He Turns Hopeless End Into Endless Hope

“Orang tanpa harapan sering mengungkapkan keadaan dan perasaan diri mereka dengan berkata bahwa mereka ingin mati, dan terkadang mereka berusaha untuk bunuh diri.” (J. I. Packer)

Pada bulan April tahun 2015 yang lalu, media memberitakan seorang siswa SMA Jakarta yang melakukan bunuh diri. Selang enam bulan kemudian, media kembali memberitakan seorang siswa melakukan bunuh diri dari sekolah yang berbeda. Apa yang menyebabkan mereka bunuh diri? Media memberitakan bahwa siswa yang pertama tidak tahan tinggal bersama orangtua tirinya, kemudian yang satu lagi bunuh diri karena hubungan pacaran yang tidak disetujui oleh orangtuanya. Tidak hanya sampai di situ, tahun 2016 media kembali memberitakan seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi terbaik yang melakukan bunuh diri. Ironisnya, ketiga orang tersebut adalah orang Kristen.

Tidak ada orang yang mau hidup dan dapat hidup tanpa pengharapan. Jika tidak, apa yang dikatakan oleh J.I. Packer di atas akan dialami oleh setiap orang tanpa memandang usia dan tanpa terkecuali termasuk orang percaya. Banyak hal yang menyebabkan kita kehilangan harapan, misalnya bertahun-tahun mengerjakan pelayanan tapi tampak tidak ada hasilnya, kecewa dengan kondisi sekitar yang tidak berubah malahan semakin bobrok, masalah keluarga yang tidak habis-habisnya, pergumulan pribadi terhadap dosa-dosa yang tidak selesai, terasing di tempat kerja karena melakukan hal yang benar, atau penolakan yang kita alami dari lingkungan sekitar secara terus-menerus dalam berbagai bentuk. Semuanya berujung pada keputusasaan. Di sisi lain, sebagian orang merasa telah memiliki harapan walaupun pengharapannya berasal dari dunia ini. Dengan kata lain pengharapan mereka bukanlah pengharapan sesungguhnya. Sifatnya mudah-mudahan dan tidak pasti.

Apakah pengharapan Kristen itu? Mengapa kita membahasnya dalam momen Natal ini? Dalam Lukas 2:25-39, diceritakan bahwa bayi Yesus –seperti yang ditetapkan oleh Hukum Taurat– dibawa dan diserahkan ke Bait Allah. Setelah itu, perikop ini menyebutkan dua nama yaitu Simeon dan Hana. Siapakah Simeon ini? Dikatakan Simeon adalah seseorang yang benar dan saleh. Ia seorang keturunan Israel. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias yaitu Yesus Kristus. Siapakah Hana? Ayat 36-37 memberi gambaran singkat tentang dia, “Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa”.

Simeon dan Hana, keduanya dapat dikatakan sama-sama sedang “menanti” (Luk. 2:25,38). Simeon menantikan penghiburan bagi Israel dan Hana menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Keduanya menantikan Pribadi yang sama, yaitu Sang Mesias yang pernah dinubuatkan dan dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Oleh pimpinan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah bertemu dengan bayi Sang Mesias yang sejak dari lama dinantikannya. Begitu juga dengan Hana yang sedang berada di Bait Allah bertemu dengan bayi tersebut yang sudah ia nantikan juga dalam usia tuanya. Baik Simeon dan Hana sedang hidup dalam penantian akan Sang Mesias. Mereka sedang hidup dalam pengharapannya. Dalam masa mereka penantian akan Mesias, Simeon disebut sebagai seorang benar dan saleh, seorang yang dipimpin oleh Roh Kudus. Apa yang membuat Simeon disebut demikian? Terletak pada keyakinannya yang dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias yaitu Yesus Kristus. Pengharapan terhadap keyakinan tersebutlah yang membuat Simeon hidup benar dan saleh dalam melakukan kehendak-Nya. Bagaimana dengan Hana? Sekalipun ia adalah seorang janda berumur delapan puluh empat tahun, akan tetapi apa yang ia lakukan? Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Mengapa? Karena keyakinan terhadap pengharapan Sang Mesias yaitu Kristus Yesus. Ketika bertemu dengan Yesus, Simeon memuji Allah (ay.29-32) dan Hana mengucap syukur dan bersaksi tentang Anak itu kepada semua orang (ay.38).

Kelahiran Kristus adalah jawaban atas pengharapan dunia, tidak hanya Israel tetapi juga bangsa-bangsa lain. Seperti yang telah lama dinubuatkan dan dijanjikan kepada dunia. Melihat Sang Natal itu, Simeon menyatakan pujiannya kepada Allah saat menyembah bayi Yesus. Pujian Simeon itu menceritakan tentang indahnya keselamatan, B.J. Boland menyimpulkan bagi kita ke dalam dua hal:

  1. Untuk bangsa-bangsa akan terbit terang, sehingga kepada mereka dinyatakan kebenaran dan mereka menjadi percaya.
  2. Israel boleh bersukaria dan bersyukur kepada Allah karena kehormatan daripada Allah yakni bahwa keselamatan berasal dari umat tersebut.

Natal adalah penggenapan pengharapan manusia atas keselamatan dunia. Allah, Sang Pencipta datang menjadi ciptaan. Allah yang di surga mulia datang ke dalam dunia yang berdosa. Allah yang empunya kuasa di surga dan di bumi datang ke dalam kandang domba yang hina. Demi kita yang dikasihi-Nya. Dialah pengharapan yang sejati dan pasti yaitu Yesus Kristus.

Jika kita sudah memiliki pengharapan dalam Yesus Kristus yang telah datang ke dalam dunia, kita tidak akan berhenti meletakkan pengharapan kepada-Nya. Termasuk pengharapan pada kedatangan-Nya kedua kali yang sudah Dia janjikan kepada kita. Pengharapan inilah yang terus-menerus disampaikan rasul Petrus kepada jemaat yang sedang dalam penganiayaan di perantauan. Demikian juga rasul Paulus menguatkan jemaat-jemaat yang sedang dalam penderitaan dan penganiayaan. Keduanya, baik rasul Petrus dan Paulus, mendorong agar jemaat bertekun dan bertumbuh dalam kondisi yang sedang mereka hadapi. Mari meletakkan pengharapan kita kepada Kristus Yesus yang sudah datang dan yang akan datang. Di mana semua penderitaan dan pergumulan dunia tidak akan ada lagi. Kelak, Kristus akan memerintah dalam kerajaan Allah.

Kita tidak perlu takut menghadapi dunia dengan segala keganasannya. Kristus telah hadir membawa pengharapan yang pasti. Bukan sekedar pengharapan yang semu yang dapat ditawarkan oleh dunia. Yesus, Sang Mesias, Sang pengharapan, telah datang bagi kita menggenapkan janji-Nya. Dia yang mengerti segala pergumulan dan bersama dengan kita menghadapi segala pergumulan. Dia adalah jawaban atas hidup kita dan atas apapun yang sedang kita alami. Yesus memberi jaminan bagi setiap orang yang menaruh pengharapan kepada-Nya. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir (Ibrani 6:19).

“Penderitaan, baik besar atau kecil,
pengharapan orang Kristen tetap ada.
Allah cukup dan setia.”
(R. C. Sproul)

BAGIKAN: