We are Loved to Love!

Siapa yang menyangka bahwa Tuhan percayakan aku melayani full time di Perkantas Jakarta? Aku yang orangnya pendiam, sulit bicara, malu, dan tidak percaya diri ini dipanggil untuk bicara dihadapan banyak orang, memimpin siswa, dan harus banyak berinteraksi dengan orang. Bagaimana bisa? Tentu bukan karena aku hebat, tapi karena kasih Kristus yang luar biasa mengubahku! Kasih itu yang mendobrak ku, mendorongku, dan tidak tertahankan untuk aku bagikan kepada orang lain.

Aku telah dilayani dan dimuridkan oleh Perkantas sejak masa SMA. Melalui ibadah dan kelompok pemuridan tersebut, karakterku semakin dibentuk, pemahamanku tentang firman Tuhan semakin diasah, dan kerinduanku akan Injil semakin dalam. Hingga akhirnya saat momen KKRS (Kebaktian Kebangkitan Rohani Siswa) aku menyerahkan diri untuk percaya kepada Kristus. Disini aku dapat visi, hidup untuk apa sih? apakah hanya untuk bersenang-senang dan memuaskan diri? tidak. “hidup itu untuk melayani Tuhan”. Kristus yang telah terlebih dahulu menghampiriku, kasih-Nya nyata melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Setelah momen itu, keterlibatanku melayani khususnya di Perkantas, terus berlanjut. Saat mahasiswa, aku menjadi TPS (Tim Pembimbing Siswa) dan kembali memuridkan. Setelah lulus kuliah, aku juga masih terlibat menjadi panitia kegiatan Perkantas. Jadi semasa SMA hingga bekerja, aku masih sangat dekat dengan lingkup pelayanan kaum muda, masih banyak melihat kondisi-kondisi yang terjadi di lingkungan kaum muda, sehingga kerinduanku untuk melayani mereka masih terus tertanam.

Bersyukur Tuhan tuntun aku untuk tetap terlibat aktif dalam lingkungan kaum muda ketika aku bekerja. Aku sempat bekerja di salah satu yayasan yang bergerak dibidang nasionalisme dan orang-orang yang dilayani merupakan kaum muda. Pendirinya pun punya misi membagikan kasih Kristus kepada banyak orang.

Hingga ketika menuju akhir kontrak kerjaku, ada salah satu kakak rohaniku yang telah mendoakanku untuk jadi staf Perkantas dan dia mensharingkannya ke aku untuk memberikan perpuluhan waktu melayani kaum muda di Perkantas. Dalam masa-masa bergumul, banyak sekali ketakutan dan keraguan yang aku pikirkan khususnya terkait karakterku yang penakut dan tidak pandai bicara. Aku juga tidak mau menerima tawaran tersebut hanya karena gak enakan saja. Jadi aku bergumul dengan serius. Belum lagi ketakutanku untuk bilang ke orangtua terkait perkerjaanku yang kalau aku terima, berarti berbeda dengan jurusan yang sudah kupelajari selama kuliah, takut mereka kecewa dan tidak bisa menerima.
Selama mendoakan dan mencari kehendak Tuhan lewat firman, aku banyak menikmati Tuhan mendorongku untuk menerima pekerjaan ini. Dalam satu ibadah, firman mengatakan bahwa kita ini wounded healer, kita telah menerima kasih Allah dan dipulihkan olehNya, maka sudah semestinya kita kembali menjadi wounded healer, menolong mereka yang terluka, yang membutuhkan Kristus. Tapi aku masih terus ragu, pertanyaan yang muncul “apakah harus menjadi Staf Perkantas? Apakah harus full time disini?” aku lambat dalam berpikir dan mengambil keputusan.

Sampai pada akhirnya, firman dalam Matius 28:17, menguatkanku. Dikatakan bahwa murid-murid melihat Yesus dan beberapa orang ragu. Keraguan ini bisa jadi sangat berbahaya karena bisa membuat orang lain juga menjadi ragu. Tapi intinya, misi tidak akan bisa dilakukan jika ada keraguan, sedikit ragu pun tidak bisa. Bagaimana misi “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku” bisa terlaksana kalo kita ragu? Kalau murid-murid Yesus ragu menjalankan misi pekabaran Injil tersebut, mereka tidak akan melakukan sesuatu dan bagaimana keadaan orang-orang zaman ini tanpa mengenal Injil yang seharusnya dapat mereka bagikan?

Dari buku yang pernah kubaca, Surrender to Love, ada kalimat yang bilang semacam ini, “jangan sampai kamu jadi penghalang atau yang membatasi misi itu dapat berjalan melalui kamu.” Jadi aku semakin berpikir, apakah sikapku yang ragu dan takut-takut terus, justru seperti menghalangi misi yg harusnya Allah berikan/panggil melaluiku? Maka, akhirnya aku berani mengambil keputusan untuk menjadi staf Perkantas.

Mengingat kembali bahwa aku dapat menikmati sukacita besar ketika Kristus menyatakan kasih dan pengampunan-Nya melalui kayu saliblah yang terus menguatkanku untuk terus mengabarkan Injil. We are Loved to love. Mari terus beritakan kabar baik, menjadi alat-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus!

BAGIKAN: