Pelayanan Siswa Di Masa Mahasiswa?

Satu hal yang terbayang ketika akan menjadi seorang mahasiswa adalah lingkungan dan aturan yang bebas. Dua belas tahun menempuh pendidikan SD sampai SMA merupakan proses pendidikan yang sangat ketat: tidak boleh bolos sekolah, harus menggunakan seragam rapih, lengkap dengan berbagai atributnya, tidak mengerjakan PR berarti dimarahi guru, dan berbagai aturan ketat lainnya. Aturan-aturan ketat seperti ini tidak akan lagi kamu temukan di Universitas. Hal ini terbukti ketika saya diterima di Fakultas Ilmu Komputer UI. Mahasiswa adalah seorang yang bebas menentukan kegiatan yang diinginkan dan apa yang ingin dikejarnya.

Dunia mahasiswa memang berbeda dengan dunia siswa, tapi ada satu hal yang selalu sama dalam dunia siswa dan mahasiswa, yaitu kita orang yang sudah menerima Kristus dipanggil untuk terus melayani Allah. Ketika lulus SMA, saya memang sudah sangat rindu untuk bergabung dengan pelayanan siswa di Persekutuan Siswa Kristen Depok. Suatu sore, dua orang kakak TPS (Tim Pembimbing Siswa) ­dan Bang Zeki, staf siswa PSKJ Depok saat itu, mengajak bertemu untuk cerita tentang pelayanan ini dan saya sudah punya jawaban untuk pergumulan ini. Saya sudah sangat yakin untuk melayani di persekutuan siswa Depok dan Jakarta selama empat tahun masa kuliah saya.

Ketika bergumul untuk menjadi TPS, saya diteguhkan oleh sebuah artikel tentang sejarah hidup seorang pemimpin agama lain yang ternyata dulunya adalah seorang siswa Rohkris. Kisah bermula dari pergumulan imannya sebagai siswa mencari jawaban tentang siapa Allah. Dia bertanya kepada teman dan guru agamanya, namun dia tidak mendapatkan jawaban yang jelas tentang iman Kristen dan mereka meminta tidak mempertanyakan iman Kristennya. Cukup percaya saja tanpa perlu mendalami iman. Anak itu bingung terhadap jawaban teman dan gurunya itu, hingga akhirnya dia menemui seorang pemuka agama lain dan memutuskan untuk berpindah keyakinan. Artikel tersebut menyadarkan bahwa masih ada begitu banyak siswa yang butuh dilayani dan masih banyak Rohkris di Jakarta, Depok, bahkan kota-kota lain yang butuh mendengar kabar baik. Siswa merupakan masa-masa pencarian jawaban tentang banyak hal, dan itu adalah masa yang tepat untuk mereka mendengar berita Injil sebelum hal-hal lain merusak pemahaman mereka.

Saya bersyukur bisa mendapatkan konfirmasi yang mendalam untuk melayani siswa kembali, tapi masa mahasiswa yang bebas itu memberikan saya berbagai opsi lain yang sangat menarik. Ketika memulai semester pertama, saya sadar bahwa saya dikelilingi banyak peluang-peluang berharga, seperti menjadi kepala di suatu organisasi bergengsi di fakultas atau universitas, pertukaran pelajar ke luar negeri, menjadi ambassador suatu perusahaan ternama serta mendapat pelatihan kepemimpinan, dan memenangkan kompetisi teknologi berskala nasional bahkan internasional. Saat itu saya berpikir bahwa tentu mengikuti hal tersebut bukanlah hal yang buruk dan bisa menambah kemampuan saya dalam berbagai bidang.

Dalam perenungan, saya akhirnya sadar ada satu hal yang saya pelajari melalui pelayanan yang tidak saya dapat dari mengikuti berbagai peluang tersebut. Pelayanan mengajarkan saya untuk mengasihi dan berkorban bagi orang lain, secara khusus mengasihi siswa,  ketika banyak mahasiswa mengejar nama baik dan banyaknya organisasi untuk ditulis di CV. Belajar mengasihi begitu penting karena tanpa kasih sesungguhnya kita tidak akan bisa menjadi pemimpin atau menjadi seorang alumni Kristen yang berkorban untuk bangsa ini, dan tidak menjadi alumni yang mengejar hal-hal dunia, seperti kuasa, nama baik, dan uang.

Bukannya anti dengan berbagai peluang luar biasa tersebut, saya mempunyai prinsip seorang yang melayani juga harus memiliki prestasi yang bagus di kuliahnya. Pelayanan seharusnya tidak menjadi alasan bagi seorang mahasiswa Kristen untuk memiliki prestasi yang lebih buruk dibanding mahasiswa lain. Selama menjadi mahasiswa, saya sempat menjadi panitia acara paling bergengsi di kampus. Beberapa kali mengikuti kompetisi teknologi bersama tim, mengerjakan beberapa proyek lain untuk menambah uang jajan dan ongkos pelayanan, tetapi saya sadar bahwa panggilan saya yang utama tetap sama, yaitu untuk setia melayani Allah baik ketika siswa maupun mahasiswa.

Dunia mahasiswa memang bebas sekali dan mahasiswa punya sangat banyak opsi yang dapat dipilih. Sebagai mahasiswa yang sudah dipanggil menjadi murid Kristus, pundak saya memikul dua hal, studi di sebelah kanan dan pelayanan di sebelah kiri. Untuk kamu calon mahasiswa, selamat memilih!

BAGIKAN: