Kapan Punya Waktu Serius dalam Pemuridan?

“Lihat deh kak, jadwal kuliahku gak padat, daripada aku gak ngapa-ngapa-in, mending aku isi aja dengan organisasi.” Begitu jawab AKK-ku, sambil menunjukkan jadwal perkuliahannya yang dijadikan wallpaper ponselnya, ketika kutanyakan alasannya mendaftar begitu banyak organisasi di kampusnya. Asumsi dunia postmodern saat ini adalah kesibukan itu menandakan bahwa kita orang yang sangat produktif. Kita semua ingin terlihat sibuk. Kalaupun kita punya sedikit waktu senggang, kita akan mencari aktivitas lain yang dapat mengisi waktu itu, entah itu untuk pengembangan diri atau kesenangan diri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Barna Group, sebanyak 86% pemimpin gereja di Amerika mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam melayani kaum muda adalah kesibukan yang diambil oleh kaum muda itu sendiri. Lebih lanjut, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hampir setengah orang kristen bergumul dalam menemukan waktu untuk mengikuti komunitas Kristen karena merasa terlalu sibuk. Selain itu, satu dari tiga orang Kristen yang tertarik dengan pemuridan mengasumsikan bahwa mereka akan sulit untuk memprioritaskan pemuridan di antara aktivitas lain yang bahkan mereka sendiri masih berjuang dalam menjalaninya. Sehingga tidak mengagetkan jika hanya 24% orang Kristen dalam komunitas pemuridan yang tidak setuju bahwa mereka kesulitan menemukan waktu untuk melakukan pemuridan karena kesibukan.

Saya rasa, gambaran kondisi pemuridan tersebut tidak hanya terjadi di Amerika, penelitian yang dilakukan oleh Bilangan Research Center pada tahun 2021 memberikan gambaran bahwa 71.7% umat Kristiani di Indonesia tidak aktif memuridkan dalam 3 bulan terakhir. Mengapa hal itu bisa terjadi? Penelitian kecil-kecilan yang saya lakukan terhadap 7 Bidang Pemuridan dari beberapa Universitas menyatakan bahwa tantangan terbesar mengapa pemuridan sulit berjalan adalah kesulitan mencocokkan waktu antara PKK dan AKK. Alasan klasik memang, tapi itulah kenyataannya. Bukan hanya AKK yang sibuk, PKK pun sibuk dengan kegiatan non akademis lainnya.

Sibuk, sibuk, sibuk. Tidak hanya dalam pelayanan siswa dan mahasiswa, seringkali dalam KTB alumni pun, kesibukan menjadi alasan utama tertundanya pertemuan KTB. Kalau KTB-mu tidak seperti itu, berbahagialah! Baru-baru ini kami saling mengaku dosa karena sudah 2 bulan kami tidak melakukan pertemuan KTB full team karena sudah lelah dengan kesibukan pekerjaan, yang memang sangat menguras waktu, tenaga, pikiran, mental, bahkan mengalihkan fokus panggilan dalam dunia profesi. Namun, kami sama-sama menyadari bahwa di tengah kesibukan, pemuridanlah yang justru dapat menolong kewarasan kami.

Menghadapi masa dimana sang Mesias yang diharapkan ternyata mati, Petrus dan murid lainnya kembali dalam profesinya yang dulu, yaitu menjala ikan (Yohanes 21:3). Kematian Yesus menandakan runtuhnya harapan mereka, sehingga mereka kehilangan visi dan tujuan. Apa yang dilakukan Petrus dan murid-murid lainnya menunjukkan ketidakyakinan mereka mengenai apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Yang jelas, mereka harus tetap beraktivitas, walaupun hanya sekadar menjalaninya. Dan aktivitas yang paling memungkinkan bagi mereka adalah aktivitas dan jalan yang mereka lalui dahulu.
Namun, Kristus sanggup menarik para murid-Nya kembali pada panggilan semula, yaitu menjadi penjala manusia, atau dalam konteks Amanat Agung menjadikan segala bangsa murid Kristus. Alih-alih kembali menjala ikan, Petrus diminta untuk menggembalakan domba-domba Kristus. Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit sungguh mengubahkan fokus para murid. Benar saja, setelah Petrus benar-benar menangkap arti dari kebangkitan Kristus, dia menyerahkan dirinya untuk memberitakan Kristus yang bangkit itu. Dan di hari Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan, di situlah Petrus menemukan panggilannya, ketika 3000 orang bertobat dan dibaptis, pemuridan dimulai! Gereja mula-mula bertumbuh secara kualitas dan kuantitas. Kurang dari empat abad, kekristenan sudah mendominasi peradaban dunia, bahkan sampai kekaisaran Romawi.

Kebangkitan Kristus memberikan keyakinan bahwa memang benar Dia adalah Raja yang dijanjikan. Jika Yesus adalah Raja, maka Ia berhak atas segala ketundukan kita pada otoritas-Nya dan perintah-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya. Terkadang kita melupakan bahwa Tuhan yang kita layani adalah Tuhan dan Raja yang berkuasa atas takhta hati kita. Alih-alih me-raja-kan Kristus, kita me-raja-kan diri sendiri. Aku dan kesibukanku. Tidak sedikit pilihan yang kita ambil adalah keputusan dari diri kita sendiri, sebagai raja atas hidup kita. Padahal, kematian dan kebangkitan Kristus merupakan bukti bahwa Ia benar-benar Tuhan dan Raja sesungguhnya. Bagaimana mungkin kita melupakan kebenaran ini? Mengikut Kristus berarti menyerahkan kepada-Nya segala hak atas hidup kita. Namun menariknya, ketika kita menyangkal diri dan hidup untuk Kristus, disitulah kita dapat menemukan jati diri kita yang sejati (Stott, 2008).

Bagaimana cara kita tetap memperjuangkan pemuridan di tengah kondisi zaman yang semakin sibuk? Pertama, terus-menerus memikirkan dan merenungkan Kristus setiap harinya. Pikiran kita akan terus dibentuk selaras dengan pikiran Kristus, sehingga kerinduan untuk terus memuridkan dan mengerjakan panggilan-Nya akan terus muncul dalam setiap keputusan kita. Coba renungkan kembali berbagai aktivitas yang saat ini tengah kamu ambil. Tanyakan pada dirimu, apakah itu selaras dengan tujuan-Nya bagimu? Jika memang tidak, buatlah suatu keputusan radikal jika memang kamu harus mengurangi bahkan meninggalkan kegiatan tersebut. Jika AKK-mu masih cenderung sulit untuk menemukan jadwal untuk pertemuan pemuridan di tengah kepadatan aktivitas, cobalah untuk mengikuti satu atau dua aktivitasnya. Setelah itu, kamu bisa lebih bisa mendiskusikan dengannya bagaimana pemuridan juga harus diprioritaskan. Jangan jemu-jemu untuk rutin mengajaknya bertemu. Siapa tahu, perasaan ‘gak enak’ dan ‘kasihan dengan PKK’ akan muncul dan akhirnya AKK-mu dapat mengerti bahwa pemuridan itu hal yang penting. Yang pasti, kita harus disiplin dalam mendoakan perubahan hidup mereka kepada Tuhan, karena hanya Dia yang sanggup mengubahkan hati yang keras menjadi lembut.

Kebangkitan Kristus memanggil kita, murid-Nya, untuk kembali bekerja bagi-Nya. Hai siswa, mahasiswa, dan alumni, mari terus memikirkan Kristus yang bangkit dan panggilan-Nya untuk kita kerjakan dalam ladang dan konteks kita masing-masing. Yuk serius melakukan pemuridan dan membagikan Kristus di sekolah, kampus, gereja, maupun tempat kerjamu!

Sumber :
Barna Group. (2016). The Priorities, Challenges, and Trends in Youth Ministry. https://barna.com
Barna Group. (2024). Are Christians Too Busy for Discipleship Community?. https://barna.com
Bilangan Research Center. (2021). Spiritualitas Umat Kristen Indonesia 2021. Bilangan Research Center. https://www.bilanganresearch.com
John Stott. (2008). Basic Christianity. London: Intervarsity Press.

BAGIKAN: