Dengan Kuasa Roh Kudus dan Keyakinan Yang Kokoh

Allah masih terus memakai Perkantas memuridkan kaum intelektual, siswa dan mahasiswa agar menjadi murid Kristus sehingga menjadi alumni yang menjadi berkat bagi keluarga, gereja, masyarakat bangsa dan negara bahkan dunia. Kita juga terus menyaksikan hal-hal itu melalui siswa dan mahasiswa yang mengalami transformasi hidup dan alumni yang bersaksi di dalam bidang-bidang profesi di mana Tuhan telah memanggil mereka. Harapan dan doa kita, Perkantas terus dipakai Tuhan untuk menghasilkan murid Kristus bagi kemuliaan Allah. Namun, apakah kita pernah bertanya, “Apa yang membuat adanya murid Kristus terus bisa dihasilkan dan bertumbuh kepada Kristus melalui pelayanan ini?” Kiranya melalui kisah jemaat Tesalonika yang dilayani Paulus menolong kita merefleksikan pertanyaan tersebut.

Mari membaca kisahnya dalam perikop 1 Tesalonika 1:1-10. Kota Tesalonika adalah salah satu kota tujuan Paulus dalam perjalanan penginjilannya yang kedua. Kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Jika kita membaca kisah perjalanan kedua Paulus dalam Kisah Para Rasul 16, saat Paulus akan masuk melakukan penginjilan ke propinsi Makedonia, kita menemukan bahwa itu adalah sebuah perjalanan yang tidak direncanakan tetapi diintervensi secara Ilahi. Paulus datang ke Makedonia untuk memberitakan Injil di sana melalui sebuah penglihatan yang dinyatakan Tuhan kepadanya (Kis. 16:9).

Tidak hanya itu, saat Paulus sudah melayani di kota Tesalonika (Kis. 17:1-9) pelayanannya diberhentikan oleh sebagian orang-orang Yahudi yang tidak menerima pemberitaannya. Paulus dipaksa harus meninggalkan Tesalonika karena ada yang menentang pemberitaannya. Jadi jemaat Tesalonika adalah orang-orang yang sebagian menerima dan percaya pemberitaan Paulus sebelum dia dipaksa untuk meninggalkan kota tersebut (Kis. 17:3-4). Wajar saja Paulus dalam awal suratnya ketika menulis kepada jemaat ini, “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami. Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.”

Paulus mendengar tentang mereka yang telah bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih. Tidak mengherankan Paulus begitu mengucap syukur karena Makedonia dapat mengalami pertumbuhan walaupun mereka merupakan jemaat yang awalnya tidak direncanakan untuk dilayani. Apalagi saat melayani di Tesalonika, Paulus mengalami penolakan dan akhirnya meninggalkan kota tersebut. Siapa yang menyangka jika jemaat yang hanya sebagian percaya pada pemberitaan Paulus (Kis. 17:4) telah menjadi jemaat yang bertumbuh setelah Paulus meninggalkan kota itu hanya dalam beberapa bulan saja?

Seperti apa keadaan jemaat Tesalonika setelah ditinggal oleh Paulus? Paulus pun dengan blak-blakan menyatakan apa yang dia dengar tentang jemaat ini dalam 1Tes. 1:6-10. Jemaat di Tesalonika telah demikian bertumbuh, mereka menjadi penurut Firman sekalipun dalam penindasan (ay. 6), menjadi teladan untuk semua orang di wilayah Makedonia dan Akhaya (ay. 7), bahkan mereka tersiar di luar dari kedua wilayah tersebut (ay. 8), tidak hanya itu, Paulus juga mengungkapkan perubahan hidup mereka yang signifikan. Mereka yang yang tadinya menyembah dan melayani berhala-berhala, sekarang hidup menyembah dan melayani Allah (ay.9) Apa yang membuat jemaat ini demikian bertumbuh? Padahal mereka mungkin tidak diharapkan oleh Paulus akan bertumbuh karena dia tidak lagi melayani di sana oleh karena penolakan dan sebagian orang percaya sedang mengalami penindasan saat Paulus meninggalkan mereka. Seandainya kita dapat mendatangi Paulus dan bertanya kepadanya, “Apa yang membuat jemaat Tesalonika begitu mengalami pertumbuhan Paulus?” Apa kira-kira jawaban Paulus?

Kita tidak perlu susah-susah bertanya lagi kepada Paulus karena jawaban ini terungkap dalam 1Tes. 1:4-5a (NIV) yang berbunyi demikian, “For we know, brothers and sisters loved by God, that he has chosen you, because our gospel came to you not simply with words but also with power, with the Holy Spirit and deep conviction.”

Apa alasan jemaat ini setelah beberapa bulan ditinggalkan tanpa harapan akan mengalami pertumbuhan? Pertama, Allah yang telah memilih mereka menjadi umat-Nya. Ketika Paulus melihat dari sisi sebagai pembawa berita Injil dalam ayat 5a, Paulus menegaskan bahwa “our gospel came to you not simply with words.” Apa maksudnya ini? Paulus bermaksud mengatakan bahwa isi pemberitaan Paulus ketika datang ke Tesalonika adalah berita Injil yang walaupun tidak disampaikan dengan kata-kata yang indah tetapi isi beritanya adalah Firman Tuhan. Kemudian juga dalam pasal 1:8 dikatakan akan bergema ke daerah-daerah lain. Juga dalam 1Tes. 2:13, Paulus kembali menegaskan bahwa Firman itulah yang jemaat Tesalonika terima.

Tidak hanya itu, Paulus menjawab dengan tiga hal yang melekat kepada mereka sebagai pemberita Injil. Ketika ia menyampaikan Injil kepada jemaat Tesalonika, pemberitaannya disertai dengan, “power, with the Holy Spirit and deep conviction” (kuasa, dengan Roh Kudus dan dengan keyakinan yang dalam atau kokoh).

Paulus memberitakan Injil dengan kuasa (with power). Ketika Paulus mengatakan hal ini, kita juga ingat saat-saat Tuhan Yesus melakukan pemberitaan Firman dan melakukan mukjizat dalam kisah-kisah Injil. Dengan heran, banyak orang yang menyaksikan dan mempertanyakan dengan kuasa apakah Yesus melakukan semua itu. Kuasa yang sama inilah yang juga menggerakan Paulus melayani ke Tesalonika, kuasa Ilahi. Pemberitaan Paulus juga dipimpin oleh Roh Kudus (with Holy Spirit) sebagaimana dia masuk ke Makedonia. Hal ini semakin ditegaskan ketika membaca narasi Kisah Para Rasul, banyak murid yang dihasilkan dan Injil semakin tersebar karena mereka dipimpin oleh Roh Kudus.

Tidak berhenti disitu, Paulus menegaskan satu hal lagi yang melekat kepada mereka ketika memberitakan Firman kepada jemaat Tesalonika yaitu “with deep conviction”. Paulus memberitakan Injil kepada mereka dengan “deep conviction” (Keyakinan yang dalam atau kokoh). Namun, seberapa pentingkah hal ini? Dalam Roma 1:16 dinyatakan bahwa, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Di sebuah acara pembinaan staf, seorang pembicara pernah menanyakan kepada para staf Perkantas, “Apa salah satu penghambat kita tidak memberitakan Injil?” Kemudian ada yang mengangkat tangan dan menjawab “Perasaan takut.” Jawaban tersebut benar. Salah satu penghambat besar kita adalah masalah conviction.

Conviction adalah keyakinan akan Allah pencipta langit dan bumi dalam Yesus Kristus yang telah turun menyelamatkan orang-orang berdosa, menyelamatkan kaum intelektual yaitu siswa, mahasiswa dan alumni. Conviction membuat kita tidak malu memberitakan Injil, tak peduli apapun kondisi dan tantangan yang sedang kita hadapi. Conviction bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Raja bagi hati setiap orang yang percaya kepada-Nya. Conviction bahwa hanya Injil yang dapat mentransformasi hidup. Conviction mendorong kita berkobar-kobar memberitakan berita kebenaran dan berita sukacita. Baik melalui hidup kita maupun melalui pemberitaan kita. Conviction membuat kita berani melayani apapun tantangannya. Conviction adalah bentuk keberanian yang telah dialami dan diyakini sang pemberitanya. Tanpa conviction, kita akan merasa lesu dalam melayani dan merasa takut sehingga kita tidak mau melayani dan pelayanan mengalami kemunduran.

Tuhan terus memakai Perkantas hingga saat ini menghasilkan murid Kristus dan kita menyaksikan dengan nyata kaum intelektual dapat terus bertumbuh, bersaksi dan menjadi berkat. Mungkin di antara mereka adalah orang-orang yang tidak kita duga atau harapkan sebelumnya. Namun, Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa ada orang-orang yang pernah Tuhan pakai sebelumnya untuk melayani kita dengan kuasa Roh Kudus dan keyakinan yang dalam atau kokoh agar kita dapat mendengar berita Injil dan dimuridkan. Mari tetap mengerjakan bagian kita dengan tetap memberitakan Firman, khususnya sebagai keluarga Perkantas yang dipanggil Allah untuk terus mengerjakan pemuridan kaum intelektual di seluruh Indonesia. Kiranya dengan kuasa Roh Kudus (with power, with Holy Spirit) dan dengan keyakinan yang kokoh (deep conviction), sebagai siswa, mahasiswa, dan alumni di mana Tuhan telah memanggil dan menempatkan kita, juga melalui bentuk-bentuk pemberitaan Injil yang kita lakukan, dunia dapat melihat bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat sejati.

BAGIKAN: