Apakah Anda Seorang Murid?

“Kecil tapi hebat”

Rasanya slogan iklan sebuah deterjen ini, tidaklah terlalu berlebihan jika dikaitkan dengan kelompok kecil. Kelompok kecil yang anggotanya sedikit, ternyata dapat membawa perubahan yang besar dan berarti. Kelompok kecil untuk tujuan agama bukanlah perkembangan yang baru. Banyak study yang telah dilakukan tentang kelompok kecil, salah satunya didorong oleh kenyataan keefektifan kelompok kecil dalam menyebarkan komunis.

Dua tahun setelah pemerintahan komunis menguasai Cina, seorang mahasiswa Kristen melaporkan munculnya peraturan melarang pertemuan lebih dari 5 orang. Dia mengakhiri tulisannya dengan mengutip kata-kata Tuhan, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka”. Namun, walaupun kelompok kecil dilarang dan bahkan ada yang ditangkap, orang Kristen tetap bersekutu dan bersaksi. Sungguh luar biasa, Allah memakai kelompok-kelompok kecil di negara yang menentang Kekristenan ini untuk tetap memelihara iman dan semangat penginjilan orang-orang di Cina. Bahkan ada sumber yang mengatakan bahwa jumlah orang Kristen di Cina, setelah keruntuhan komunis bahkan 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan sebelum komunis berkuasa. Di dalam negara-negara yang bebas pun, kelompok kecil juga digunakan untuk meneguhkan iman dan mendorong penginjilan.

Sarana Pembaharuan dalam Alkitab

Beberapa abad sebelum orang-orang membicarakan dinamika kelompok dan pertumbuhan melalui kelompok kecil, orang Kristen pada gereja mula-mula telah menggunakan kelompok kecil untuk menyebarkan Injil pada masa pemerintahan Romawi. Jauh sebelum ada gedung gereja dan lembaga-lembaga. Mereka bertemu di rumah-rumah (dalam kelompok yang lebih kecil) untuk besekutu dan menerima pengajaran dari para rasul. Ketika penganiayaan tiba, mereka bertemu dalam tempat-tempat tersembunyi, seperti Katakombe di Roma. Hal ini tampaknya berlangsung sampai gereja kemudian memakai sebuah sistem yang perlahan-lahan menyebabkan lemahnya kesaksian dari orang awam dan berfokusnya pelayanan kepada para pendeta, pengajar dan penginjil.

Dalam rencana-Nya, Allah mau semua orang terlibat dalam kesaksian gereja dan untuk tujuan itulah Ia memberikan orang-orang dengan karunia khusus dalam memperlengkapi orang-orang kudus untuk terlibat dalam pelayanan (Ef. 4:11,12). Dalam pelayanannya, Tuhan Yesus memfokuskan dirinya dalam melatih sekelompok orang. Ia memanggil mereka untuk hidup bersama Dia, belajar dari-Nya, lalu mengirim mereka untuk bersaksi dengan perintah untuk kembali dan melaporkan apa yang telah mereka alami.

Allah juga memakai kelompok yang kecil di dalam Perjanjian Lama untuk membawa pembaharuan yang signifikan bagi kehidupan umat Allah dan dunia ini. Allah seringkali memakai rumah-rumah tangga untuk menggenapkan rencananya. Misalnya, Allah memakai delapan orang dalam keluarga Nuh untuk menggenapkan rencana-Nya bagi dunia ini (Kejadian 7-9). Nuh dan keluarganya menjadi agen pembaharu untuk dunia ini setelah peristiwa air bah. Lihat juga contoh Musa dalam Keluaran 18:13-26, ketika ia mengikuti nasihat mertuanya, Yitro, untuk membagi kelompok 1000 orang, 100 orang, 50 orang, dan 10 orang. Hal ini memungkinkan setiap anggota kelompok mendapat perhatian yang lebih baik. Demikian pula pengalaman Daniel beserta teman-teman “kelompok kecil”nya, ketika mereka berada di pembuangan Babel (Daniel 1:6; 13-20; 2:17-18).

Dari pemaparan di atas, kita melihat desain Allah bahwa persekutuan (gereja) menjadi pusat di mana orang Kristen menerima pembaharuan dan pengajaran. Kemudian mereka diutus ke dalam dunia untuk membawa perubahan. Mereka tidak hidup terpisah dari masyarakat, tempat mereka berkembang. Namun, kehadiran mereka seharusnya membawa petobat-petobat baru ke dalam persekutuan. Jelas sekali, bahwa kekuatan persekutuan (gereja) tidak dapat diukur dari jumlah pengunjung kebaktian tiap minggunya. Keefektifan pelayanan persekutuan terlihat dari jumlah anggotanya yang aktif terlibat dalam kesaksian dan sungguh-sungguh menjadi MURID. Pelayanan dan pengajaran yang dilakukan di dalam persekutuan ditujukan untuk membangun MURID yang bukan sekedar penonton. Untuk itulah, kelompok kecil dalam persekutuan berfungsi bukan sebagai persekutuan yang terpisah dari masyarakat tetapi justru kehadirannya memberikan pengaruh kepada segenap lapisan masyarakat (di dalam lingkungan keluarga, sekolah/kampus, pekerjaan, bangsa dan negara).

Sarana yang Efektif Menghasilkan MURID

Jika ditanyakan, “Apa yang Tuhan Yesus hasilkan dalam kelompok kecil yang dipimpin-Nya?”, maka tentu jawabannya adalah MURID. Kata “MURID” adalah suatu sebutan yang umum digunakan dalam Alkitab (secara khusus Perjanjian Baru) untuk menunjuk kepada para pengikut Yesus, sebelum mereka disebut dengan istilah “Kristen”. “Di Antiokia, murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.” (Kis. 11:26b). Kata “MURID” (disciple-Ing, mathetes-Yun) muncul 73 kali dalam Injil Matius, 46 kali di Injil Markus, 37 kali di Injil Lukas, 78 kali di Injil Yohanes, dan 28 kali di Kisah Para Rasul.

Kehidupan dalam keselamatan yang telah Allah anugerahkan bukan sekedar hidup yang pasif, tetapi hidup yang aktif untuk melakukan kehendak Allah. Ini bukanlah hal yang mudah, melainkan membutuhkan suatu kesungguhan dan pengorbanan untuk dapat berkata YA kepada kehendak Tuhan dan TIDAK kepada dosa atau keinginan diri sendiri. Panggilan hidup seperti inilah yang Yesus berikan kepada setiap orang yang menjadi MURID-Nya. Ini adalah anugerah Allah, yang seharusnya diresponi dengan benar oleh setiap anak-Nya. MURID adalah seorang yang mau terus belajar. MURID bukan hanya tahu tentang pengajaran Kristen, tetapi juga melakukan apa yang dia ketahui. Status orang Kristen sebagai MURID merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dihayati. Menjadi MURID merupakan panggilan yang diberikan Tuhan kepada setiap orang yang mau mengikuti DIA dan merupakan panggilan seumur hidup. Sebutan MURID, bukan hanya suatu terminologi kosong yang melekat pada diri orang Kristen. Setiap murid Tuhan, seharusnya juga menunjukkan kualitas MURID yang sejati dalam kehidupannya. Menjadi MURID berarti suatu penyerahan diri atau komitmen total kepada gurunya. Tanpa lahirnya MURID melalui pelayanan kita, sebenarnya kita tidak menghasilkan apa-apa. Tanpa MURID, sesungguhnya tidak ada perubahan yang dihasilkan.

Kelompok kecil sudah terbukti baik dan efektif untuk pemuridan. Ini pun adalah sarana yang Allah anugerahkan yang mana Ia ikut berperan di dalamnya. Di dalam kelompok kecil, tidak hanya dibentuk pengetahuan tentang Kekristenan, tapi juga dibangun watak seperti Kristus. Kita dapat dilatih dalam dasar-dasar Kekristenan, seperti saat teduh dan doa yang teratur, menggali Firman Tuhan, dan lain-lain.

Kelompok kecil bukanlah barang baru di kalangan pelayanan mahasiswa di Indonesia. Kelompok Kecil selama ini sudah menjadi menu utama yang disajikan oleh Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di berbagai kota di Indonesia. Kelompok Kecil ini, diyakini sebagai suatu hal yang penting, karena bukan hanya dianggap sebagai suatu aktivitas atau program tetapi merupakan tulang punggung dalam persekutuan. Namun, mengapa PMK saat ini ‘adem ayem’? Mengapa seolah-olah tidak terjadi perubahan di dalam persekutuan, dunia kampus, atau pun masyarakat? Kita perlu serius mengevaluasi hal ini. Mungkinkah PMK sudah berhenti menghasilkan MURID? Saat ini PMK dihadiri oleh banyak mahasiswa, namun berapa banyak yang mau sungguh-sungguh dibentuk menjadi MURID? Mungkin juga, ada banyak mahasiswa yang mau terlibat dalam pelayanan. Namun, berapa banyak yang mau setia menjadi MURID yang melayani? Atau jangan-jangan, Kelompok Kecil di PMK hanyalah melanjutkan tradisi saja, tapi sebenarnya sudah tidak lagi menghasilkan MURID? PMK perlu menjawab pertanyaan ini dengan bukti dan tindakan nyata.

Mengutip kalimat LeRoy Eims dalam buku Pemuridan Seni yang Hilang:

Menumbuhkan sebuah pohon jati memakan waktu bertahun-tahun lamanya,
tetapi sebuah jamur payung dapat bertumbuh dalam semalam.
Membangun murid, pembina murid, dan pemimpin yang setia dan mampu
akan memakan waktu lama.

BAGIKAN: