Mengapa Aku Mau Melayani Mahasiswa?

Di akhir tahun 2015 adalah pertama kalinya Allah membawaku “keluar” untuk melihat kasih-Nya bagi mahasiswa. Melalui abang dan kakak pengurus PMKJT saat itu, mereka mengajakku untuk ikut dalam kunjungan kampus dan rapat evaluasi wilayah mereka. Namun, dari dua kegiatan itu, kunjungan kampus adalah yang paling berkesan bagiku, karena itu pertama kalinya aku melihat pelayanan mahasiswa di luar kampusku.

Saat itu aku tidak habis pikir kenapa ada kampus yang terdiri dari berbagai orang dengan latar belakang gereja yang berbeda bisa memilih satu corak ibadah dari denominasi gereja tertentu. Bagiku itu akan menghalangi orang sepertiku, yang tidak nyaman dengan denominasi gereja di luar denominasi gerejaku, untuk mendengarkan Firman.

Singkat cerita, akhirnya salah satu pengurus PMKJT menawarkan kepadaku untuk menjadi pengurus PMKJ. Oh tentu saja aku langsung menolak tawaran tersebut dalam hati, karena aku takut dengan orangtuaku. Tapi, saat itu PKK-ku mengatakan untuk mendoakan terlebih dahulu tawaran tersebut di hadapan Tuhan dan mencari Firman-Nya.

Sebagai petobat baru yang baru belajar saat teduh, mencari kehendak Tuhan melalui Firman-Nya jelas hal yang sulit bagiku. Tapi, entah kenapa di suatu pagi, satu bagian dari Kisah Para Rasul 1:3 sangat mengesankanku “…Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” Ayat itu berkesan bagiku karena Yesus, yang telah mati, tetap setia menjalankan misi Bapa. Ayat itu juga menamparku dan membuatku bertanya, “Lalu bagaimana denganmu, Ayuni? Tidakkah kasih-Nya juga seharusnya mendorongmu untuk pergi keluar, melayani, dan berbicara tentang Kerajaan Allah, seperti yang Yesus lakukan?”

Oleh karena itu, aku terdorong untuk bertanya lebih lanjut bagaimana pelayanan PMKJ, seberapa penting PMKJ bagi kampus, dan lain sebagainya. Dari berbagai pertanyaan yang kuajukan, aku menemukan urgensi pelayanan PMKJ, yaitu memperlengkapi pengurus kampus untuk melayani di kampus mereka dan menjadi satu sebagaimana tubuh Kristus yang seharusnya.

Maka dari itu, aku memberanikan diri untuk mengiyakan tawaran tersebut meski aku mengetahui dengan jelas bahwa akan ada banyak konflik dengan orangtuaku mengenai keputusanku tersebut. Tapi, meski kini jelas begitu banyak konflik yang telah aku lalui dalam pelayanan terkhusus dengan orangtua, aku tahu ini tidak sia-sia karena setidaknya mendoakan dan melayani teman-teman mahasiswa dalam sukacita dan dukacita pelayanan mereka membawa sukacita tersendiri bagiku.

BAGIKAN: