Integrasi Iman dan Hukum

Memasuki tahun akhir di kampus dengan mendalami ilmu hukum membuatku bisa melihat betapa kompleksnya Allah bekerja di dalam kehidupan manusia. Ketika ilmu hukum hanya dijadikan sebuah teori yang akan ditanyakan dalam ujian, rasanya aku tidak puas berhenti sampai disitu. Sekalipun ada beberapa mata kuliah yang “bisa lulus saja sudah bagus”, tetap saja aku ingin terus mencoba untuk memahami hukum dengan perspektif lnjil.

Saat semester 3 aku sangat ingat pernah kehilangan visi dan gairah untuk belajar. HPDT dan relasi dengan sesama yang sempat hancur cukup berdampak ke akademis. Dan oleh karena kasih karunia aku belajar untuk dimurnikan melalui proses yang teramat sakit untuk bisa mematikan ruang keakuan. Puji Tuhan semenjak semester 4 sampai semester 7 ini Indeks Prestasi (IP) yang kudapatkan selalu meningkat. Uniknya, aku bisa melihat bahwa kuliah tidak hanya sekadar berbicara mengenai IP, sekalipun IP pun adalah hal yang tidak bisa disepelekan, tetapi aku boleh belajar bagaimana hukum dapat dipakai Allah sebagai penggenapan kerajaan Allah bagi Indonesia. Harus aku akui, entah bagaimana, sukacita ketika bisa belajar hukum dalam perspektif lnjil dapat melebihi sukacitaku mendapatkan IP yang semakin baik. Only by His grace.

Sebagai mahasiswa Kristen, sudah jelas kita memiliki mandat lnjil dan mandat budaya yang sama-sama kita kerjakan. Kita yang ditebus dari kegelapan menuju terang oleh Kristus kemudian dipanggil untuk menjadi seorang murid Kristus. Mengutip Dallas Willard, “Murid adalah orang yang berniat menjadi seperti Kristus dan dengan demikian tinggal dalam iman dan prak­teknya, secara sistematis dan progresif mengarahkan kembali aspek-aspek hidupnya pada tujuan itu.

Aku menikmati tulisan Samuel Tumanggor dalam buku “Di Bumi Seperti Di Surga”. la menceritakan Amir Syarifuddin Hara­hap, seorang perdana menteri RI tahun 1947-1948, akhirnya menjadi Kristen dan dihadiahi Alkitab oleh temannya. Alkitab tersebut bahkan tetap dibaca di kapal USS Renville dimana per­ janjian Renville ditandatangani pada 17 Januari 1948. Saat beliau­ ditahan pada masa pendudukan Jepang, beliau mulai membaca Perjanjian Lama dan bersaksi: “Di penjara untuk pertama kali saya membaca dan menyelidiki Kitab para nabi: Amos, Yeremia dan Yesaya. Dulu saya hanya membaca Kitab Perjanjian Baru. Sekarang saya mengerti berita Alkitab bagi perjuangan sosial, ekonomi, dan politik.

Kristus mengubah Indonesia melalui Amir Syarifuddin Hara­hap. Begitupun kita, hai mahasiswa Kristen! Kristus tidak hanya sekedar menebus kita dari dosa menuju kehidupan kekal, tetapi juga menebus kita untuk berkontribusi nyata melalui bidang studi yang kita geluti sekarang. lbu pertiwi sudah terlalu­ lama menangis dalam penantian akan adanya perubahan.

Kehancuran hati yang pertama kali aku rasakan ketika aku melihat kondisi pemerintahan Indonesia yang begitu hancur sejak siswa. Praktik korupsi, birokrasi buruk, pejabat yang se­wenang-wenang menjadi cerminan pemerintahan Indonesia yang aku doakan. Ketika Allah membukakan jalan untukku bisa mempelajari ilmu hukum, aku ingin berkontribusi supaya pemer­intahan di Indonesia semakin baik. Bagaimana caranya? Aku pun masih belum yakin harus melangkah kemana. Panggilan hidupku untuk bangsa masih aku gumulkan sampai sekarang.

Aku rindu setiap murid Kristus yang dianugerahkan kesempa­tan belajar ilmu hukum boleh benar-benar menggumulkan apa yang Allah kehendaki bagi Indonesia melalui mahasiswa hukum. Di antara pilihan pekerjaan seperti hakim, jaksa, lawyer, drafter , legal consultant , notaris, dosen, aktivis HAM, dan lainnya, siapa­ kah yang akan membangun tembok Indonesia yang runtuh melalui profesi profesi tersebut? “I looked for someone among them who would buildup the wall and stand beforeme in the gap on behalf of the land so I would not have to destroy it, but I found no one” (Ezekiel 22: 30, ESV). Siapa murid Kristus yang akan pasang badan demi melihat pembaharuan hukum di Indonesia melalui terang lnjil-Nya?

Doakan agar kiranya murid Kristus yang sedang belajar ilmu hukum, secara khusus yang menikmati persekutuan mahasiswa Kristen di Jakarta, benar-benar memperjuangkan dan mendalami ilmu hukum secara sungguh-sungguh, semakin cinta Allah dan membenci segala macam dosa, dan Allah memelihara setiap yang dipanggil-Nya dengan janji penyertaan sampai akhir zaman.

lzinkan Roh Kudus berbicara kepada kita dengan menghayati hidup bagi Kristus dan mati adalah keuntungan(Flp. 1:21). David­ Platt menulis demikian: “Kita tidak perlu takut pergi ke mana pun di dunia ini, karena yang paling buruk yang dapat terjadi adalah kita bisa terbunuh. Dan ini seharusnya menjadi penghiburan bagi kita! Satu-satunya cara ayat ini dapat menjadi penghiburan bagi kita adalah jika kita sudah mati bersama Kristus. Satu satunya cara ayat ini dapat menjadi dorongan semangat bagi kita adalah jika kita begitu ter­fokus pada Allah yang kekal sampai-sampai manusia tidak akan­ mampu membuat kita merasa takut. Jelaslah, satu-satunya cara di mana kematian menjadi upah adalah jika kematian benar-be­nar menjadi keuntungan.”

(Dimuat di Buletin Nehemia PMKJ edisi Januari 2018)

BAGIKAN: