Terbang Tinggi Bagai Rajawali

Binatang apakah yang paling Anda sukai? Salah satu yang sangat saya sukai dan menantang saya untuk mengenali hidupnya adalah burung rajawali. Mengapa? Karena Alkitab banyak mengambil gambaran burung rajawali. Sebagai contoh, Alkitab mengatakan, “Orang- orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31). Apa maksud dari gambaran tersebut? Tanpa berusaha memahami makna gambaran rajawali tersebut, tentu, Firman tersebut akan berlalu begitu saja, tanpa makna yang sesungguhnya.

Kelebihan burung rajawali

Jika kita menonton Rajawali di acara TV, maka kita akan mengagumi kehidupan rajawali. Ada beberapa hal yang menarik untuk dicatat. Pertama, beberapa hari setelah telur rajawali menetas, maka sarangnya diobrak abrik oleh induknya. Hal itu membuat anak-anaknya ‘sengsara’, ‘teriak-teriak’, karena merasa tidak nyaman. Namun, dengan cara itulah anak-anak rajawali cepat bertumbuh dan terbang dengan kuat. Kedua, menarik untuk diamati bahwa rajawali yang terbang tinggi ternyata dapat melihat mangsanya yang kecil dari jarak yang sangat jauh, berjarak ribuan meter, melampaui binatang lain. Itu sebabnya, ketika dia sedang terbang tinggi di atas laut, bila dia melihat targetnya, seekor ikan yang sedang berenang ribuan meter jauh di bawah sana, maka dengan cepat dia akan turun dan mencapai sasaran. Ketiga, konon, hanya rajawali yang sanggup berada di tengah badai yang sangat kencang ketika berada di tengah laut lepas. Ketika semua burung-burung lari melepaskan diri dari ancaman pukulan badai, maka rajawali malah mengambil posisi tenang menantikan badai tersebut. Bunuh diri? Bukan! Ketika saatnya badai yang sangat kencang itu tiba, maka rajawali akan mengangkat kedua sayapnya lurus ke atas sedemikian rupa dan menggunakan ketajaman penglihatannya, sehingga dia bisa berada persis di tengah pusaran badai tersebut. Apa yang akan terjadi dengannya? Dia akan lolos dari pukulan badai, lalu dengan nyaman menikmati kekayaan laut.

Refleksi

Menarik memang mengamati kehidupan rajawali tersebut. Itu hanya sebagian dari banyak hal yang dapat dipelajari. Namun, bagaimana jika ketiga hal di atas diterapkan dalam kehidupan kita, sebagaimana kita sering digambarkan dalam Alkitab? Apa yang dapat dipelajari? Pertama, jika kita mengalami kesulitan dan penderitaan dalam hidup kita, janganlah kita frustrasi dan mempertanyakan kehadiran dan kasih Allah dalam hidup kita. Mari kita ingat kisah rajawali dengan anak-anaknya yang masih kecil, di mana sarangnya diruntuhkan agar mereka berlatih dan semakin kuat. Apakah tidak mungkin kesulitan itu diizinkan Tuhan terjadi untuk membuat ‘sayap’ rohani kita semakin kuat? Apakah Allah pernah membiarkan anak-anakNya hidup dalam kesulitan tanpa penyertaan dan maksud mulia (band. Roma 8:28). Saya sering mendengar kisah anak-anak Tuhan yang dahulu hidup sangat sulit, menderita, tapi kemudian menjadi orang yang sangat berhasil.

Kedua, adakah kesulitan, ketakutan dan ancaman yang sedang Anda hadapi saat ini? Tidak usah takut dan lari. Mari kita ingat rajawali tersebut, dia menanti dengan tenang sambil mempersiapkan diri dengan kedua sayapnya diluruskan ke atas. Demikian juga, mari kita angkat kedua ‘sayap’ kita kepada Bapa surgawi yang senantiasa mendengar, memperhatikan seruan umatNya (Keluaran 3:7-8). Perkara besar dan ajaib dapat terjadi ketika anak-anak Tuhan bersujud memohon rahmat dan belas-kasihan Bapa sorgawi.

Ketiga, sama seperti burung rajawali yang memiliki penglihatan yang jauh dan tajam, mari kita memohon visi dan penglihatan yang tajam dan jauh ke depan dari Allah kita. Dengan demikian, kita tidak ‘terbang rendah’ sekadar melihat kekayaan dan kenikmatan sesaat di depan kita. Sebaliknya, kita dapat ‘terbang’ tinggi, melihat jauh kepada penggenapan rencana Allah yang mulia dan kekal dalam hidup kita.

Hal itulah yang saya amati dalam diri Pdt. Dr. John Haggai (usia 90 tahun), pendiri gerakan Haggai Internasional (HI). Enam tahun yang lalu, saya mendapat kesempatan mengikuti Advance Leadership di Maui, Amerika. Di tempat indah dan megah itu diadakan pusat pelatihan hamba-hamba Tuhan yang datang dari dunia ketiga. Setiap bulan, HI mengundang hamba-hamba Tuhan untuk dilatih dan diutus kembali dengan komitmen, tekad baru. Hal itu dilakukannya, sudah puluhan tahun. Dalam masa itu, HI telah melatih dan mengutus puluhan ribu hamba Tuhan dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia, seperti Pdt. Dr Stephen Tong, Pdt. Dr. SJ. Sutjiono, dll. Apakah visi Dr John Haggai sehingga rela menghabiskan trilyunan rupiah? Jawabnya adalah penggenapan Amanat Agung Tuhan Yesus sebagaimana dituliskan dalam Matius 28:19. Seharusnya, semua kita melakukan hal yang sama. Itulah sebabnya, kita berjerih dan berjuang di Perkantas melalui pelayanan siswa, mahasiswa dan alumni. Sejujurnya, hal itulah yang sedang saya lakukan bersama tim sepelayanan, mendidik dan mempersiapkan hamba-hamba Tuhan, melalui STT Trinity di Parapat. Selain itu, dalam anugerahNya, saya rindu mengadakan semacam Advance Leadership tersebut di atas bagi hamba-hamba Tuhan di seluruh Indonesia. Jika memungkinkan, setiap bulan, atau setidaknya sekali dalam setahun. Mohon doa dan dukungan Anda semua. Kiranya Tuhan mencurahkan anugerah dan berkatNya yang ajaib. Soli Deo Gloria.

BAGIKAN: