Mencintai = Melepaskan

Dunia ini digerakan oleh “Cinta.” Seorang ayah bekerja karena cinta terhadap istri dan anak. Seorang istri menyediakan makan bagi anaknya karena cinta. Atau mungkin berlaku sebaliknya, seorang ayah tidak menafkahi istri dan anak karena mencintai hal lain di luar istri dan anak. Seorang istri tidak menyediakan makan bagi anaknya, karena tidak mencintai, yang artinya ia mencintai sesuatu di luar anaknya. Cinta adalah ide. Cinta itu abstrak. Di dalam keabstrakannya, cinta memiliki ragam tafsir. Tafsiran tersebut berbeda beda sebab ditentukan oleh konteks. Ini artinya, manusia tidak punya standar mutlak tentang “Cinta.” Sebuah ketidakadilan jika kita menjustifikasi konsep “cinta” menurut suku batak terhadap seorang berdarah sunda. Maka perlu ada konsep yang orisinil dibuat untuk seluruh manusia, terlepas dari konteks. Maka, dari mana kita dapat memperoleh konsep orisinil tersebut?

Sebagai seorang yang beriman kepada Allah Tri Tunggal, kita seharusnya tidak pusing tujuh keliling untuk menemukan konsep cinta yang orisinil dan konkret. Satu hal yang diingatkan oleh Dennis McCallum dan Jessica Lowery dalam buku “Organic Discipleship” kepada saya adalah orisinalitas dan praktisnya cinta Yesus. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13) Ayat ini bukan sekadar ide, karena hal ini benar – benar dipraktekan oleh Yesus, Yesus membuat standar baru tentang “Cinta.” Kasih menurut Yesus dapat diartikan juga melepaskan segala milik kita, termasuk nyawa kita. Melalui Firman tersebut dan pembacaan buku “Organic Discipleship”, Allah menyendengkan telinga saya pada suara-Nya.

Saya adalah seorang yang tidak peduli pada apa yang terjadi pada teman saya. Saya lebih memilih bermain video game FIFA 18 atau Football Manager dibandingkan meluangkan waktu untuk mengenal teman saya. Sebatas tahu nama, tanggal hari lahir, dan keluarga sudah cukup bagi saya. Namun di Pelayanan Siswa, saya dituntut untuk peduli pada siswa yang bahkan saya tidak kenali, apakah Allah sedang bergurau dengan saya? Bahkan untuk teman yang saya kenal pun saya tidak peduli akan kehidupannya. Sayangnya, Allah tidak sedang bergurau dengan saya. Ia serius dan Ia menegur lewat buku “Organic Discipleship.” Kasih berarti melepaskan yang kita miliki dan Allah menuntut saya untuk melepaskan sikap apatis saya. Saya tidak diminta nyawa, hanya melepaskan sebuah sikap apatis, yang mungkin akan mengurangi waktu bermain FIFA 18 dan Football Manager. Saya tidak punya jawaban selain tunduk, karena Yesus tidak sekadar melepaskan waktu bermain FIFA 18 dan Football Manager, tetapi nyawa-Nya.

Mengambil inisiatif dahulu untuk berkenalan adalah wujud kasih. Kasih adalah pengorbanan, oleh karena itu pilihan saya hanya satu, yaitu digerakan oleh kasih Allah untuk peduli dan kenal siswa-siswa. Lebih dari mengenal siswa-siswa, Allah memperjelas kembali bagaimana mengasihi siswa-siswa. Saya menikmati kalimat dari Dennis dan kalimat ini menjadi kesimpulan tulisan saya, bahwa “Kasih mencakup penyerahan hidup anda untuk mengasihi teman-teman anda”. Dan saya yakin, siswa termasuk dalam frase “teman-teman anda.” Mari berinisiatif mengenal mereka, tinggalkan egomu, pergi dan tunjukan kasih itu.

(Tulisan Wajib Peserta KNPS 2018, dimuat di Buku Acara KNPS)

BAGIKAN: