Damai dalam Kristus: Mari Alami dan Rayakan!

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,
seorang putera telah diberikan untuk kita;
Lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang :
Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai.”
(Yesaya 9:5)

Di balik langkah semangat perjuangan hidup manusia, di balik deru kendaraan dan mesin-mesin pembangunan, di balik kemegahan dan semakin modern kota-kota dan gedung-gedung tinggi, di balik peningkatan ekonomi manusia, di balik gempitanya pesta dan perayaan-perayaan yang dibuat; sesungguhnya dunia menyimpan banyak cerita duka lara, kesedihan yang mendalam, kemiskinan, yang membuat dunia kehilangan damai dan sukacita.

Ada begitu banyak persoalan yang melanda dunia kita. Krisis ekonomi dan ketimpangan ekonomi menimbulkan banyak kemiskinan dan pemiskinan masyarakat. Krisis moral akibat ditinggalkannya nilai-nilai kebenaran Allah melanda banyak orang dan keluarga-keluarga saat ini. Pertikaian, diskriminasi, dan permusuhan banyak merasuki banyak kelompok manusia di bumi ini. Dan masih banyak persoalan lainnya yang menimbulkan ketidakdamaian, derita, dan puncaknya adalah kematian fisik dan rohani secara kekal. Semua ini adalah akibat dari dosa yang muncul dan merajalela merasuki dunia ini (Kejadian 3; 6:5; Roma 3:9, 23).

Sebagai orang percaya, baik siswa, mahasiswa, dan alumni, kita pun tidak luput dari berbagai persoalan-persoalan hidup yang menyulitkan, kesedihan, kehilangan harapan, dan rasa damai. Namun, apakah kita dapat merasakan indahnya karya pendamaian yang dikerjakan oleh Kristus Yesus Sang Raja Damai? Bagaimana kita dapat membagikan sukacita pendamaian dari Tuhan kita ini?

Umat Allah yang Menderita

Sebagai umat Allah, selama berabad-abad, bangsa Israel pun mengalami kesusahan besar yang semakin membuat mereka terpuruk akibat keberdosaan dan pemberontakan mereka kepada TUHAN Allah. Nabi Yesaya telah menubuatkan, di mana Kerajaan Israel Utara akan mengalami kondisi yang sangat sulit, terimpit akibat ancaman pendudukan bangsa Asyur terkenal kuat dan ganas dalam memerangi bangsa lain, yang sudah di depan mata. Beberapa tahun kemudian mereka ditaklukkan, dijajah, dan dibuang oleh Raja Asyur, Tiglat-Pilaser III (734-735 SM) (2 Raja-raja 15:29). Sebagai bangsa yang semakin dilemahkan, Israel Utara semakin merasa tidak ada pengharapan lagi ke depannya. Situasi ini juga dialami oleh Kerajaan Yehuda ketika ditaklukkan oleh bangsa Babel 150 tahun kemudian, sebagai akibat keberdosaan mereka.

Bangsa Israel benar-benar sedang berjalan dalam kegelapan dan negerinya mengalami kekelaman, sebagaimana diceritakan oleh Nabi Yesaya (Yesaya 9:1). Dalam keadaan inilah, TUHAN Allah Israel memberikan janji kelepasan dari krisis ini kepada umat-Nya. Janji Mesianik yang bukan hanya berdampak bagi kelepasan umat Tuhan dari ancaman yang mereka hadapi saat itu, melainkan juga sebagai janji kelepasan bagi dunia yang gelap menuju terang yang kekal dan mulia di dalam TUHAN.

Melalui nabi Yesaya, TUHAN menyatakan bahwa bangsa yang terpuruk dalam kegelapan dan kekelaman ini akan melihat dan disinari oleh Terang yang besar, sehingga akan menjadi bangsa yang besar (multiple/enlarged nation) yang akan menimbulkan banyak sorak-sorak dan sukacita yang besar di hadapan TUHAN. Kegembiraan yang ditimbulkan adalah seperti sukacita waktu panen raya, dan seperti sorak-sorak ketika tentara yang menang membagi-bagikan jarahannya (ayat 2). Sukacita yang amat besar melanda umat Allah dan bumi ketika Penyelamat itu datang menerangi mereka.

Hal pertama yang umat TUHAN alami adalah bahwa akan ada kekalahan bagi Si Penindas, yaitu bangsa Asyur, yang akan dikalahkan seperti dulu Midian dikalahkan pada masa kepemimpinan Gideon (Yes. 9:3; Hak. 6-8). Kita tahu bahwa kekuasaan Asyur memang tidak terlalu lama, bangsa ini segera ditaklukan oleh bangsa Babelonia pada tahun 612 SM. Di sinilah keadilan TUHAN ditegakkan, bahwa Asyur tetap akan mendapatkan pembalasan yang setimpal akibat perbuatan kejam mereka.

Kedua, Terang besar yang menyinari itu akan menghasilkan keadaan damai tanpa perang, sebagaimana dikatakan: “Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.” (ayat 4) Artinya akan ada masa di mana tidak akan ada lagi perang di bumi. Kapan hal itu terjadi? Penggenapannya akan terjadi pada Langit dan Bumi yang Baru dalam kekekalan nanti, di mana tidak ada lagi pihak yang saling menyerang, menyakiti, dan semuanya dapat hidup rukun berdampingan dalam keindahan bersama Tuhan (Yesaya 11:6-10).

Terang Besar (Juruselamat) Pembawa Damai Itu Datang

Terang Besar yang sesungguhnya itu datang dalam wujud kelahiran seorang Anak, yang diberikan kepada umat-Nya sepanjang masa, untuk meneruskan takhta kerajaan Daud. Namun, saat itu takhta Daud telah surut dan berakhir runtuh dengan ditaklukkan oleh Babilonia, dan raja serta rakyat-rakyatnya dibuang ke Babel (2Raja. 24:18-25:21). Dan kita mengetahui bahwa sejak itu, kerajaan Israel fisik seperti zaman Daud tidak lagi tegak, namun nubuatan hadirnya takhta Daud itu tetap ada.

Dalam terang iman Kristiani, kita memahami bahwa janji nubuatan mesianik ini telah digenapi oleh Kristus yang lahir tujuh abad kemudian di Betlehem, kota Daud, sebagaimana telah tertulis dalam nubuatan nabi Mikha 5:1. Yesus Kristus adalah Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh. 1:14) yang lahir oleh kuasa Roh Kudus melalui rahim seorang perawan Maria (Yes. 7:14) yang adalah bagian dari keturunan keluarga Daud (Mat. 1). Dialah Juruselamat dunia, jawaban bagi persoalan terbesar yang membuat dunia kehilangan damai, yaitu dosa. Injil Matius menyaksikan bahwa Dialah penggenapan nubuatan dari Yesaya 9 ini.

Juruselamat itu disebut sebagai Raja Damai (Prince of Peace, Sar-Shalom), yang mendamaikan antara manusia dengan TUHAN Allah Pencipta, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib (Kolose 1:20). Kita juga dapat memahami bahwa setiap upaya pendamaian yang ada di dunia ini tidak lepas dari pekerjaan Raja Damai ini.

Nabi Yesaya menuliskan, bahwa Ia juga adalah pemilik hikmat sempurna yang adalah pembuat rencana indah bagi keselamatan dunia, Ia disebut juga sebagai Penasehat Ajaib (Great Counsellor). Siapa Raja Damai dan Penasehat Ajaib itu? Dia adalah Allah sendiri yang memiliki kekuatan untuk memerangi kegelapan sumber ketidakdamaian, sehingga disebut juga sebagai Allah yang Perkasa (Mighty God). Dan, Ia juga adalah Pemberi, Pengasih, dan Pelindung seperti seorang bapa kepada anaknya, sebab itu Ia pun bergelar Bapa yang Kekal (Everlasting Father). Bandingkan dengan Yesaya 40:9-11.

Hidup di Era Penggenapan Janji Itu

Saat ini kita hidup di era penggenapan janji keselamatan itu. Namun, dunia masih penuh dengan ketidakdamaian akibat dosa, dan sangat membutuhkan pendamaian dengan Allah Penciptanya. Dan karya pendamaian dari Allah itu telah bekerja, dan sedang terus bekerja sampai pada kegenapannya ketika Yesus Kristus, Sang Raja Damai itu, datang kembali untuk memerintah dalam kekekalan di Langit dan Bumi yang Baru kelak (Wahyu 21-22).

Kita adalah orang-orang percaya yang telah mengalami karya pendamaian dari Sang Raja Damai itu. Apakah hati kita telah benar-benar bersukacita karena telah didamaikan dengan Allah kita? Apakah sukacita itu melimpah dan meluap dalam diri kita, seperti sukacita di waktu panen dan sorak-sorak di waktu membagi-bagikan jarahan itu? Apakah kita rindu dan mau membagikan kabar sukacita itu kepada dunia sekitar kita?

Sebagai siswa, mahasiswa, dan alumni Kristen yang telah mengalami karya pendamaian dalam Kristus, mari kita mensyukuri dengan penuh sukacita karya pendamaian dari Allah Sang Raja Damai itu. Mari kita bergiat membagikan sukacita dari Raja Damai di tengah kesusahan, kesedihan, dan ketidakdamaian yang sedang melanda sekitar kita, dengan segala apa yang ada pada kita.

“Out on the highways and byways of life,
Many are weary and sad;
Carry the sunshine where darkness is rife,
Making the sorrowing glad.”
( Make Me a Blessing, Ira Wilson)

BAGIKAN: