (selfless), apa adanya (genuine), dan taat (obedient) untuk mengunjungi dan melayani di tempat dimana kami menghindar. Kami diminta untuk menghidupi identitas/DNA kami sebagai garam dan terang dan ucapan bahagia dalam rangkaian Khotbah di Bukit. Kami dipanggil untuk menggembalakan setiap siswa yang Tuhan beri. Kami diutus untuk terus bergandengan tangan, sehati dan sepikir untuk mengerjakan pelayanan siswa di Indonesia! Kiranya melalui KNPS XIV yang telah terlaksana, para pembimbing siswa dan staf siswa makin diteguhkan untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan memulihkan siswa-siswi di Indonesia dan memulihkan Indonesia untuk kemuliaan nama-Mu.

Soli Deo Gloria.
– Panitia KNPS 2018 –

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]
“Dari sesi scripture engagement tentang perempuan di sumur, saya ditegur sekaligus dikuatkan untuk bisa menjadi safe place bagi siswa tanpa pilih kasih. Hasilnya tidak langsung terlihat, tetapi aku meyakini dari 1 siswa bisa menjadi berkat bagi 1 kota seperti perempuan di sumur. Dari sesi dedication night, hal yang kunikmati adalah ketika melihat teman-teman berkomitmen melayani siswa dengan lebih sungguh, aku meihat pekerjaan Tuhan yang masih terus menyediakan pekerja di ladang siswa indonesia. Dari sesi KKR, aku bersyukur dibukakan teladan tokoh petrus. aku sering gagal seperti petrus, khususnya dalam pelayanan siswa. jarak tempuh antara rumah, kampus, dan tempat pelayanan sering membuatku berpikir 2 kali untuk tidak visitasi ke sekolah. Tetapi, Yesus terus menerima dan memanggilku untuk tetap melayani siswa di tengah-tengah kegagalan”

Dhito (TPS Jakarta)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]
“Melalui berbagai sesi dalam KNPS, banyak dibukakan mengenai visi melayani siswa, tantangan pemuridan di masa kini yang dapat membuat kita seringkali undur dari pelayanan dan enggan untuk menghadapinya. Tantangan dari faktor keluarga merupakan penentu karakter tiap siswa yang kita layani, dan lingkungan sekitar juga dapat membentuk kedewasaan seorang anak. Maka dari itu, kita sebagai pelayan siswa harus bisa masuk ke dalam hidup mereka, baik menjadi sahabat, saudara, dan bahkan mungkin kita juga dituntut menjadi teladan seperti orang tua mereka, yang belum mereka dapatkan dalam keluarganya, sehingga hal itu membuat siswa sadar akan dirinya secara utuh dan mampu berdamai dengan masa lalunya, serta memiliki pengharapan didalam Tuhan akan masa depannya.”

Fernandes (TPS Pontianak)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]
“Dikuatkan untuk memiliki kedalaman dalam mengenal Kristus. Belajar untuk memiliki belas kasihan dan kerelaan yang besar kepada siswa-siswa yang kita layani bahkan kepada orang lain. Ketika kita bilang kita mengasihi Tuhan, harus di ikuti dengan ketaatan yang sungguh kepada-Nya. Jangan setengah-setengah dalam melayani siswa.”

Desi (TPS Jayapura)

[siteorigin_widget class=”Divider”][/siteorigin_widget]

“Fokuskan pikiran, dengarkan suaraNya, dan bersyukur karna aku mendapat anugerah untuk bisa berseru padaNya. Allah biasa memberikan perintah yang tidak masuk akal, namun semua itu bukan tentang perintah, melainkan juga bagaimana respon kita pada perintahnya. Do it. Siswa adalah domba-domba yang tidak bergembala, mari lihat siswa dengan penuh belas kasihan.”

Hening (TPS Padang)

BAGIKAN: