Berbagi Kabar Baik

“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Perkataan Tuhan Yesus yang berabad-abad terus terngiang di telinga dan hati pengikut-pengikut-Nya di berbagai belahan bumi, inilah yang mendorong mereka untuk tidak pernah berhenti memberitakan lnjil.Menyaksikan orang-orang yang berespon kepada panggilan Juruselamat baik dalam KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani), kamp-kamp penginjilan, kebaktian penerimaan mahasiswa baru, maupun dalam pemberitaan lnjil pribadi, sungguh suatu pengalaman yang menggetarkan. Betul, kadang-kadang ada pertanyaan dalam hati yang agak skeptis, apakah mereka ini benar-benar bertobat, berubah hidupnya menjadi orang Kristen yang berbuah, atau hanya respon emosional sesaat. Namun saya menetapkan hati untuk tidak terjebak kepada keruwetan berpikir sedemikian yang akhirnya membuat saya enggan untuk ikut dalam barisan pewartaan kabar baik.

Puluhan tahun sejak saya mengenal Kristus dan terlibat dalam pelayanan, saya menyaksikan orang-orang, khususnya siswa dan mahasiswa yang berespon terhadap panggilan pertobatan dan kemudian dibina dengan baik menjadi pemimpin dalam pelayanan kampus maupun gereja. Di antara mereka memang ada yang tidak bertahan setia ketika mereka sudah menjadi alumni, namun ada juga yang terus setia berbuah dan menjadi berkat bagi masyarakat dan pelayanan. Hal ini menyadarkan dan meneguhkan saya, bahwa kita hanya perlu menghidupi kabar baik itu dan setia ikut dalam pewartaannya, selanjutnya adalah bagian Tuhan yang menumbuhkan iman tiap pribadi umat-Nya. Keterlibatan kita bisa dalam keikutsertaan penyelenggaraan kebaktian-kebaktian penginjilan, namun yang juga sangat penting adalah melakukan pewartaan lnjil dalam kehidupan sehari-hari. Ketika saya memiliki kerinduan memberitakan lnjil kepada orang lain, saya lakukan; dan selanjutnya Allah yang mengerjakan respon di dalam orang tersebut.

Menyimak perjumpaan dan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria dalam Yohanes 4 : 3-42, menjadi sesuatu yang menarik untuk kita teladani.

Yesuspun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. la harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah la ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu la duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul duabelas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya : “Berilah Aku minum”.

Kerinduan Memberitakan lnjil

“la harus melintasi daerah Samaria”. Penggunaan kata harus menjadi menarik karena umumnya orang Yahudi pada masa itu mengambil jalan memutar bila berpergian dari Yudea ke Galilea maupun sebaliknya, dalam rangka menghindari perjumpaan dengan orang Samaria yang dianggap bangsa campuran kafir (tidak memelihara kemurnian Yahudi maupun Taurat). Namun Yesus sengaja melakukannya. Sebagai perbandingan, beberapa kali Yesus menggunakan kata harus ini, antara lain dalam percakapan dengan Zakheus dalam Lukas 19:5,“Zakheus, segeralah turun sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” 

Siapa yang mengharuskan? Atau lebih tepat apa yang mengharuskan? Bila kita kembali kepada ayat permulaan di atas, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10), maka jelaslah yang mengharuskan Yesus adalah misi keselamatan yang diemban-Nya dalam diri-Nya.

Seperti halnya dengan Zakheus, Yesus memang berniat untuk berjumpa dan memberitakan lnjil kepada orang Samaria. ltu sebabnya di tengah kesibukan Yesus berkhotbah dan mengajar murid-murid serta orang banyak di daerah Galilea dan bergerak ke Yudea, Ia harus pergi ke Samaria dan berjumpa dengan perempuan tersebut.

Berkaca kepada apa yang dilakukan Yesus dengan mencoba mengamati kehidupan kita masa kini, kerinduan memberitakan keselamatan mungkin sudah menjadi sesuatu yang langka. Di tengah kegiatan dan jadwal rutin tiap hari, pikiran dan hati sepertinya sudah sangat sulit untuk dibagi guna memikirkan orang lain apalagi soal keselamatan kekal. Entahkah kesibukan yang membuat demikian, atau hati yang mulai hambar karena toh dalam keseharian nampaknya tidak ada yang berbeda antara saya dengan orang-orang di sekitar saya.

Mendapati bahwa ada teman-teman alumni yang masih menyala- nyala membagikan imannya membuat hati terharu dan sangat bersukacita. Beberapa waktu yang lalu saya berjumpa dengan seorang teman yang dahulu bersama-sama melayani di lingkungan pelayanan mahasiswa. Oleh karena kehidupan yang cukup sulit, ia membuka warung sederhana untuk menyokong perekonomian mereka. Kesibukan melayani pengunjung membuatnya sulit meninggalkan tempat untuk beraktifitas lain. Akan tetapi kerinduan tetap melayani mendorongnya selalu berdoa agar Tuhan membawa orang-orang untuk datang agar dia dapat membagikan lnjil. Dan hal itu terjadi, dari percakapan ramah- tamah yang biasa, kerap kali tamu-tamu rumah makan yang datang bercerita tentang masalah mereka dan meminta nasehatnya. Biasanya ia mengajak tamu tersebut berdoa di ruang kecil khusus yang dijadikan ruang doa. Dua minggu yang lalu, teman ini bercerita dengan sukacita pada saya, ada seorang ibu yang hampir putus asa di ambang perceraian, akhirnya tidak jadi bercerai bahkan pulih rumah tangganya setelah dibimbing dan didoakan.

Cara Memberitakan lnjil

Perkabaran lnjil sesungguhnya tidak harus dibuat dalam suasana formal. Bila kita perhatikan Tuhan Yesus memulai percakapan dari hal kebutuhan sehari-hari yang riil. Percakapan mengalir sedemikian sampai pada pemberitaan siapa Yesus. Demikian juga dengan kita. Bila niat sudah ada, doakan sungguh-sungguh niat itu, lakukan interaksi secara wajar, dan mintalah agar Roh Kudus menolong percakapan mengalir terarah kepada inti dari pemberitaan lnjil. Sebagai alumni, kita hidup dalam masyarakat dengan kekhususan dunianya masing- masing. Ada dunia pekerjaan maupun kehidupan bertetangga yang heterogen di mana kita berjumpa dengan macam-macam pribadi dari berbagai latar belakang agama, budaya dan suku; ada juga juga lingkungan keluarga, sanak-saudara yang lebih homogen. Langkah yang penting adalah membuka diri untuk berinteraksi dengan orang- orang sekitar kita dengan membiarkan orang lain mengenali kita sebagai murid Kristus yang menghasilkan ‘buah-buah yang manis’ dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya seperti disebut di atas, melalui percakapan demi percakapan yang berkembang dan bersifat membangun, kiranya dapat bermuara kepada pemberitaaan kabar baik. Memang bisa saja kita menjumpai penolakan; namun jangan surut atau tawar hati, karena mungkin saja kita berjumpa dengan ‘perempuan-perempuan Samaria’ yang mencari air kehidupan.

Dampak Pemberitaan lnjil

Tuhan berikanlah aku air itu. Tuhan nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Aku tahu bahwa Mesias akan datang yang disebut Kristus;.. Mari lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu? Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu.”

Percakapan dengan Yesus membawa perempuan itu kepada kesadaran bahwa dia memerlukan air hidup yaitu Juruselamat yang selama ini memang dinantikannya. Setelah itu, pengalamannya berjumpa Kristus mendorongnya pergi memberitakan kepada teman-teman dan tetangganya apa yang dialaminya yang pada gilirannya membawa mereka semua percaya kepada Yesus.

Tak dapat disangkali, lnjil mengubahkan hidup manusia yang menerimanya. Alkitab maupun sejarah gereja menceritakan orang- orang yang betobat dan diubahkan hidupnya setelah menerima lnjil keselamatan. John Stott mengenang pertobatannya “bila bukan karena Kristus, saya hanya akan menjadi tumpukan sampah dalam kehidupan yang sia-sia”. Keputusannya menerima Kristus dan melayaniNya telah membuatnya mengalami hidup yang dipakai untuk memimpin kumpulan orang yang tak terhitung di seluruh dunia mengalami hidup baru dalam Tuhan. Bahkan kini, bertemu dengan orang-orang dalam pelayanan, saya kerap menyaksikan, baik tua-muda, kaum terpelajar maupun preman putus sekolah, pemakai atau pengedar narkoba, yang diubahkan hidupnya, dari kehidupan masa lalu yang putus asa, apatis, egois, bahkan meresahkan orang lain menjadi suatu kehidupan yang bergairah, penuh pengharapan dan berkarya bagi masyarakat. Bila demikian bukankah memang seharusnya kita ikut dalam barisan umat Allah yang mewartakan kabar baik? Orang-orang yang memerlukan air hidup ada di sekeliling kita!

Saya jadi ingat ada satu lagu berupa doa yang sangat memotivasi untuk menginjili yang dulu sering dinyanyikan di persekutuan mahasiswa:

Pimpinlah niat hamba, membawa jiwa padamu
Banyak yang dalam dosa sesat terbelenggu
Pimpinlah hidup hamba wartakan lnjilmu
Mempersembahkan jiwa walau hanya satu

BAGIKAN: