Kelahiran-Nya Membawa Damai

Nubuat Sang Nabi

Lahirnya Yesus Kristus dalam dunia ini adalah hal yang telah dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Salah satu nabi yang menubuatkan kelahiran Yesus adalah Mikha. Dalam Mikha 5, dituliskan bahwa Allah akan membangkitkan seorang dari Betlehem Efrata yang akan memerintah Israel, ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan Tuhan, dalam kemegahan nama Tuhan Allahnya (Mi. 5:3). Tidak hanya itu, orang ini dinubuatkan akan menjadi damai sejahtera (Mi. 5:4). Kata damai sejahtera yang digunakan adalah shalom. Kata ini memiliki arti yang lebih luas dari sekedar kata damai. Shalom dalam bahasa Ibrani berarti utuh, sempurna, kebaikan, kesejahteraan, ketenangan. Shalom sendiri dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan berkat Tuhan (Bil. 6:26).

Seruan Mikha yang dituliskan dalam kitab Mikha ditujukan kepada Samaria dan Yerusalem. Salah satu masalah besar yang terdapat di Yerusalem secara khusus pada waktu itu adalah para pemimpin Israel yang menindas umat dan hadirnya nabi palsu yang menyesatkan umat. Dalam Mikha 3:1-2, dituliskan bagaimana para pemimpin kaum Israel membenci kebaikan dan mencintai kejahatan, mereka menindas umat Israel dan perbuatan-perbuatan mereka adalah jahat (3:4).

Hilangnya Shalom

Mereka tidak berlaku adil dan membengkokkan segala yang lurus serta memutuskan hukum karena suap (3:9-11). Kondisi pemimpin bangsa yang demikian tentu mengakibatkan ketidakadilan merajalela dan kejahatan bertumbuh subur. Hal ini tentu berdampak besar bagi umat pada saat itu. Salah satu dampaknya tentu adalah hilangnya shalom di tengah-tengah bangsa Israel. Tidak lagi dirasakan berkat Tuhan berupa ketenangan, kesejahteraan dan kebaikan dalam kehidupan bangsa Israel.

Kondisi Israel diperparah dengan hadirnya nabi palsu yang menawarkan kedamaian yang semu. Dalam Mikha 3:5 dituliskan bagaimana para nabi ini menyesatkan umat dan menyerukan damai jikalau mereka mendapatkan sesuatu, tapi menyerukan perang jikalau mereka tidak mendapatkan sesuatu. Umat Israel bukan hanya tidak mendapatkan kedamaian dari pemimpin bangsa mereka, tapi juga dari para pemimpin agama mereka. Dalam kondisi Israel yang demikianlah nubuat tentang kelahiran seorang pemimpin yang akan menjadi damai sejahtera dinyatakan.

Sebuah Pengharapan

Nubuat ini memberikan sebuah pengharapan. Pengharapan bahwa Allah tidak tinggal diam. Pengharapan akan janji Tuhan memulihkan kondisi umat melalui seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang akan menjadi damai sejahtera karena mengalahkan musuh Israel, dan menyelamatkan serta membebaskan Israel dari penindasan.

Nubuat dalam kitab Mikha ini adalah janji Allah bukan hanya bagi Israel pada masa itu tapi juga bagi umat manusia yang digenapi dalam kelahiran Yesus Kristus. Kepada umat Israel pada masa Mikha Allah membangkitkan seorang pemimpin yang memberikan kepada Israel damai sejahtera, yakni kalahnya musuh Israel dan selamatnya Israel dari penindasan. Kepada umatNya di masa kini, Allah melalui Yesus Kristus memberikan sebuah damai sejahtera yang bersifat kekal, yakni damai dengan Allah.

Manusia berdosa sesungguhnya adalah musuh Allah. Dosa membuat manusia memusuhi Allah dan putus hubungan dengan Allah. Manusia berdosa seharusnya dihukum oleh Allah. Akan tetapi, melalui kematianNya, Yesus Kristus mendamaikan kita dengan Allah (Rm. 5:10). Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman dalam darahNya (Rm. 3:25). Melalui pengorbanan Yesus, Allah mendamaikan diriNya dengan manusia berdosa. Melalui kelahiranNya dalam dunia ini, manusia mendapatkan kesempatan untuk mengalami damai dengan Allah. Tidak ada lagi ketakutan akan penghakiman dan penghukuman.

Kelahiran Yesus tidak hanya mendamaikan manusia dengan Allah, tapi juga memberikan kedamaian bagi manusia terlepas dari apapun kondisi manusia. Damai yang tidak diperoleh dari luar, tetapi damai yang berasal dari dalam hati yang percaya kepada Yesus. Damai sejahtera yang Dia berikan tidaklah seperti yang diberikan oleh dunia (Yoh. 14:27).

Kedamaian Sejati

Menurut dunia, ide tentang damai seringkali dikaitkan dengan kalahnya kejahatan, berhentinya perang, tidak adanya konflik, perselisihan bahkan ketiadaan masalah yang dianggap dapat memberikan rasa tenang dan tenteram dalam hati. Tentu, kalahnya musuh, hilangnya kejahatan, terciptanya keamanan, ketenangan dan kesejahteraan adalah sebuah konsep kedamaian yang sangat diharapkan.

Namun, pada kenyataannya, dalam hidup manusia, ada kalanya kondisi yang damai – tidak adanya perang, konflik ataupun masalah – tidak dapat memberikan rasa tenang dan tenteram (damai) yang sejati di dalam hati. Meski tidak ada masalah, namun ketakutan dan kekhawatiran akan kehidupan seringkali dapat menghilangkan kedamaian dalam hati. Meski tidak ada konflik ataupun perselisihan dengan sesama, namun kelemahan karakter dan keakuan manusia seringkali melahirkan kebencian dan iri hati yang menghilangkan rasa damai dalam hati seseorang.

Damai yang diberikan oleh Yesus, bukan hanya damai yang lahir karena masalah, penderitaan dan kejahatan hilang dari muka bumi, tapi juga damai yang tetap lahir meski situasi sulit. Hal ini terlihat dalam kondisi dunia saat Yesus lahir. Masa saat Yesus lahir dalam dunia ini adalah masa dimana umat Allah juga tidak mengalami kedamaian. Roma menindas umat dengan pajak yang sangat tinggi, bahkan para pemimpin agama yang seharusnya memberikan penghiburan dan penguatan bagi umat justru membebankan umat dengan hukum-hukum buatan mereka.

Kelahiran Yesus tidak serta merta menghilangkan penderitaan umat. Umat masih mengalami penindasan dari berbagai pihak. Namun demikian, kelahiran Yesus yang adalah Imanuel, memberikan sebuah kepastian akan kehadiran Allah di tengah-tengah penderitaan yang dialami oleh umat. Kepastian akan kehadiran Allah yang menghibur, memelihara serta menguatkan umat yang tertindas. Kepastian bahwa Allah tidak tinggal diam tapi bertindak untuk memulihkan kondisi umatNya.

Yesus menawarkan damai sejahtera yang kekal, yang berbeda dari apa yang ditawarkan oleh dunia. Damai yang Yesus tawarkan memberikan sebuah kepastian, jaminan bahwa meskipun masalah datang silih berganti, keadilan dan kejahatan merajalela, musuh tetap ada, perang tetap bergolak, namun ada Dia yang senantiasa hadir beserta kita. Allah hadir dalam masa terburuk manusia, keyakinan akan kehadiranNya yang tidak tinggal diam, kehadiranNya yang bekerja mendatangkan kebaikan memberikan damai dalam hati kita.

Demikianlah dalam kondisi bangsa Indonesia saat ini yang dilanda dengan banyak pergumulan – bencana alam, maraknya hoax, adanya orang yang main hakim sendiri, hukum yang memihak, dan lain-lain – kiranya keyakinan bahwa Allah hadir beserta kita memberikan kepada kita damai sejahtera. Kiranya damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita serta mendorong kita untuk menghadirkan damai Allah tersebut di tengah-tengah bangsa ini.

BAGIKAN: