Bangkitkan Asa, Pulihkan Jiwa

Pernahkah Anda mengalami putus asa? Saya pikir semua orang pasti pernah mengalami putus asa. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jelas tercatat bahwa “putus asa” memiliki arti hilang harapan atau tidak mempunyai harapan lagi. Sebagai manusia, hidup kita tidak akan pernah luput dari masalah. Setiap hari Allah dapat mengizinkan berbagai masalah terjadi, entah itu masalah di dalam keluarga kita, relasi dengan pasangan, relasi dengan teman, studi, pekerjaan, kondisi keuangan, kondisi nilai yang buruk, kondisi bangsa, dan banyak lainnya. Namun, hanya masalah yang kita nilai terlalu beratlah yang pada akhirnya dapat membuat kita menjadi putus asa. Apalagi jika masalah itu datang bertubi-tubi atau terjadi terus-menerus.

Kehidupan orang percaya tidaklah luput dari masalah keputusasaan. Dalam Alkitab, kita telah menemukan banyak tokoh yang mengalami putus asa terhadap keadaan yang dialami. Lihat saja Elia, seorang nabi besar yang sangat terkenal dan secara luar biasa dapat mengalahkan nabi-nabi Baal, namun ia putus asa dengan keadaannya ketika sedang di bawah ancaman Izebel, sehingga ia merasa ingin mati saja (1Raj. 19:4); Ayub, seorang yang tercatat hidup saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, namun ketika Allah mengizinkan Iblis menguji hidup Ayub, yang tentu sangat sulit untuk Ayub lalui, Ia pun mengalami keputusasaan (Ayub 3:11, 3:26, 10:1, 30:15-17); Musa dan Yeremia mengalami keputusasaan dalam pelayanannya karena orang-orang yang mereka layani tak kunjung bertobat (Kel. 32:32, Yer. 20:14,18); dan masih banyak tokoh Alkitab lainnya yang juga mengalami putus asa.

Pada bagian ini, mari kita melihat sebuah kisah mengenai keputusasaan yang dialami langsung oleh kedua murid Yesus. Mungkin mereka bukan tokoh Alkitab yang sangat terkenal seperti tokoh yang telah saya sebutkan di atas, namun kisah mereka dalam Lukas 24:13-33 sangat memberi makna yang dalam akan arti kebangkitan Yesus.

KISAH DUA ORANG YANG PUTUS ASA

Dua orang murid sedang dalam perjalanan dari Yerusalem menuju Emaus. Yerusalem dalam bahasa aslinya memiliki arti Kota Damai. Namun berbeda dengan arti Yerusalem, hati para murid sama sekali sedang tidak merasa damai. Keputusasaan sedang menyelimuti hati dan pikiran mereka. Dalam percakapan bersama “orang tak dikenal”, mereka membahas mengenai kekecewaannya akan Yesus, yang sudah mereka harapkan dan nanti-nantikan menjadi pembebas bangsa Israel, nyatanya justru malah mati di salib oleh para imam kepala dan pemimpin yang ada. Masalah mereka pun belum selesai sampai saat itu, karena pagi harinya ketika para perempuan datang ke kubur ternyata mayat Yesus hilang, “Ah, siapa yang mencurinya? Tidak cukupkah kematian-Nya untuk membuat kami sedih?”, hati mereka mungkin berteriak demikian.

SANG ASA TELAH BANGKIT

Namun Tuhan Yesus tidak mengabaikan perasaan yang sedang berkecamuk di dalam hati mereka. Tuhan Yesus berjalan bersama mereka, mendengarkan keluh kesah mereka, juga berdiskusi dan menyampaikan kebenaran yang perlu mereka ingat, meski saat itu murid-murid tidak mengenali-Nya. Kondisi ini membuat percakapan mengalir apa adanya (authentic).

Murid-murid mungkin tidak menyadari kehadiran Tuhan Yesus yang sedang berjalan bersama mereka. Namun, sesungguhnya Tuhan Yesus benar sedang berjalan bersamanya. Kita perlu mengingat bahwa tidak ada satu pun perasaan, kondisi, atau kuasa yang memisahkan kita dari kehadiran Allah. Tuhan Yesus tahu benar, kehadiran-Nya dibutuhkan oleh murid-murid yang sedang merasa putus asa. Tuhan Yesus ingin memberitahu mereka bahwa Sang Asa tidak mati, melainkan telah bangkit!

KEBANGKITAN ASA, MEMULIHKAN JIWA

Ketika mereka menyadari Tuhan Yesuslah yang sedari tadi berjalan bersama mereka, mendengarkan keluh kesah mereka, dan mengingatkan mereka, hal itu tidak membuat keputusasaan mereka berlanjut, sebaliknya putus asa berubah menjadi perasaan sukacita dan penuh semangat! Gelapnya malam dan kejahatan yang bisa terjadi dalam perjalanan dari Emaus menuju Yerusalem tidak membuat mereka takut (band. ay. 29), karena sukacita jauh lebih melingkupi hati dan perasaan mereka. Mereka tidak tahan untuk menceritakan pengalaman yang mereka alami kepada murid-murid Yesus yang lain.

“Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.” – ay. 31-33

BANGKITKAN ASA, PULIHKAN JIWA

Kebangkitan Tuhan Yesus yang dialami oleh murid-murid pada masa itu, sesungguhnya adalah hal yang sama terjadi bagi murid Tuhan Yesus pada masa kini. Saat ini, mungkin saja Anda sedang merasa putus asa. Ketika sesuatu terjadi tidak sesuai yang Anda harapkan, lantas Anda kecewa. Namun jika Anda tidak ingin mengalami putus asa, maka jangan pernah letakkan harapan Anda hanya di dalam kondisi yang ada di depan mata, tetapi letakkan harapan Anda pada Allah yang senantiasa memegang hidup. Mungkin seringkali keputusasaan menyelimuti hati dan pikiran Anda, namun jangan buang-buang waktu Anda, segeralah datang kepada-Nya karena Ia ingin mendengar keluh kesah Anda yang apa adanya, karena kita perlu mengingat: Jikalau nyawa saja sudah Ia beri, apalagi kebutuhan kita dalam hidup sehari-hari seperti kebutuhan akan pengharapan dan penghiburan ketika mengalami putus asa.

There is hope in the cross of Jesus!

BAGIKAN: