Mahasiswa, Euyy!

“Apa sih bayangannya jadi mahasiswa?”, pikirku ketika menunggu antrian registrasi ulang mahasiswa baru di kampus. Aku hanya tahu, “Sekarang udah gak pakai seragam lagi! Bukan guru yang nyamperin ke kelas, tapi kita yang datang ke kelas,! Oh ya, sekarang juga udah ngekos dan harus mandiri!” Aku bisa bilang sekarang, aku tidak pernah menyangka kalau masa-masa 4 tahun aku menjadi mahasiswa adalah masa-masa aku sadar, hidup bukan pertama dan terutama tentang aku, tetapi pertama, tentang Tuhan Yesus dan kedua, tentang sesamaku.

Aku teringat pengalaman pertobatanku di semester satu. Aku sangat suka membaca Alkitab dan ingin membagikannya, tetapi aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tiba-tiba, salah satu teman kos datang ke kamar dan mengajak mengobrol. Dia bukan orang Kristen dan salah satu highlight tentang dirinya adalah kosakata omongannya yang kotor dan kasar. Beberapa kali, dia melihatku sedang membaca Alkitab dan entah bagaimana saat itu, dia bertanya tentang apa yang kubaca. Polosnya aku menceritakan tentang Kristus yang telah menebus dosa-dosa, termasuk cara berbicaraku. Tidak hanya itu, aku juga mengajak dia untuk berhenti menggunakan kata-kata kotor dan kasar karena Alkitab menunjukkan perkataan kita harus membangun (Aku menunjukkan ayat Efesus 4:29, baca juga ya!). Sampai saat ini, dia belum percaya dan terkadang ucapannya masih sama, tapi aku bersyukur untuk pengalaman iman dalam relasi persahabatanku dengannya.

Beberapa kali sahabat belajarku (berlatar agama Hindu, Budha, dan  Muslim) juga bertanya tentang kegiatanku, mengapa aku bisa dekat dengan teman-teman dari berbagai jurusan? Mereka melihat kami berkumpul tiap Jumat untuk beribadah, tapi rasanya ada yang lebih dari sekedar ibadah bersama. Mengapa aku selalu menghabiskan waktu rutin dengan senior maupun junior? Mereka melihat pertemuan Kelompok Kecil kami tiap minggu, punya kesempatan diperhatikan dan memperhatikan orang lain. Mereka bahkan pernah ikut pertemuan Kelompok Kecil kami, minimal kalau lagi makan-makan. Mengapa di tengah liburan semester, aku tetap ke kampus dan mempersiapkan acara? Mereka melihat kami bersiap menyambut mahasiswa baru yang bahkan belum kami kenal. Dalam berbagai kesempatan, aku menjelaskan bahwa Yesus, Tuhan kami, telah mati supaya kami bisa mengalami persekutuan ini. Aku mengaminkan apa yang Yesus katakan dalam Yohanes 13:34-35 (buka ya ayatnya!).

Salah satu pengalaman unik yang juga berkesan ketika salah satu dosen menyatakan pendapatnya, “Kampus ini tempat akademis/ilmiah, kalau mau beragama ya di tempat ibadahnya masing-masing.” Aku sempat bimbang karena pernyataan ini, tetapi aku membaca sejarah universitas dan mendapatkan jawabannya. Tahukah teman-teman bahwa gerejalah yang pertama kali membuka universitas? Tiga fakultas pertama yang dibuka adalah fakultas teologi (relasi manusia dengan Tuhan), hukum (relasi manusia dengan negara/sesama), dan kedokteran (kesejahteraan diri manusia)? Di saat itulah, aku sadar menjadi mahasiswa juga adalah panggilan Tuhan yang kudus dan aku mau belajar dengan sungguh-sungguh. Aku bukan mau nilai dari dosen, aku mau ilmu atau pemahaman dari Tuhan. Aku mulai rutin menyediakan waktu mengajar teman-teman yang bersedia belajar bersama. Ketika mereka bertanya mengapa aku begitu passionate dengan fisika (iya, ini jurusanku!), aku siap mempertanggungjawabkan imanku.

Aku bersyukur beberapa pengalaman ini menjadi tonggak-tonggak pertumbuhan iman, ilmu, dan kasih sebagai mahasiswa. Aku ingat satu kalimat yang berulang disampaikan oleh kakak senior dalam orasinya selama ospek: “Mahasiswa memiliki peran sebagai agent of change, social control, dan iron stock.” Secara definitif, kita dapat memahami maksudnya: menjadi agen perubahan (pembuat perubahan), kontrol sosial (pelaku dan pemberi arah dalam kehidupan bersama), dan generasi pengganti yang kuat dan kokoh, tapi hanya di dalam dan melalui Kristus, aku dapat memahami kekayaan dan kedalaman peran seorang mahasiswa, “Kamu adalah penjala manusia. Kamu adalah murid-Ku. Kamu adalah saksi-Ku. Kamu adalah garam dan terang dunia. Kamu adalah umat yang kudus. Kamu adalah imamat yang rajani.”

Aku berdoa kiranya pujian ini menjadi keyakinan imanmu selama menjadi mahasiswa (bahkan sampai seumur hidupmu):

For me, to live is Christ, to die is gain.

To hold His Hand and walk His narrow way.

There is no joy, no peace, no thrill, like walking in His will.

For me, to live is Christ, to die is gain.

Selamat menjadi maha-siswa, maha-murid! Tuhan Yesus membimbingmu!

BAGIKAN: